Seorang remaja laki-laki sedang mengelilingi rumah sakit dengan kursi rodanya. Ia terlihat sedang santai mengamati lingkungan rumah sakit sambil terus memutar roda agar terus bergerak maju.
Netra obsidiannya menangkap seorang pasien, perawat dan dokter sedang berlalu lalang.
Pemandangan yang begitu membosankan pikirnya.
Tiba-tiba pergerakannya terhenti karena ada remaja laki-laki seumurannya menghadang jalan dengan sengaja. Tangan lelaki itu mengisyaratkan untuk berhenti.
Ia kebingungan.
Menatapnya dengan tanda tanya dan memiringkan kepalanya pelan. Seolah paham, tak lama orang yang menghadangnya tadi langsung mengulurkan tangan.
"Na Jaemin." lantas lelaki itu tersenyum ramah.
Ah, ingin berkenalan ternyata.
Senyumannya yang tulus, hidungnya yang mungil, bibirnya bewarna merah muda tipis, bulu mata dan jari tangannya lentik. Cantik.
"Lee Jeno." membalas uluran tangannya dan juga ikut tersenyum manis. Matanya ikut tersenyum hingga menampakkan bulan sabit.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mereka berakhir berbincang-bincang santai di taman rumah sakit, masih dengan Jeno yang terduduk di kursi rodanya dan juga Jaemin yang memakai infus di tangannya.
"Kau sejak kapan berada disini?" tanya Jeno penasaran membuka suara.
"Sekitar semenjak satu bulan yang lalu." pandangan Jaemin tak terlepas dari kolam ikan kecil berisi ikan hias itu. Jeno membelalakan matanya kaget.
"Satu bulan lalu?!" Pekik Jeno tertahan.
Jaemin terkekeh pelan, ia sudah tau Jeno akan kaget mendengar itu.
Pasalnya, badan Jaemin masih terlihat baik-baik saja. Dan seperti orang sehat biasa pada umumnya.
Hanya saja, dia memakai infus ditangannya.
Sakit apa yang diderita olehnya?
"Lalu... Apa yang membuatmu hingga berakhir di rumah sakit seperti ini?"
Jaemin menoleh pelan, melihat Jeno dengan tatapan datar.
"Nanti kau akan tau sendiri, kok." ia menjawab pertanyaan Jeno lalu meninggalkan Jeno yang terdiam bingung di kursi rodanya.
Langkah Jaemin terhenti sejenak "Ah, aku lupa."
"Sampai jumpa Jeno!" teriak Jaemin melambaikan tangan lalu punggung Jaemin perlahan menjauh dan di detik berikutnya lenyap begitu saja di pandangan Jeno.
Jeno membalas lambaian tangannya dengan sangat pelan.
"Ya... Sampai jumpa." lirihnya.
Tidak ada yang menyatakan dengan pertemuan tak terduga ini. Entah sengaja atau tidak sengaja.
Tapi Jeno senang, ia sekarang tidak terlalu kesepian karena ada teman sebaya yang bisa di ajak untuk berbincang jika sedang bosan di rumah sakit.