Prolog

149 21 2
                                    

Sarah duduk manis memperhatikan kajian sore hari ini bersama ibunya juga ibu-ibu lain dalam kelompok kajian rutinan yang di isi olah bapaknya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sarah duduk manis memperhatikan kajian sore hari ini bersama ibunya juga ibu-ibu lain dalam kelompok kajian rutinan yang di isi olah bapaknya sendiri. Kajian seputar pernikahan dan rumah tangga, kadang juga soal parenting, kadang juga soal ibadah harian lain seperti amalan sunah dan semacamnya.

"Dengerin itu... Kalo cari cowok yang paham agama dulu baru yang kaya syukur kalau ganteng juga. Tapi yang penting harus paham agama! " ucap  Nur menasihati Sarah sambil berjalan keluar gedung usai kajian.

Sarah hanya mengangguk sambil tersenyum mendengar nasihat ibunya.

"Tadi dengerin yang bapak bilang ga mbak? " tanya Susanto yang menghampiri keluarga kecilnya.

Sarah kembali mengangguk.

"Buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya. Jadi kalo kamu ketemu sama cowok yang keluarganya berantakan, kerjanya gak bener, wah dah pasti itu gak baik. Langsung di tinggal saja! " ucap Nur kembali menasihati putrinya. Sarah kembali mengangguk.

"Ibu bener, di dengerin... " tandas  Susanto lalu berjalan ke parkiran bersama keluarganya untuk segera pulang.

●●●

Suara isak tangis Yuni terdengar begitu pilu sambil duduk di lantai memohon pada Samud yang sudah sah menjadi mantan suaminya usai ketok palu pengadilan tadi.

"Bawa pergi... " ucap samud pada salah seorang anak buahnya saat melihat putri kecilnya, Cecilia, menyaksikan perseteruannya.

Samud hanya diam dengan airmata yang terus mengalir tanpa menjawab tiap ucapan memohon dari Yuni. Samud terus mengeluarkan pakaian-pakaian Yuni dan mengepaknya dalam koper-koper besar. Samud benar-benar menyingkirkan semua barang-barang Yuni tanpa peduli bagaimana wanita itu meratap penuh sesal.

Samud memberikan BPKB, STNK, juga sertifikat salah satu rumahnya yang jelas sudah beratasnamakan Yuni.

"Pergilah, kejarlah keinginanmu... Aku sudah bukan suamimu lagi. Pergilah... Ku ceraikan kau seperti keinginanmu! " bentak Samud dengan suara bergetar.

Samud langsung memasukkan semua barang-barang ke mobil. Yuni menatap apa yang di lakukan mantan suaminya itu dengan air mata yang terus mengalir.

"Pergilah biar anak-anak di sini! Bersenang-senanglah seperti maumu! " ucap Samud lagi lalu masuk kamar membiarkan Yuni pergi dengan sendirinya.

Arman yang mendengar sekilas pertengkaran orang tuanya langsung berlari masuk rumah dan mendapati mamanya tengah menangis di ruang tamu, sambil meminta maaf dalam tangisnya pada papanya.

"Mama kenapa? " tanya Arman sambil memeluk mamanya yang menangis.

Yuni langsung menyeka airmatanya, dan memasang senyum di wajahnya yang terlihat sedikit bengkak karena menangis.

"Mama sama papa cerai... " jawab Yuni.

Arman langsung bangun siap menghajar papanya kalau saja Yuni tak segera menahannya.

"Ini salah mama, papamu gak salah..." Arman makin kesal dan marah mendengar penuturan mamanya. "Apapun yang terjadi mama tetap mamamu, papa tetap papamu. Mama papa cuma cerai. Mama titip Cecil... Di jaga yang baik... Mama pamit pergi... Nanti kalo sudah saatnya kita ketemu sama-sama lagi... " ucap Yuni lalu memeluk erat putra sulungnya. "Mama sayang sekali sama abang... Sayang juga sama adek... " Arman ikut menangis dalam pelukan mamanya setelah mendengar ucapan mamanya yang terlihat putus asa dalam pamitnya.

"Mama jangan pergi... " cicit Arman.

"Mama harus pergi... Nanti ada waktunya kita sama-sama lagi... Abang sekolah yang bener, adeknya di jagain... Jangan berantem-berantem terus... " pesan Yuni lalu mengecup kening Arman dan memeluknya lagi sebelum akhirnya mantap pergi.

Arman hanya bisa diam menatap mamanya pergi tanpa tau bagaimana bisa kedua orang tuanya cerai dan sejak kapan pula mereka mengurus perceraiannya.

"Abang... Mama pergi kemana? " tanya Cecil yang di gendong salah satu preman pasar anak buah papanya.

Arman hanya menggeleng lalu mengendong Cecil masuk. "Mama pergi bekerja... " dusta Arman agar Cecil tak menanyakan soal mamanya terus menerus untuk saat ini.

"Tadi aku liat mama sedih, papa juga sedih... Sekarang aku juga ikut sedih... Abang sedih juga tidak? " tanya Cecil yang tak di jawab Arman.

Arman menatap sengit kamar papanya yang masih terkunci sampai sekarang. Ingin rasanya Arman mengamuk, tapi ia kembali berusaha bersabar menahan diri agar tau bagaimana duduk masalah dalam keluarganya.

"Kamu dah mandi? " tanya Arman yang di angguki Cecil. "Yaudah kamu tunggu dulu ya, abang mau mandi... " ucap Arman.

.
.
.

Ini cerita perdanaku setelah memutuskan come back lagi di wattpad. Semoga temen-temen suka 💕

To Young For Falling LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang