22.

72 8 0
                                    

Kata lebah kecil sebelum baca, ayo tinggalkan jejak ya sahabat lecil🐝💚

Bisa teken love di sebelah kiri sama jejak komen supaya teteh semangat nulisnya hihi👻

Enjoy sayang💚💚

🐝🐝🐝


Raga yang semula menundukkan kepalanya otomatis meluruskan pandangannya pada Sisi yang ada di depannya. Menatap punggung gadis itu dengan mata membola tak percaya.

Apakah Sisi ingat? Semuanya?

"Aga," lirih Sisi sekali lagi, namun masih mempertahankan posisinya memunggungi orang yang ia panggil.

Raga langsung membalikan tubuh Sisi agar menghadap kepadanya, menatap dalam gadis yang kini sedang tertunduk.

"Lo..."

"Gue inget, gue inget semuanya, Aga," balas Sisi dengan suara bergetar.

Raga melihat Sisi yang meremas pelan rok sekolahnya, membuat ia jadi menggenggam erat tangan itu. Lalu ia mengelusnya pelan.

"Makasihh.., makasih udah inget gue, makasih buat masih nyimpen memori gue, Sii." Setelahnya ia menarik Sisi ke dalam pelukannya, tanpa aba-aba dan tanpa permisi.

Namun tak ada penolakan dari Sisi, rasa rindu itu tiba-tiba membuncah begitu saja. Sungguh ini membuatnya lega sekaligus sesak, apalagi saat Raga terus menerus mengucapkan terimakasih.

Pantas saja selama ini ia benar-benar merasa sangat dekat dengan Raga, ternyata ada alasan di balik itu semua.

"Lo kenapa ga pernah bilang, kenapa baru jujur sekarang? Kenapa lo ga bilang dari awal kita ketemu? Kenapa gue bego banget ga ngenalin lo?" Sisi kini berganti jadi meremas seragam Raga pelan. "Maaf, maafin gue."

"Si, hey." Raga perlahan melepas pelukan itu, ia lalu sedikit menundukan tubuhnya agar sepantar dengan Sisi.

"Liat gue dulu." Pintanya lembut sembari tangannya menarik pelan dagu Sisi agar mau menatapnya.

"Gue cuma nunggu waktu yang tepat, lo ga salah sama sekali. Waktu itu kita masih kecil, wajar kalau lo lupa," ucap Raga menenangkan.

Air mata yang sedari tadi Sisi tahan, nyatanya runtuh saat itu juga. Air mata yang biasanya mampu ia kendalikan, kala itu tak mampu tunduk pada Sisi saat netranya menatap Raga yang tengah tersenyum.

Sisi tidak buta, ia mampu melihat binar senang juga lega dari sana. Tentunya ia juga mampu melihat betapa Raga menyayanginya dengan sangat tulus.

Lalu, bolehkah Sisi bahagia kini? Bolehkah ia berharap hidupnya akan sedikit membaik dengan adanya Raga di sampingnya?

"Makasih udah dateng lagi dan makasih udah inget tentang gue, tentang kita. Gue beneran bahagia sekarang," tutur Raga yang malah membuat tangis Sisi semakin deras.

"Bangsat, gue meler inimah hueee ingus gueeeee." Dasar Sisi, sedang seperti ini pun, akhirnya ia akan selalu konyol dengan gaya khasnya sendiri.

Raga spontan saja terbahak, wajah Sisi yang sedang menangis, dengan hidung yang memerah dan bibir yang di kerucutkan membuatnya tampak sangat lucu. Raga lalu menangkup pipi Sisi, mengusap air mata yang tadi melewati pipi mulus Sisi. "Jangan nangis lagi, gue lebih seneng liat lo ketawa."

"Soalnya, kalo lo mewek mukanya jelek," lanjut Raga membuat suasana romantis itu menguap begitu saja.

"Sumpah, ternyata dari dulu sampe sekarang lo ga berubah, masih aja ngeselin," dumel Sisi yang sudah berhenti menangis. Ternyata acara hari tersebut tak mampu bertahan lama karena masalah dari kedua belah pihak.

Masih dalam posisi yang sama, Raga tersenyum hangat. "Gue memang ga berubah, gue masih Aga yang dulu. Aga yang janji bakal nemuin Yessikanya dimana pun itu, ga peduli itu saat remaja, dewasa atau bahkan tua."

Siapapun, tolong tahan Sisi supaya tidak terus melayang. Perempuan mana yang tak akan luluh dengan lelaki seperti ini? Bolehkan Sisi bangga bahwa Raga selalu mengingatnya?

"Jadi, makasih udah dateng lagi ke hidup gue. Mulai sekarang jangan pernah pergi lagi, hmm? Gue ga akan pernah ijinin sekali-kali lagi lo menghilang dari pandangan gue."

Sisi tak mampu menjawab, gadis itu hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Dan bertepatan dengan itu bel masuk berbunyi membuat keduanya mau tak mau harus kembali ke kelas.

•••

"Ga," panggil Apta menyenggol Raga yang sedang bersandar pada tembok di depan kelasnya.

Karena ternyata setelah bel tadi, guru yang bersangkutan tak bisa hadir. Alhasil dirinya dan Apta memutuskan untuk berdiam diri di depan kelasnya, di temani Kio yang juga kebetulan mendapat jamkos di kelasnya.

"Ape?" Tanya Raga menatap Apta.

"Yo, temen lo kenapa deh, dari tadi perasaan senyum-senyum terus." Apta menunjuk Raga dengan dagunya.

"Lagi kasmaran kali, wahhh setelah sekian lama, akhirnya Raga suka perempuan." Kio itu, memang kalau berbicara suka seenak jidatnya, membuat Raga jadi otomati melotot padanya.

"Gue normal bangsattt."

Namun beberapa detik kemudian Raga mengerjap. Benar juga, ia lupa memberi tahu Kio tentang Sisi.

"Yo, lo belum tau yah?" Tanya Raga tak jelas.

"Tau apaan?"

Apta yang paham apa maksud Raga hanya diam, tak banyak berkomentar saat itu.

"Lo inget Sisi Sisi itu ga? Yang sering gue ceritain."

Kio langsung mengangguk begitu saja. "Kenapa deh?"

"Gue udah ketemu sama orangnya," ucap Raga kalem.

Berbeda dengan Kio yang langsung membolakan matanya. "Seriusan lo? Ketemu di mana? Ko ga ada cerita anyink?"

"Satu-satu sia nanya teh," tegur Apta sembari menoyor kepala Kio tanpa ragu-ragu.

"Dia itu yang minjemin baju olahraga waktu itu ke elo. Dia sekelas sama gue."

Kio hanya mampu menganga lebar, merasa takjub mungkin dengan cerita sahabatnya ini.

"Tapi anaknya ga inget si Raga haha, kasian," celetukan itu membuat kedua pasang mata langsung melirik Apta dengan pandangan yang berbeda.

Raga dengan pandangan sinisnya, sedangkan Kio dengan pandangan bertanyanya.

"Dia udah inget. Tadi, baru tadi kita ngobrol dan gue jujur. Lo tau, dia langsung inget, dia ga sepenuhnya hapus gue dari ingatannya," cerita Raga menggebu.

"Serius lo?"

"Demi apa?"

Komentar berbeda namun di waktu yang bersamaan itu hanya dijawab anggukan oleh Raga. "Baru tadi, masih anget. Dia cerita dikit katanya dulu kecelakaan terus memori tentang masa kecilnya ilang, tapi kayanya ga beneran ilang gitu aja. Tadi dia bisa inget gue. "

Apta berdecih. "Pantes aja dari tadi senyum-senyum luuu, kaya odgj."

"Ta, kalo ngomong suka bener," timpal Kio tanpa beban.

Sedangkan yang di bully cukup menggeleng pelan, sudah cukup biasa di nistakan seperti sekarang ini.

"Kenalin napa, Ga. Gue liat dia suka sendirian terus," ucap Apta.

"Kenalin sama si Kia gih, siapa tau nyambung," lagi-lagi Kio menimpali, memberi saran agar Sisi di kenalkan pada kembaran Apta.

"Itu dia, lama pisah gue buta tentang dia, ga tau apapun. Gue masih mau cari tahu kenapa dia selalu sendirian, nanti lambat laun gue bakal kenalin ke kalian." Raga lalu melirik ke arah Kio. "Sama gue nanti suruh dia kenalan sama Kia."


🐝🐝🐝

Jangan lupa apa? Betul hehee jangan lupa tinggalin jejak ya sahabat kecilku💚💚💚🐝🐝🐝

SUDUT KENANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang