Waktu kuliah, Sagita sudah dihadapkan dengan beberapa pilihan oleh kedua orang tuanya. Seperti, melanjutkan bisnis orang tuanya ketika sudah lulus, bekerja sebagai staff kantoran supaya tahu gimana kerasanya dunia kerja atau pergi keluar negeri untuk melanjutkan studi S2.
Tapi Sagita tak menjadikan ketiga pilihan orang tuanya sebagai acuan untuk dirinya bertumbuh dan berkembang.
Sagita punya pendirian dan mimpi tersendiri.
Sejak duduk di bangku SD, Sagita sudah memiliki ketertarikan terhadap dunia bisnis. Apalagi, bisa dibilang bahwa Sagita nih tipikal anak yang kreatif.
Waktu SD, Sagita pernah menjual kerajinan tangan yang ia buat sendiri kepada teman-temannya. Seperti gantungan kunci yang berasal dari kain flanel ataupun aksesoris dari manik-manik. Dan untungnya, saat itu kedua orangtuanya mengizinkan Sagita untuk melalukan apa yang ia mau.
Namanya juga anak-anak dan penasaran.
Kemudian ketika SMP, Sagita banyak mencari tahu tentang produk lain yang bisa ia jual. Perempuan itu seringkali membeli sesuatu barang yang nantinya ia jual kembali ke teman-temannya.
Jadi reseller gitu deh ceritanya.
Re-selling barang orang untuk mendapatkan beberapa keuntungan. Tapi belum berani jual dalam kuantiti yang besar banget, soalnya itu hanya selingan aja selama ia bersekolah dan buat nambah-nambahin uang jajan.
Beruntungnya, it works.
Waktu SMA, tiba-tiba Sagita kepikiran untuk menjual produk dengan brand namenya sendiri.
Yap, dia ingin punya brand sendiri.
Perempuan itu benar-benar tertarik dengan yang namanya dunia bisnis dan ingin fokus terjun untuk membuka sebuah bisnis atas nama dirinya sendiri. Namun sayangnya, waktu SMA dia belum bisa melakukannya karena tidak adanya izin dari kedua orang tuanya.
Bukan karena orang tuanya melarang ia berbisnis, tapi menurut orang tuanya, untuk membangun sebuah bisnis dengan nama sendiri di bangku SMA itu masih sulit. Apalagi membuat produk sendiri.
Kedua orang tuanya tak mau Sagita terlalu fokus dengan kegiatan berjualannya yang bisa saja memberikan dampak negatif akan proses belajarnya di sekolah. Saran orang tuanya memang benar adanya.
Hingga akhirnya, saat itu, Sagita menuruti kemauan orang tuanya.
Namun, Sagita tetap menjadi reseller, biasanya dia berjualan baju-baju dan makanan import. Tapi nggak yang fokus banget karena lagi-lagi, ia tetap memfokuskan diri untuk bersekolah.
Setidaknya, menjadi reseller membuat Sagita merasa bahwa ia memilik pengalaman yang benar-benar ia mulai dari 0. Dan tentunya, ia sudah mendapatkan izin dari kedua orang tuanya untuk menjadi reseller dengan catatan harus tetap fokus bersekolah.
Semua berjalan begitu saja dan Sagita sangat menikmati setiap proses yang ada.
Hingga akhirnya, Sagita sempat kepikiran untuk nggak mau melanjutkan studinya ke jenjang perkuliahan ketika telah lulus dari bangku sekolah menegah atas.
Setelah dilanda kegalauan yang cukup meresahkan, apalagi ditambang dengan adanya banyak tuntutan dari beberapa orang, membuat Sagita akhirnya memutuskan untuk berkuliah. Ia pun memilik jurusan yang tak jauh dari passionnya.
Business Management.
Pilihan Sagita itu akhirnya membawa dirinya mengenal yang namanya dunia perkuliahan. Ia bertemu dengan banyak orang baru. Berkenalan dan berusaha memantaskan diri sebagai mahasiswi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Kondangan - Jaehyun [ON GOING]
General Fiction"yakin cuma partner kondangan doang?" start: 12/10/21 end: - [masih ongoing, silahkan baca.]