1

80 5 0
                                    

"Baiklah, terimakasih untuk laporannya." Seorang pria memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya sesudah menjawab panggilan telepon dari rekannya.

Pria itu menatap gedung sekolah di depannya. Sekolah Ye Ran tertera dalam plakat di depan gerbang sekolah. Pria itu pun memutuskan untuk memasuki gerbang itu dan melihat beberapa siswa yang tengah beristirahat. Ada yang sedang berbincang-bincang dengan satu sama lain, ada yang sedang bermain sepak bola, dan sebagian lainnya mungkin sedang berada di Kantin ataupun Kelas.

Pria itupun kemudian menghampiri seorang kakek tua yang sedang membersihkan dedaunan menggunakan sapu. "Selamat siang, bolehkah saya tahu di mana letak ruang kepala sekolah?"tanya pria itu dengan nada yang formal.

Kakek tua itu mendongak dan melihat pria itu, kemudian dirinya tersenyum. " Pergilah ke gedung sekolah itu, jika saya tidak salah ingat, ruang kepala sekolah ada di lantai tiga. Jika anda masih bingung, anda bisa bertanya kepada siswa di dalam."ujar kakek tua itu sambil tersenyum.

Pria itu berterimakasih kepada kakek tua dan kemudian berjalan kembali memasuki gedung sekolah. Sepanjang perjalanannya, tidak henti-hentinya setiap siswa menatapnya. Bahkan beberapa siswi tersipu sambil memuji pria itu tampan. Pria itu tidak menghiraukan nya, dirinya lebih fokus untuk mencari ruang kepala sekolah.

Pria itu mengetuk pintu di depannya ketika dirinya berpikir bahwa ini ruangan kepala sekolah. Tak lama setelah pria itu mengetuk, terdengar suara masuk dari dalam. Pria itupun segera masuk ke dalam ruang kepala sekolah.

Frankenstein yang tengah memilah-milah dokumen di tangannya mendongak untuk melihat siapa yang baru saja masuk. Matanya sedikit membesar ketika melihat siapa pria di depannya. "Kau?"

"Maaf karena mengganggu anda, tapi saya disini untuk melamar sebagai guru."ucap pria itu kepada Frankenstein. Frankenstein terdiam sebentar, bukan karena lamaran pekerjaan dari pria itu, melainkan wajah pria itu yang bagi Frankenstein terasa sangat familier. Frankenstein berdeham sebentar sebelum menjawab, "Anda ingin melamar sebagai guru? Jika boleh tahu siapa nama anda?"

"Park Jungseo. Itu nama saya, dan untuk pelamaran, ini dokumennya."ucap Pria itu sambil menyerahkan sebuah dokumen kepada Frankenstein.

Frankenstein menerima dokumen itu dan mulai membacanya. Frankenstein sedikit terkejut melihat banyaknya sertifikat yang didapatkan pria di depannya, semuanya tertera dengan detail di dalam dokumennya. Biasanya orang seperti ini lebih memilih untuk menjadi dosen di universitas ternama atau seorang peneliti, tapi pria ini memilih untuk menjadi seorang guru di sekolah menengah.

"Mengapa kau memilih untuk menjadi guru di sini?" Tanya Frankenstein. Bukan berpikiran buruk, tapi seseorang dengan banyak penghargaan seperti pria di depannya tidak biasa melamar kerja sebagai seorang guru kecuali untuk suatu proyek.

"Saya tidak akan berbohong, bagi saya pekerjaan sebagai guru disini hanyalah pekerjaan sampingan. Tapi tidak salah bukan, untuk berbagi ilmu yang sudah kudapatkan kepada para siswa?"ujar Park Jungseo. Pria itu tersenyum tipis kepada Frankenstein, sedangkan matanya penuh dengan emosi yang tidak bisa dibaca oleh Frankenstein.

Frankenstein memikirkan terlebih dahulu lamaran kerja dari Park Jungseo. Bagi Frankenstein mau dari sisi manapun, pria ini sedikit mencurigakan. Park Jungseo memiliki wajah yang sangat familier bagi Frankenstein. Tidak lupa juga dengan auranya yang sedikit mendominasi dan mencekam, tapi pria itu tahu cara mengaturnya. Frankenstein melihat kembali Park Jungseo dan terdiam. Dirinya baru menyadari bahwa iris mata Park Jungseo berwarna merah gelap.

"Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?"tanya Frankenstein secara tiba-tiba. Park Jungseo menaikan salah satu alisnya lalu menjawab, " Tidak, ini pertama kalinya kita bertemu."

Noblesse : Futura et PraeteritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang