"Saat kehilangan mendera begitu hebat, yang tiada pun serasa nyata."
Malam kian larut disertai gerimis yang mulai menderas. Di sebuah tikungan, tampak sebuah mobil merah dalam posisi terbalik. Pembatas jalan terlihat hancur dan serpihan kaca berserakan di sekitarnya. Dalam gerimis, sosok seorang gadis tampak berjalan terseok mendekat ke arah mobil. Tubuhnya seketika melemas dengan lutut yang membentur aspal, saat melihat sesosok pemuda yang berlumuran darah di balik mobil.
"David...," lirihnya.
***
Lana membuka mata. Peluh membasahi tubuh dan keningnya. Ia menyambar segelas air yang berada di meja dekat ranjang dan menghabiskannya dalam sekali teguk. Gadis berambut panjang itu mengambil posisi duduk sambil memeluk kedua lututnya.
Lagi-lagi ia dihantui mimpi buruk saat kecelakaan beberapa minggu yang lalu. Kecelakaan yang terjadi akibat pertengkaran mereka berdua. Lana menumpu kepalanya di lutut. Isak tangis kembali terdengar ketika ia teringat pertengkarannya dengan David, pemuda yang sudah mengisi hatinya 3 tahun belakangan ini. Semua berawal saat keduanya datang ke pesta sahabat Lana, Febi.
***
Suasana sudah mulai ramai saat keduanya tiba. Mengenakan dress putih selutut dan rambut yang digerai, membuat Lana menjadi pusat perhatian malam itu. Ditambah dengan hadirnya sosok pemuda tampan berwajah indo di sampingnya, membuat dirinya bersinar bagai bintang. Banyak diantara pngunjung pesta yang ingin berkenalan dengan sosok David Zafran yang merupakan kekasih Lana.
Hingga saat pesta tengah berlangsung, Lana melihat David tengah berbincang akrab dengan seorang gadis bergaun merah. Keduanya tampak tertawa lepas seolah saling mengenal.
"Siapa, Dav?" tanya Lana usai gadis bergaun merah itu pergi.
David melirik ke arah gadis yang berjalan menjauh itu sambil tersenyum. "Bella. Dia seorang model. Aku menawarinya bekerja sama dalam salah satu proyekku," jelasnya sambil meneguk minumannya.
Lana sadar, David berkata jujur. Namun, perasaannya tetap merasa cemburu menyaksikan kedekatan keduanya. Terlebih, mereka akan berada dalam proyek yang sama dan memungkinkan keduanya bisa bertambah akrab. Rasa cemburu itu membuat Lana tidak betah lagi berada di tempat itu.
Lana mengangkat kepala dari lututnya. Ingatan yang baru saja melintas di benaknya membuat ia meraih sebuah foto yang terdapat gambar David dan dirinya.
"Kamu enggak tahu, aku rindu kehadiranmu, Dav." Lana memeluk erat foto di tangannya.
Gadis itu menatap ruangan bernuansa putih yang ia tempati. Kembali ia merebahkan tubuhnya sembari mengingat kebersamaannya dengan David. Sosok pemuda yang sudah menjadi seorang pengusaha muda diusianya yang menginjak 23 tahun. Perkenalannya dengan Bella di pesta ulang tahun Febi membuat keduanya semakin akrab dan membuat kecemburuan Lana kian bertambah. Kembali gadis itu menangis dalam diam.
"Kamu lebih mementingkan pekerjaan kamu sekarang!" protes Lana saat keduanya tengah makan malam di sebuah cafe.
David hanya bisa menggeleng mendengar ucapan Lana yang dianggapnya terlalu kekanakan. "Sebelumnya juga aku seperti itu, tetapi kamu tidak pernah protes?" ungkapnya.
Lana menghentikan makannya. "Aku enggak suka kamu lama-lama dengan si Bella itu. Dia genit sama kamu," pungkas Lana dengan wajah sedih.
"Kamu, cemburu?" goda David.
"Siapa yang tidak cemburu? Dia cantik, model, dan aku?" tunjuk Lana pada dirinya sendiri.
Tiba-tiba entah darimana, Bella muncul dan seketika memeluk David. Lana kaget dan tanpa disadari telah berlalu meninggalkan kekasihnya yang dengan bergegas menyusulnya.
"Kamu harus dengar dulu!" David mengeraskan suaranya, karena Lana tidak menggubris ucapan pemuda itu.
"Apa lagi? Semua sudah jelas. Kamu memang ada hubungan dengan dia kan?" tangis Lana histeris.
David mengendarai mobilnya dengan cepat malam itu. Sementara, keduanya masih bertengkar. Mendekati sebuah tikungan, David dikejutkan dengan kemunculan sebuah truk dari arah berlawanan. Pemuda itu menginjak rem, tetapi mobilnya yang melaju dengan kecepatan tinggi menjadi oleng dan membentur pembatas jalan dengan keras, sebelum akhirnya terbalik.
Lana menjerit histeris dalam tidurnya. Pintu kamar seketika terbuka. Dua orang pria berpakaian putih datang menghampiri gadis itu dan berusaha menenangkannya, tetapi gagal. Lana tetap menangis sambil berteriak memanggil nama David. Salah satu pria itu akhirnya menyuntikkan sesuatu ke lengan Lana dan membuatnya kembali terlelap.
Dari sebuah jendela, seorang wanita melihat kejadian itu sambil menangis.
"Keadaannya tidak juga membaik, Bu. Dia lebih sering berteriak dan menangis sekarang." Seorang pria berpakaian dokter berujar pada wanita itu.
"Apakah kemungkinan dia akan pulih dari trauma kejiwaannya, Dok?"
Dokter Hans hanya memandang ke arah Lana yang kini tertidur di dalam bilik perawatan rumah sakit jiwa, Kasih Teratai.
"Saya tidak bisa memastikannya, Bu," pungkas pria itu jujur.
Wanita yang adalah ibunda Lana, hanya bisa menangis melihat keadaan putrinya yang mengalami gangguan jiwa usai kecelakaan yang menimpanya. Rasa cintanya pada David membuat Lana tidak bisa menerima kepergian pemuda itu. Bahkan, dalam keadaannya sekarang, yang ia ingat hanya David. Dia melupakan keluarga dan sahabatnya, tapi menolak menghilangkan pemuda yang ia cintai dari pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KUMPULAN CERPEN "MATI RASA"
DiversosSebuah koleksi cerpen dengan berbagai kisah yang dituangkan secara sederhana dan mudah di baca, sehingga diharapkan bisa menjadi sebuah bacaan ringan di waktu senggang.