3

32 4 0
                                    

"Hei! Kamu bisa bahasa Korea!"ucap Shinwoo secara tiba-tiba mengejutkan beberapa siswa yang berada di dekatnya.

" Kamu benar, tapi tidak fasih."ucap Raizel secara blak-blakan yang membuat wajah semua orang di dalam kelas menjadi datar. Park Jungseo kemudian bertanya, "Namamu panjang sekali. Yang mana nama depanmu dan yang mana nama belakangmu?"

"Semuanya itu nama depanku dan nama belakangku. Terserah kamu saja ingin memanggilku dengan apa." ujar Raizel kepada setiap orang di kelas itu.

Saat Park Jungseo hendak berbicara lagi, Shinwoo dengan tidak sabaran kembali berkomentar, "Pak Guru, saya hampir gak menyadari nya, dia tidak pernah panggil Bapak " Pak Guru."

Park Jungseo menaikkan alisnya ketika melihat ke arah Raizel dan Shinwoo. Sebelum Park Jungseo bisa berbicara lagi, Shinwoo sudah memotongnya lagi, "Pak Guru, dia mungkin tidak paham karena dia berasal dari negara lain. Aku rasa, semua orang baru bisa melakukan kesalahan yang sama. Mempertimbangkan hal itu, rasanya hukumannya cukup dengan Bapak mengunci kepalanya selama lima detik." ujar Shinwoo. Awalnya setiap siswa-siswi di kelas menatap Shinwoo dengan tatapan kagum sampai dengan kalimat akhir mereka ingin sekali mencekik Shinwoo.

"Tidak perlu sampai seperti itu." ucap Park Jungseo sambil menggeleng kepalanya dengan pelan. "Di Korea, kami memakai kata penghormatan untuk menyebut orang lain. Ini juga dipakai untuk bermacam keadaan. Tidak hanya untuk yang tua saja, mereka dengan jabatan yang jauh lebih tinggi juga."ujar Park Jungseo, mencoba agara tidak terlalu menyinggung Sang Noblesse.

Raizel menatap Park Jungseo dengan tatapan memeriksa. Park Jungseo hanya tersenyum kecil, "Kita bicarakan ini lagi nanti. Kalau kalian ada pertanyaan, tanyakan saja saat waktu istirahat. Kau boleh duduk di belakang Shinwoo. Siswa yang tadi berbicara seenaknya."ujar Park Jungseo kepada Raizel yang kebingungan.

Raizel berjalan dengan angkuh ke tempat duduknya, mengabaikan tatapan setiap orang ke arahnya. Awalnya tempat duduk Raizel berada di belakang Shinwoo tapi setelah pergantian pelajaran, kursi di belakang jadi berderet tiga.

Karena Raizel dan Shinwoo yang tidak membawa buku, mereka harus berbagi dengan Ikhan. Sedari tadi Shinwoo hanya berdiam saja sambil membaringkan kepalanya diatas meja. Sedangkan Raizel tampak tertarik dengan Ikhan yang dengan agresif menggunakan mouse dan keyboardnya.

Shinwoo mengembuskan napas berkali-kali hanya karena memikirkan anak baru di sebelahnya. Yang menarik perhatian, wajahnya yang tampan, auranya yang dingin. Tanpa sadar perhatian Shinwoo beralih pada guru mereka, Park Jungseo yang sedang mengajar. Bisa dibilang Park Jungseo dengan Raizel memiliki beberapa kesamaan. Wajah tampan, aura yang dingin, dan selalu bisa menarik perhatian.

Sudah jelas ada guru tampan yang mengajar di depan kelas, mengapa banyak siswi yang menatapnya dengan tajam? Shinwoo membatin ketika melihat tatapan ganas yang dilontarkan siswi-siswi di kelasnya terhadapnya. Shinwoo bisa saja tahan dengan tatapan itu, kecuali tatapan dari pujaan hatinya yang membuat Shinwoo menangis dalam hati.

Park Jungseo hanya menggeleng-geleng pelan ketika telinganya bisa menangkap gumaman dan omelan Shinwoo. Sementara Raizel hanya menatap Shinwoo dengan pandangan bertanya.

Di lain tempat, Frankenstein sedang memeriksa peti mati di mana Tuannya tertidur selama ratusan tahun. Berbagai macam pemikiran memenuhi kepala Frankenstein. Bangunan yang dibangun 4 bulan yang lalu, belum ada seorang pun yang tinggal, dan tidak ada yang tahu Tuannya tertidur disini.

"Berapa banyak yang direncanakan? Berapa dari mereka yang terlibat?" pikir Frankenstein, matanya menyipit melihat kondisi peti mati di tengah ruangan itu. Pada akhirnya Frankenstein memilih untuk membawa peti mati itu.

"Aku sudah memeriksa tempat tuan terbangun. Bangunan nya masih baru, dan belum begitu lama seseorang membelinya. Saya mencari Sang pemiliknya, tapi ia tak pernah ada. Saya berasumsi seseorang yang tak ingin dikenal memlbelinya untuk tujuan tertentu. Satu-satunya yang mencuat adalah peti mati tempat Tuan tertidur. Tak seorang pun yang tahu anda tertidur di dalamnya. Bangsawan itu berbeda dengan pilihan yang anda buat, jadi mereka tidak bisa mengaitkannya dengan anda. Namun demikian, kalau salah satu dari mereka terlibat dalam situasi ini kita harus menyikapinya dengan serius."ujar Frankenstein panjang lebar, menjelaskan seluruh situasinya kepada Raizel. Pikiran Frankenstein entah melayang kepada Park Jungseo yang tidak lama ini bekerja sebagai guru di sekolahnya.

Noblesse : Futura et PraeteritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang