Semangat pagi.. ✨
Sudah mulai kah aktifitas pagi kalian?
Jangan melewatkan sarapan yaa..
Happy reading.. ツ~~~~~~~
"Ini apartemen lu?"
Rea mengedarkan pandang saat sampai dilorong apartemen Alvito."Hmm." Alvito menjawab dengan gumaman sembari ia masuk ke dalam lift dan menekan angka 14 di ikuti Rea di belakangnya.
Terjadi keheningan selama di dalam lift, Alvito yang sibuk dengan ponselnya, dan Rea yang sibuk dengan pikirannya.
Hingga lift berdenting pertanda sudah sampai ke lantai yg dituju, lantai 14.Alvito melangkah keluar lift, di ikuti Rea dibelakangnya.
Pada kamar nomer 145, Alvito berhenti, lalu mengeluarkan akses cardnya dan menempelkan pada daun pintu.
Begitu pintu terbuka, Alvito melangkah masuk berniat mengambilkan minum di dapur untuk Rea. tapi saat di rasa tak ada pergerakan dari gadis di belakangnya ia pun menoleh berjalan lagi menghampiri Rea yang masih berdiri di ambang pintu masuk sembari matanya menyorot bingung pada foto yang tertempel di dinding ruang tamu apartemennya. Itu foto keluarganya."Masuk Re, mau sampek kapan lu berdiri diem disitu, hm?" Alisnya terangkat sebelah sembari matanya mengikuti arah pandang Rea.
Rea terkesiap buru-buru mengalihkan pandang menatap Alvito yang berdiri di depannya. "Iya ini mau masuk, by the way Al, itu- maksud gua laki-laki yang berdiri disamping lu itu siapa ya? Gua kok kayak ga asing sama mukanya, tapi gua lupa siapa."
"Sodara gua, dia murid baru di kelas lu." Alvito menjawab sembari menuang air dari teko ke dalam gelas sembari melihat ke arah Rea yang duduk di ruang tamu.
Apartemen ini memang di desain dengan ruang tamu dan dapur dibuat tanpa sekat, lalu di samping ruang tamu ada 2 kamar tidur yang bersebelahan menghadap ruang tamu. setelah dapur baru ada sekat untuk menuju kamar mandi.
"Oh iyaa gua baru inget, gara kan namanya, emm gar--gara--sagara!" seru Rea setelah berhasil mengingat nama sagara.
"Hm, udah kenalan kan pasti lu sama dia? Secara sekelas kan yaa." Alvito bertanya sembari menyerahkan segelas air putih untuk Rea.
"Air putih banget nih? Gak ditawarin apa kek gitu, gua tamu dari jauh loh." Rea mengucapkannya dengan bibir yang dimanyunkan mencibir Alvito.
Alvito tergelak, "bocil ga boleh minum aneh-aneh nanti mabok haha. Ice cream lu aja tuh minum."
"Lagian iya tamu dari jauh, lebih tepatnya tamu tak terduga." Alvito tergelak puas melihat Rea yang cemberut."Yauda gua pulang nih, ternyata bener yaa luu emang ga bisa ga gesrek gitu sehari aja." Rea ngedumel sambil melangkah, tapi naas ia tak menyadari tali sepatunya terlepas dan ia menginjaknya.
Rea oleng, hampir jatuh andai saja Alvito tak punya reflek yang bagus untuk menahan pinggangnya.
Mereka sama sama terpaku cukup lama dalam posisi itu, merasakan debar yang tak biasa hadir menggedor dada keduanya, disertai sensasi kupu-kupu berterbangan dalam perut keduanya.
Alvito yang pertama sadar dari keterpakuannya.
"emm sory, katanya mau makan tadi, kok udah buru-buru pulang aja."
ia berkata sembari melepaskan pinggang Rea dan beranjak duduk kembali di single sofa yang berada di tengah ruangan.Rea mengerjap, berusaha menenangkan debar jantungnya, Alvito doang ini, ngapain jedag-jedug coba nih dada, inget Re, dia kan manusia paling nyebelin di muka bumi ini. Tapi kenapa respon tubuh gua kayak gini kalau dideket dia?
"Awww, sakit anjir!" Rea memekik tertahan, mengusap jidatnya yang di sentil oleh tangan jahil manusia paling menyebalkan di muka bumi ini.
"Mikir apa ini otak lu hayo? dari tadi nggak dengerin gua ngomong nih pasti." Alvito gemas seraya menoyor kecil jidat Rea.
"Lu yahh, resek banget sih! Ngomong apa tadi? Gua gak ngeh bukan karna ngelamun, karna gua lagi mikir siasat buat morotin lu, hmm enaknya makan apa yaa."
Rea berucap sembari meletakkan jari telunjuk di dagunya. Seperti sedang berpikir keras padahal gemuruh di dalam dadanya masih belum juga mereda."Pesen semua yang lu mau, harus habis, baru nanti kalau udah kenyang gua anter pulang, passwordnya 2128."
Alvito meletakkan handphonenya di atas meja tepat di depan Rea."Bener bisa makan sesuka gua, sepuas gua, dan lu percaya aja ngasih password lu ke gua? Nggak takut gua salah gunain handphone lu?"
Rea spontan bertanya dengan mata mengerjap bingung memandang Alvito yang berdiri menjulang di depannya, hendak berlalu ke kamarnya."Kalau gua kasih berarti gua percaya, nanti kalau kurir nya dateng lu terima sendiri aja pesenan lu, lu makan, piringnya ada di dapur, di rak atas wastafel, bebas mau makan di mana, di ruang makan boleh, di ruang tamu sini juga boleh. gua mau mandi dulu gerah." Alvito melangkah berlalu menuju kamarnya dengan kamar mandi di dalamnya.
Spontan Rea berlari, menahan lengan Alvito saat akan meraih daun pintu kamarnya.
Alvito menaikkan satu alisnya bingung.
"apa lagi? Mau makan di kamar gua? Yang ada bukan lu yang makan, lu yang gua makan mau? Hmm."
Tanyanya disertai seringai menyebalkan plus songong khas laki-laki itu."Ihh nyebelin banget sih!!" Rea mencubit lengan Alvito, tapi tak dipungkiri wajahnya memanas, memerah, entah malu atau apa ia pun tak paham.
"Lu gak ikut makan?"
"Nggak, udah kenyang, tadi makan di rumah temen." Alvito menjawab sembari menepuk puncak kepala Rea dua kali lalu memutar daun pintu dan masuk ke dalam kamarnya.
"Thankyou Al." Rea tersenyum manis memandang Alvito yang sudah melangkah masuk ke dalam kamarnya.
"Sama sama." Alvito balas tersenyum, lalu menutup pintu kamarnya.
Tanpa ada yang tahu mereka bertahan dalam posisi berhadapan berhalang pintu cukup lama sembari masing-masing terus mengukir senyum di bibir, serta degup jantung yang terus menggila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Reanasya
Teen FictionAlvito itu jahil, suka menggoda Rea, Alvito itu most wanted SMA Wijaya Buana yang songong, Alvito itu tiada hari tanpa membuat Rea tarik urat. tapi Ketika Alvito paham akan rasa yang berbeda untuk Rea, segalanya jadi rumit, segalanya jadi terasa le...