MENGINGATKAN!!!Vote ⭐ Follow dan komen ya biar authornya semangat nulis 💕
.
.
.
Tadi itu pacarnya Arman bukan ya... Eh kok aku jadi mikirin Arman sih! Lagian Arman sama cewek tadi juga cocok... Keliatan akrab, serasi... Batin Sarah yang terus memikirkan Arman dan wanita yang di boncengnya tadi."Aish! Apaan sih kok jadi mikirin terus gini! " gumam Sarah sambil menggebrak meja belajarnya pelan lalu kembali mengerjakan latihan soal dari buku paketnya.
Tapi kata Arman dia suka aku... Tapi kok malah boncengan sama cewek lain gini sih... Mana kayaknya akrab banget lagi... Batin Sarah lagi yang masih saja memikirkan Arman.
Sarah langsung mengambil nafas, lalu menghembuskannya perlahan. Begitu terus sampai ia merasa cukup tenang. "Astaghfirullah... Fokus! Fokus! " Sarah kembali menyemangati dirinya dan menyadarkan pikirannya yang terus terbang entah kemana, tak jelas.
Tapi, tapi kalo Arman cuma main-main gimana? Kalo cuma PHP gimana? Kalo cuma iseng gimana? Ah tapi kalo iseng kayaknya ga mungkin deh. Ngapain juga kalo iseng sampe ketemu bapak ibu... Sarah masih saja memikirkan Arman.
Sarah langsung menutup buku paket dan menyudahi belajarnya hari ini. Sarah langsung menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur, memeluk guling di sampingnya. Tapi sial kembali pikirannya bertanya-tanya apa hubungan Arman dengan wanita yang di boncengnya tadi. Meskipun berkali-kali Sarah berusaha mengalihkan pikirannya, sampai akhirnya Sarah memutuskan untuk mengambil ponselnya berencana menghubungi Arman. Tapi sial ia tak punya satupun kontak Arman.
●●●
"Sof... Ayo belajar lagi. Ini tadi aku coba kerjain jurnal umum... " ucap Arman yang langsung pergi ke bangku Sofia saat istirahat.
"Aduh aku susah mikir nih gapaham... " ucap Sofia sambil berpura-pura pusing.
Arman langsung mengeluarkan selembar uang lima ribuan. Sofia langsung tersenyum siap menyambar uang yang di keluarkan Arman, tapi sayang belum sempat di sambarnya Arman sudah mengambilnya lebih cepat. "Ajarin ini dulu baru jajan! " ucap Arman.
Sofia langsung memasang wajah cemberut lalu dengan ogah-ogahan mengambil pensil di lacinya. "Jadi gini bos! " ucapnya penuh penekanan. "Kalo ada kata pekerjaan di selesaikan, di bayar pada bulan selanjutnya sebesar Rp. 15.000.000. Itu masuknya piutang di debit Rp. 15.000.000 , kas di kredit Rp. 15.000.000. Gitu, kan kemarin di catatanku ada..." jelas Sofia sambil menuliskan apa yang barusan di jelaskan ke kertas yang di bawa Arman.
"Oke bos! Paham! Aku agak bingung aja tadi bedain utang sama piutang... " ucap Arman sambil cengar-cengir lalu memberikan selembar lima ribuan pada Sofia.
"Ini di kerjain dulu sampe selesai nanti abis makan aku cek... " ucap Sofia lalu beranjak dari duduknya dan melangkah dengan senang hati ke kantin.
Arman hanya mengangguk sambil melanjutkan mengerjakan tugas yang barusan di berikan Sofia dengan serius. "Di beli barang dagang secara tunai sebesar Rp. 5.000.000 , menerima potongan 2%... Berarti ini di kurangi 2% dulu.... " gumam Arman sambil mengecek fotokopian catatan dari Sofia kemarin.
Arman terus mengerjakan tugas-tugas yang sempat terlewatkan olehnya. Bukan terlewatkan, lebih tepatnya terabaikan. Semua di kerjakan mulai dari tugas-tugas yang ketinggalan sampai tugas yang akan datang. Di kerjakan satu persatu. Bahkan saat Arman datang ke kantor untuk mengumpulkan tugas, gurunya sampai terheran-heran sendiri.
"Arman... " panggil Pak Sugiono guru konseling yang tiba-tiba datang ke kelas khusus untuk memanggil Arman.
"Apa? " tanya Arman santai sambil masih asik menghitung di bantu kalkulator koperasi yang asal di ambilnya. "Hehe... Aku pinjam sebentar, kalo aku lulus ku kembalikan... " ucap Arman sambil cengar-cengir sadar sudah salah mengutil.
"Bapak mau ngobrol sebentar... " ucap pak Sugiono sambil geleng-geleng kepala dan mengambil kalkulator koperasi yang di gondol Arman.
"Ck! " decik Arman lalu mengemasi garapannya sebelum ikut ke kantor BK.
Arman langsung duduk begitu sudah masuk ke ruang BK, dengan alis terangkat dan mulut tersumpal permen chupa Arman menatap heran ke guru BK yang memanggilnya. "Aku bolos, salah. Aku gambar grafiti, salah. Aku pecahkan kaca jendela kantor, salah. Aku pukul anak kelas sebelah sampai bonyok, salah.... "
"Koma, sampai koma... " ralat pak Sugiono.
"Tapi bonyok juga dia... " Arman tak mau di ralat. "Aku kira dia tidur bukan koma, lagi pula masih bisa bangun pula dia... Itu pun aku salah..." sambung Arman lalu menuding gurunya dengan permen yang baru di keluarkannya dari mulut.
Hening.
"Aku kerjakan tugas, kenapa pula aku di panggil kesini? Salah kah? " tanya Arman dengan nada bicara yang mulai ngegas.
"Tidak salah. Bapak malah senang kamu berubah. Tapi bapak mau tau, kenapa kamu bisa berubah begini? " tanya pak Sugiono.
"Semua orang bisa berubah pak..." Arman menghentikan ucapannya lalu mengambil ponselnya dengan foto Sarah yang di dapatnya entah dari mana. "Aku beri tau tapi kau jaga rahasia. Sampai bocor ku bakar kantor kau ini... " lanjut Arman lalu menunjukkan foto Sarah sambil tersenyum sumringah. "Cantik kan? "
Pak Sugiono langsung mengangguk.
"Jangan kau naksir dia pula! Ku colok mata kau! " ucap Arman yang langsung memberi peringatan lalu keluar dari ruang BK tanpa pamit.
●●●
Arman benar-benar menyibukkan diri. Sepulang sekolah ia juga langsung mengajak Sofia untuk kembali belajar bersama, bukan hanya ekonomi tapi geografi juga matematika. Arman memaksa Sofia agar mau mengajarinya, meskipun Arman harus mengeluarkan imbalan untuk Sofia atas jasa-jasanya.
"PKN udah? " tanya Sofia.
"Belum yang pilihan ganda... " jawab Arman.
"Mau nyontek apa ngerjain sendiri? "
"Dateline kapan? "
"Besok jam pertama... "
"Kalo nyontek berapa duit? "
"Persoal seribu, kalo esay dua setengah... "
"Buset mata duitan amat..."
"Itu juga kalo kamu mau, kalo enggak ya jangan. Dah sore aku mau pulang... " putus Sofia.
Arman langsung menatap Sofia dengan wajah cemberut. "Yaudah aku kerjakan sendiri... "
"Yakin? " tanya Sofia sambil merapikan barang-barangnya dan memasukkan ke dalam totebag. "Yaudah lah ayo anterin balik!"
Arman langsung bangun dan mengambil kunci motornya, lalu berjalan keluar bersama Sofia. Begitu Arman dan Sofia menaiki motor siap pergi, tampak Cecil datang bersama Sarah yang mengantarnya juga anak-anak yang lain. Arman yang semula sudah siap tancap gas kembali menstandarkan motornya dan berjalan ke pagar bersiap menyambut Sarah.
"Asalamualaikum Sarah... " sapa Arman.
Sarah menatap Arman lalu Sofia bergantian. "Wa'alaikum salam... " jawabnya sedikit ketus.
"Makasih dah nganterin Cecil... " ucap Arman. "Oh iya boleh minta nomormu apa enggak? " tanya Arman sambil menyodorkan ponselnya pada Sarah.
Sarah menyeringitkan alisnya. Tak percaya Arman bisa tetap nekat mendekatinya di depan Sofia yang entah apa hubungannya dengan Arman. Tapi tetap bagi Sarah tak sopan dan tidak baik untuk mendekatinya sedangkan ia sudah punya pasangan. Ah sudahlah, akhirnya Sarah memberikan nomornya meskipun dengan rasa tidak ikhlas dan enggan terus bergelut dengan rasanya.
Dahlah gapapa buat komunikasi seputar TPA juga bisa, ga harus percintaan melulu. Batin Sarah sebelum melangkah pergi dan sedikit menunduk memberi salam pada Sofia yang berdiri menunggu Arman di atas motor.
"Halo bos kecil!" sapa Sofia pada Cecil.
"Halo juga! " jawab Cecil lalu tos dengan Sofia.
Sejenak ada rasa sebal terbersit di hati Sarah saat tau Cecil juga dekat dengan Sofia. Tapi buru-buru di abaikannya dan sudahlah Sarah tak mau berlama-lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Young For Falling Love
Dla nastolatkówArman seorang remaja korban broken home yang jatuh cinta pada Sarah anak Kyai dekat rumahnya yang memberikan begitu banyak syarat untuk dapat menjalin hubungan dengannya. Di bantu Sofia teman sekelasnya yang tiap hari mendapat KDRT dari ayahnya, So...