3 | Turn! Turn! Turn!
Sebelum berangkat ke Amerika seminggu lagi, aku sudah mengantongi jadwal untuk bertemu Hinata. Kita akan bertemu di salah satu tempat ramai, di persimpangan Scramble yang terletak di depan stasiun JR Shibuya. Aku tidak tahu mengapa Hinata memilih daerah seramai itu, tapi memang kafe atau tempat makan di sana enak-enak. Mungkin itu saja yang bisa aku tarik kesimpulannya, selebihnya perasaanku begitu penuh dengan rasa tidak sabar dan senang. Mungkin, untuk terakhir kali sebelum pergi aku ingin melihat wajah Hinata. Aku rasa aku memang pernah menyukainya, tapi tidak sadar. Atau mungkin juga sampai sekarang masih menyukainya.
Apakah aku brengsek menyukai wanita yang bersuami? Entahlah, kupikirkan nanti saja.
Aku telah sampai di persimpangan Scramble, dimana penuh dengan orang-orang berlalu lalang dan akan menyebrang. Sebelum lampu pejalan kaki menjadi hijau, mataku bergerak mencari apakah Hinata sudah ada di sekitarku atau dia masih di jalan. Terakhir kali berkirim pesan, dia sebentar lagi sampai. Sebelum lampu hijau pejalan kaki menyala, pesan dari Hinata masuk.
Hinata (SMP)
Aku diseberangmu Naruto-kun. Aku memakai topi, bajuku berwana peach.
Aku membacanya. Lalu kemudian pesan kembali masuk.
Hinata (SMP)
Rambutku pendek ya.
Rambutnya pendek? Tak pernah aku pikirkan sebelumnya surai indah yang panjang itu akan dipotong pendek. Aku membalas pesan itu, lalu kembali menatap lalu-lalang orang di sebrang hingga kemudian sebuah tangan melambai dari kejauhan.
Seorang wanita berdiri dengan dress katun berwarna peach lembut, dia mengenakan tas selempang berwarna coklat tua juga bucket hat berwarna coklat muda di kepalanya. Aku menelisik, tidak salah lagi. Dia Hinata.
"Hinata!" Aku berjalan cepat begitu lampu pejalan kaki menjadi hijau, berdesakan dengan orang-orang yang menyebrang. Hinata terkekeh melihatku buru-buru berjalan. Saat sampai di depannya, dia memegang topi dikepalanya karena angin musim semi kali ini cukup kencang, dia masih mempertahankan senyumnya padaku.
"Lama tidak berjumpa Naruto-kun." Tuturnya, suaranya lembut sekali dan suara itu terasa sangat menyambutku, terdengar seperti kata okaeri.
"Kau terlihat berbeda," Tuturku pada Hinata, gadis yang dulu sangat menonjol dengan surai ikoniknya yang panjang sepunggung. Sekarang berubah seratus delapan puluh derajat menjadi wanita dewasa dengan surai pendek dan make-up sederhana namun juga terlihat memesona. Aku tidak mengerti mengapa Hinata berubah menjadi sangat cantik dimataku.
"Apa itu berarti penampilanku buruk?" Tanya Hinata, aku kontan menggeleng cepat.
"Kau cantik seperti dulu. Tidak ada yang berubah kecuali rambut." Tuturku jujur, Hinata kontan memukul pelan bahuku seraya terkekeh.
"Kau juga, kau sangat tinggi Naruto-kun." Tutur Hinata, dia mendongak untuk menatapku. "Tapi kau belum banyak berubah, wajahmu masih seperti dulu."
"Jelek?"
"Aku tidak bilang begitu." Hinata terkekeh lagi, aku pun ikut terkekeh.
"Aku tidak tahu bagaimana dulu aku terlihat. Seingatku, dulu aku langganan pleseter di wajah, motifnya berbeda setiap hari."
Hinata terkekeh lagi. "Tapi kau tampan kok."
"Jangan terpaksa begitu, aku tidak kecewa jika aku jelek,"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Byrds [END]
KurzgeschichtenMengapa aku sangat menyukai memori sederhana tentangmu?