Bagian 2

18 3 2
                                    

Hay, jangan jadi siders yaa..
Vote coment gak akan bikin kalian bangkrut kok . Hehe 😂
Happy reading ✨

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Pagi ini, Rea masih betah bergelung dibawah selimut,
Perutnya masih sakit efek PMS, dia meringis ketika mencoba bangun saat menyadari jam dinding di kamarnya sudah menunjukkan pukul 06.03, sedangkan sekolahnya masuk pukul 07.00 tapi saat ini dirinya bahkan belum mandi dan sarapan.
Ia bergegas bangun ketika suara mamanya terdengar memanggil dari luar.
Ahh mamanya pulang, hatinya menghangat, ia gembira.

"Iya ma, Rea turun 10 menit lagi." dia bergegas masuk kamar mandi di dalam kamarnya usai membalas ucapan sang mama.

10 menit berlalu, Rea sudah turun, kini dia duduk di meja makan bersama mamanya.

"mau sarapan nasi goreng apa roti Re?" Mamanya bertanya sembari meletakkan susu dihadapan Rea.

"Roti aja ma, aku ambil sendiri." ia mengambil roti, mengolesi dengan selai kacang kesukaannya lalu memakannya.

"Masih sakit Re? Kalau sakit jangan masuk dulu deh ya nanti mama ijinkan ke wali kelasmu."
mamanya berucap sembari menatap putrinya khawatir, pasalnya wajah Rea kini tampak pucat.

"Nggak ma, Rea gapapa, hari ini ada ulangan harian, Rea nggak bisa kalau nggak masuk." Rea menjawab sembari terus mengunyah rotinya.

Beberapa menit kemudian, sarapan sudah selesai, ia bergegas menyalami sang mama, mengecup pipinya sekilas dan sedikit berlari menuju mobilnya yang sudah disiapkan oleh supir mamanya.

Namun langkahnya terhenti di ambang pintu ketika mendengar sang mama bicara.

"Re, mama nanti sore berangkat lagi ya ke Malang, ada proyek baru disana yang harus mama tangani, kamu baik-baik dirumah, nggak lama kok cuma tiga hari saja."

Rea menjawab tanpa menoleh, "iya, mama hati-hati, Rea berangkat dulu." lalu terus melangkah menuju mobilnya untuk pergi ke sekolah.

Di dalam mobil ia meremas kuat-kuat setir mobil dengan mata yang sudah berkaca-kaca, mamanya selalu seperti ini, kerja, kerja dan kerja. Baru kemarin mama pulang nanti sore harus pergi lagi. Menyebalkan. Ia tahu bahkan sangat tahu, mamanya seperti ini untuk mencukupi segala kebutuhannya pasca berpisah dengan sang papa.

Benaknya mengandai-andai, andai saja keluarganya seperti keluarga lain diluar sana, utuh, bahagia, tak seperti dirinya yang bahkan saat umurnya baru menginjak 7 tahun dia harus mengalami perpisahan kedua orang tuanya, bahkan hingga kini usianya sudah menginjak 17 tahun papanya tak lagi menjenguknya, bahkan untuk mengetahui kabarnya pun tidak bisa, seluruh akses untuk bertemu dan berhubungan dengan papanya sudah di tutup oleh istri baru papanya.
Miris. Satu kata yang menggambarkan hidupnya.

Ia tak marah, ia hanya kecewa, tumbuh di lingkungan yang tanpa seorang papa, tumbuh di lingkungan yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan para pekerja dirumahnya dibandingkan dengan mamanya yang selalu sibuk bekerja.

Ia menarik nafas kuat-kuat menghembuskannya perlahan, menarik tisu yang ada di kursi penumpang sampingnya dengan tangan kiri, sembari tangan kanannya serta matanya tetap fokus menyetir.
Mengelap air matanya, lalu tersenyum.
Ia bergumam, "Kalau selama ini aja lu mampu, sekarang harus lebih mampu Re, harus lebih kuat." ia menyemangati dirinya sendiri. Tersenyum manis pada bayangan dirinya pada spion tengah mobilnya.

Dunia ReanasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang