005

1.9K 257 77
                                    

[Name] terbangun di malam hari dengan lorong keadaan gelap gulita. Gadis itu berjalan lemas menuju lantai tiga, tak memikirkan membersihkan diri dengan mandi karena udaranya yang sangat tidak mendukung. Padahal tadi siang udaranya lebih panas dari Tohoku, namun malam hari seluruh tulang-tulangnya menggigil.

"Takana." Pelukan pada jaketnya semakin mengerat. Iris violet itu menemukan satu ruangan olahraga dimana lampunya masih menyala terang. [Name] berjalan ke arah sana, mengingatkan siapapun yang masih beraktifitas di waktu jadwalnya beristirahat.

Saat sudah sampai di gedung tiga, [Name] melihat Tsukishima, Kuroo, dan Bokuto seperti biasanya. "Konbu. Sujiko." Bokuto langsung menolehkan kepalanya, tanpa di suruh dia langsung berlari dan merentangkan kedua tangannya.

"INUMA-CHAN!" Saat tinggal beberapa langkah lagi, Kuroo langsung menghalangi dirinya dengan [Name]. Kuroo merentangkan tangannya ke depan, imejer aura sinar mentari di belakang tubuhnya membuat Bokuto langsung menyipitkan mata.

"Jangan ada Burhan di antara kita."

Bokuto langsung cemberut, surai dwi warnanya langsung menurun karena mengikuti gravitasi kali ini. Kuroo langsung tertawa puas dan berbalik memeluk [Name] terlebih dahulu, [Name] yang lugu hanya bisa balik memeluk Kuroo di lengan pria tersebut.

"Tuna-tuna!"

Aku ra ngerti, anggukin ajalah. Kuroo mengusap-ngusap puncak kepalanya, berniat mencium tapi Tsukishima sudah mengamankan [Name] di balik tubuh jangkungnya.

Tapi Kuroo menyadari wajah [Name] yang di tutupi plester sebagian wajah. "Kenapa dengan dahimu?" [Name] memegangi plester yang menempel, lalu menunjuk-nunjuk Tsukishima dan menunjuk lagi plesternya. Mengisyaratkan kalau Tsukishimalah yang mengobati lebam-lebam di wajahnya.

Namun Kuroo dan Bokuto yang memang dasarnya sudah satu pemikiran menangkap arti lain, yaitu kalau Tsukishimalah yang membuat beberapa sebagian wajahnya luka-luka dan mengalami lebam hingga berwarna kehitaman. Tsukishima yang menyadari aura hitam di seluruh tubuh kedua kapten tersebut langsung menghela nafasnya.

"Dia memanjat pohon dan terjatuh sendiri."

"Shake."

"Izinkan aku berlatih bersamamu!" Dua suara yang saling bersautan itu membuat lima pasang mata menoleh ke arah pintu masuk, memperlihatkan dua orang dengan tubuh tinggi yang sangat berbeda jauh. Hinata dan Lev menatap satu sama lain dengan sorot bingung.

"Lev?"

"Oh, Hinata."

"Lev, bukannya kau harus belajar penerimaan bersama Yaku?" Tanya Kuroo, namun jika di lihat-lihat dia sudah menebak kalau pria setengah Rusia itu sedang melarikan diri dari sang libero Nekoma.

"Baiklah, karena ada enam orang pemain, ayo bertanding. Inuma-chan! Tolong jadi wasit, ya!"

"Shake!" Gadis itu memberikan gaya hormatnya. Lalu kaki mungilnya mulai menaiki tangga dan berdiri di sisi net, itu lebih menyenangkan dari pada mengubah papan skor. [Name] mengambil peluit di atas meja.

"Anu... bukannya ini terasa tidak seimbang." Ujar Akaashi sebelum pertandingan beranggotakan tiga orang tersebut. Di tim Kuroo, semua anggota memiliki tinggi di atas rata-rata, apalagi Lev yang ingin menyentuh dua meter. Di tim Akaashi juga tinggi-tinggi, minus Hinata tentu saja.

"Tenang saja, ini 'kan hanya latihan."

Hinata dan Kuroo langsung berlari, meninggalkan Akaashi yang masih mendatarkan raut wajahnya. Sepertinya hanya dia yang masih waras daripada kedua orang itu.

Pertandingan dimulai dengan [Name] yang meniup peluit panjang. Semua orang bermain dengan serius, iris violet itu juga melihat Tsukishima yang sudah mulai berkembang dengan mengikuti aba-aba dan cara dari Kuroo, menyebabkan dia berhasil memblok serangan Hinata.

Salmon! (Haikyuu!! x Inumaki!reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang