Bintang cemas.
Sekarang tubuh si Badan besar telah memenuhi bilik pribadinya di badan pesawat. Bintang makin panik. Tak ada jalan menyelamatkan diri.
Sekilas Bintang melirik tuas remot kontrol yang melekat di bawah monitor, "Akan ku hantam kepalanya," pikir Bintang.
Namun belum sempat Bintang meraih, tangan si Badan Besar telah lebih dulu mencekik kuat leher Bintang. Ia tercekat, tak bisa nafasnya.
Kini tubuhnya terguncang-guncang. Kepalanya membentur dinding, membuat Bintang terbangun dari tidurnya seiring terdengar suara pemberitahuan dari pramugari.
"Para penumpang yang terhormat, tanda kenakan sabuk pengaman telah menyala. Cuaca saat ini dilaporkan kurang baik. Harap kembali ke tempat duduk Anda dan kenakan sabuk pengaman."
Bintang bergumam syukur, "Ternyata hanya mimpi."
Tapi selang beberapa menit, guncangan semakin keras. Bintang tidak merasa sedang di atas pesawat melainkan seperti naik roller coaster. Naik-turun dengan tempo yang sangat cepat. Baru saja ia bersyukur terbangun dari mimpi buruk, sekarang keringat dinginnya mulai keluar. "Apakah ini juga mimpi?"
Kembali pramugari memperingatkan keadaan cuaca buruk agar penumpang tetap duduk dan mengenakan sabuk pengaman.
Perasaan Bintang semakin tak karuan. Baru terbangun dari mimpi buruk, sekarang sudah menghadapi kenyataan yang tak kalah buruk. Apalagi ketika Bintang teringat berita tentang pesawat yang baru-baru ini hilang kontak. Hatinya semakin terayun-ayun seperti suasana pesawatnya saat ini yang terhuyung melawan turbulensi. Ketika Bintang melempar pandangannya ke luar jendela, tampak kilat yang menyambar-nyambar, menerangi pesawat yang sedang naik turun melewati awan-awan gelap.
Bintang merasa ini lebih seram dari mimpi tadi. Terdengan suara penumpang di samping merapalkan berdoa sambil menangis.
Bintang ikut berdoa. Mungkin ini akhir kisah hidupnya.
Tak lama kemudian semua mulai mereda. Fajar sudah terlihat. Meskipun belum mendarat, namu Bintang cukup bisa menarik nafas lega. Saat itu, pesawat tambun yang ditumoangi Bintang harus berputar-putar sekitar 20 menit di atas langit Inggris karena kondisi cuaca di bandara masih buruk.
30 menit kemudian, pesawat turun perlahan. Masih ada guncangan-guncangan tapi tak sebesar tadi. Namun tetap membuat hati Bintang was was. Setelah mendarat, terdengan suara pramugari mengumumkan bahwa pesawat telah mendarat di London Heathrow.
Setelah turun dari pesawat, Bintang segera menuju ruang penjemputan. Ia tak akan menyangka siapa yang sudah menunggunya di sana.
***
Mendung kian sirna, dan pagi mulai menyapa kota London.
Hari cerah di Ley Street, ketika seorang gadis bersiap-siap di kantornya. Tak terdengar suara tombol keyboard komputer, hanya ada alunan lembut musik jazz. Laporan setinggi vas bunga mawar dibiarkan menumpuk di mejanya. Hari ini adalah ulang tahun kafe bukunya yang ke-3. Dekorasi ruangan sudah siap. Buku-buku sudah tersusun rapi. Koki sudah sibuk di dapur sejak pagi tadi. Band yang akan tampil sudah mulai melakukan check sound. Tinggal satu hal lagi.
"Carine...!" Gadis itu memanggil sepupu sekaligus rekan kerjanya. "Sudah jam berapa ini? Mengapa para manajer belum datang?"
Carine yang sejak tadi sedang menelpon seseorang segera menjawab, "Tenang, Aska. Aku sedang menghubungi Joni. Katanya ia mendapat masalah di jalan."
"Hff... Pernahkah sehari dalam hidupnya ia tak mendapat masalah?" keluh Aska dalam hati. Gadis keturunan Turki itu pun bergegas menuju ruangan kerjanya dan langsung menghubungi Joni.
Saat yang sama Joni sedang berdiri di pintu kedatangan bandara sambil memegang sebuah poster bertuliskan Bintang. Ia tidak menyangka bahwa Bintang adalah Satrio teman kuliahnya. Ia hanya mendapat tugas dari bosnya untuk menjemput dan mengantarkan seseorang ke suatu tempat.
Sejak terpisah 3 tahun yang lalu Joni meninggalkan perkuliahan dan memilih ikut pamannya ke London dan bekerja sambilan di sebuah kafe buku milik sepupunya. Hari ini Joni mendapat tugas spesial yang tak bisa ia tinggalkan. Tiba-tiba seorang pemuda mengenakan topi pet mendekatinya, "Saya Bintang, dari Jakarta."
Kemudian dua pemuda itu saling bertatapan lama, tanpa suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang, Intan & Mutiara
Science FictionKarena kita semua tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Banyak hal yang berjalan tidak sesuai harapan. Juga tidak semua orang mampu berjuang mewujudkan impian. Kebanyakan kita hanya mampu menerima hal-hal yang membuat nyaman. Padahal ketika kaki m...