Tiga cangkir kopi dan beberapa jam kemudian, ceritanya selesai. Ini adalah cerita yang mustahil, terlalu panjang untuk disampaikan dengan benar tanpa sejuta kata dan banyak waktu, tetapi mereka merangkum, dan cukup bagi Kim Dokja untuk memahami situasinya.
Ini cerita yang panjang, itu adalah kisah yang menyedihkan, kisah yang mengharukan, dan memang begitu. Ini merupakan tragedi, dan ini mengenai Kim Dokja dalam waktu tujuh tahun. Ini tentang Kim Dokja yang memiliki novel, novel yang membuatnya tetap bernafas, yang menemukan novel itu telah menjadi kenyataan. Ini tentang Kim Dokja yang belajar bertarung dan bertahan, tentang Kim Dokja yang mengacungkan jari tengahnya ke arah sistem dan berjalan menuju neraka. Ini tentang Kim Dokja yang menemukan keluarga yang akan membuatnya mati. Ini tentang Kim Dokja yang mati demi mereka berulang kali, sampai suatu hari dia mencapai akhir yang tidak diinginkan oleh siapa pun.
Ini tentang Kim Dokja yang tidak pernah bisa kembali ke keluarganya karena dia mati pada jembatan di bawah langit yang penuh dengan kebencian.
Ini adalah cerita, tetapi lebih dari itu adalah kehidupan.Ini adalah kehidupan protagonis, dan ini juga kehidupan Kim Dokja.
"Yah," kata Kim Dokja, setelah keheningan yang sangat lama, "jika itu semua mengada-ngada maka kau pasti pembohong terbaik yang pernah kutemui, Yoo Jonghyuk."
"Itu tidak bohong," kata Yoo Jonghyuk. "Aku tidak akan pernah berbohong padamu."
Kim Dokja mengangkat alis.
"Aku tidak akan berbohong padamu sekarang," Yoo Jonghyuk mengoreksi.
"kau sadar bahwa ini terdengar gila kan."
"Aku tahu."
Kim Dokja menghela napas, mengacak-acak rambutnya dengan tangan. "Jadi kita berteman di masa depan? Dan kemudian beberapa saat setelah aku mati, kau diselimuti oleh cahaya dan berakhir di sini?"
"Kita lebih dari teman. Kita adalah teman sehidup semati. "
"baiklah" kata Kim Dokja. "baiklah.""Kau adalah hati kami. Lalu kau pergi. Dan sekarang kau ada di sini." Dia mengusap wajahnya, seolah dia hampir menangis lagi. "Kau hidup." Dan kemudian, "Aku tidak akan gagal kali ini. Aku tidak akan membiarkanmu mati lagi."
Dan masalahnya, Kim Dokja tidak terbiasa dengan cinta. Biasanya emosi paling positif yang dia terima adalah toleransi dan itu pun jarang terjadi. Kim Dokja adalah seorang pria yang telah hidup sendiri, dan berpikir dia akan selalu sendirian. Dia pikir dia akan mati seperti itu juga. Dia pikir tidak ada yang akan bersedih akan dirinya, karena tidak ada orang di sekitar untuk melakukannya, namun, di sini ada orang yang menangis untuknya.
Inilah orang yang peduli padanya.
disinilah orang yang memandang Kim Dokja seolah dia memegang dunia di tubuhnya dan bintang-bintang di jiwanya, seolah Kim Dokja adalah Tuhan dan dialah penyembah, seolah Kim Dokja adalah harta paling berharga yang bisa jatuh ke dalam timbunan naga.Inilah seseorang yang berduka untuknya, mengenalnya, dan menyukainya, dan rasanya seperti mempelajari kembali bagaimana rasanya menghangat setelah bertahun-tahun tinggal di kamar mayat.
dialah orang yang menyebut Kim Dokja sebagai temannya ketika dia mengira hal seperti itu berada di luar jangkauannya, yang melakukan suatu hal dimana Kim Dokja telah menyerah untuk berharap, dan mungkin inilah mengapa Kim Dokja berkata, "Jika kau tidak punya tempat tinggal,maka kau bisa tinggal di sini. "
Dan begitulah langkah pertama dibuat. Jadi Kim Dokja tidak sendirian lagi.
***
Pada pukul 6 pagi, Kim Dokja akhirnya mencapai batas berapa banyak yang bisa dia raih, jadi dia mulai mencoba dan menyeret mereka ke tempat tidur. Dia tidak punya sikat gigi cadangan sehingga Yoo Jonghyuk cuma perlu berurusan tanpa perawatan gigi malam ini, dan walaupun pakaian Kim Dokja terlalu kecil untuknya, mereka mampu menemukan sesuatu yang cukup pas untuk dijadikan baju ganti sampai mereka bisa pergi berbelanja.
Itu adalah hal-hal yang bisa diselesaikan nanti karena sudah cukup malam seperti ini, dan Kim Dokja sungguh hanya ingin berbaring.Masalahnya datang dalam pengaturan tidur."Apakah kamu baik-baik saja dengan sofanya?" Kim Dokja bertanya.
"Ada kantong tidur atau selimut yang bisa kau gunakan, dan aku bisa memberimu salah satu bantalku."
"Aku akan tidur denganmu," kata Yoo Jonghyuk.
"Apa."
"Aku akan tidur denganmu. Di masa depan, kita selalu berbagi tempat tidur. Lebih baik memulai hal ini lebih awal. "
"...kau tahu, aku terlalu lelah untuk berdebat saat ini. Hanya saja, jangan menendangku."
"Aku tidak akan melakukannya. Han Sooyung-lah yang menendang kalau tidur."
(Kim Dokja pada dasarnya terlelap saat kepalanya menyentuh bantalnya.Di pagi hari, dia bangun dengan lengan yang kuat melingkari pinggangnya dan dada Yoo Jonghyuk yang bergerak naik turun dengan stabil di punggungnya. Dia bangun dengan kehangatan di sisinya, serta kisah tentang dunia yang tidak lagi dia ingat.Di pagi hari, Kim Dokja bangun dan berpikir bahwa itu menyenangkan, tidak sendirian).
Seperti yang diketahui Kim Dokja selama beberapa bulan kedepan, Yoo Jonghyuk ialah teman sekamar terbaik yang pernah dia miliki.
Ini tidaklah sulit mengingat Kim Dokja tampaknya memiliki rekam jejak yang tidak menguntungkan dengan menemukan tukang bully ke mana pun dia pergi, dan bahwa sebagian besar pengganggu ini tampaknya tidak mampu melakukan dasar pekerjaan rumah tangga dasar. seleranya sangat tinggi, namun Yoo Jonghyuk melayangkan dirinya ke atas dan menumbuhkan sayap.
Dia seorang koki yang baik,dan salah satunya memastikan bahwa Kim Dokja makan tiga kali sehari daripada hanya makan ketika dia sangat lapar untuk mengabaikannya lagi.
Dia juga sopan, dengan caranya sendiri yang selamat dari kiamat tsundere, dan meskipun butuh beberapa minggu, Kim Dokja segera merasa mudah untuk mengobrol dengannya. Mereka berinteraksi, seolah-olah mereka adalah teman lama, dan itu nyaman.
Itu mudah, dan Kim Dokja tidak terbiasa dengan hal-hal yang mudah.Itu mudah karena Yoo Jonghyuk sudah mengenalnya luar dalam, dan Kim Dokja berayun ke arah kasih sayang seperti tikus kelaparan oleh sentuhannya.Mudah karena Yoo Jonghyuk memperlakukan Kim Dokja seolah dia berharga, seolah dia adalah seseorang yang layak dicintai, dan Kim Dokja itu lemah, pria yang lemah.
Mudah, itulah sebabnya Kim Dokja segera terbiasa memiliki dua orang di tempat tidurnya, bukan satu. Itu mudah, itulah sebabnya Kim Dokja mulai begitu menantikan untuk kembali ke rumah di mana dia pernah menundanya dengan sekuat tenaga. mudah, karenanya Kim Dokja membantu Yoo Jonghyuk mendirikan gaming station di pojok ruang tamu. Mudah, itulah sebabnya Kim Dokja tumbuh terbiasa untuk tersenyum lagi.
Sangat mudah hidup bersama Yoo Jonghyuk.
Bahkan lebih mudah untuk jatuh cinta padanya.
Jadi wajar saja, itulah yang dilakukan Kim Dokja.
KAMU SEDANG MEMBACA
"You are loved," said Yoo Jonghyuk. "This is a threat," said Yoo Jonghyuk
Fanfiction"You are loved," said Yoo Jonghyuk. "This is a threat," said Yoo Jonghyuk. Author : IceBreeze