Sepenggal Pesan Untuk Yang Meninggalkan

30.3K 4.3K 856
                                    

Mulmed nya harus diputar.

Tapi kalau ngga mau,
kamu bisa dengar lagu yang memang cocok untuk baca pesan ini.

~♥♥♥~

Ditulis dari sudut pandang
si tokoh utama (Hilal).

Hai..
Kisahnya sudah berakhir, ya?

Gimana? Jangan ditangisi, ya? Lagi pula saya yang kehilangan.

Sebenarnya terlalu cepat,
saya kehilangan dua semesta sekaligus di waktu yang sangat dekat.
Sakit sih, sakit sekali sampai rasanya saya ingin ikut mati.

Saya banyak belajar arti bersyukur setelah hidup delapan belas tahun dengan Ayah dan Abang. Kalian juga, kan? Bukan hanya saya yang diajarkan untuk bersyukur, tapi tanpa sengaja, Ayah telah mengajarkan kita semua apa itu arti bersyukur.

Padahal saya masih harus banyak belajar dari Abang setelah Ayah pergi. Tapi sepertinya Abang ingin saya belajar sendiri, dia ikut pulang bersama ayah.

Saya ditinggal sendirian.

Lagi.

Baru sampai di 111 kata.
Tapi sialnya air mata saya lagi-lagi jatuh tanpa izin. Saya bukan orang lemah, saya juga laki-laki. Tapi apa salahnya saya menumpahkan rasa sakit? Benarkan? Kalau begitu tunggu sebentar, saya tarik napas dulu, sebab ternyata sesak sekali kalau ditahan terlalu lama.

Kalau seperti ini, yang saya rindukan adalah pelukan Abang.
Abang itu sudah seperti separuh nyawa saya. Jadi jika raga nya sudah tidak bisa lagi saya sentuh, maka atma saya seakan ikut hilang.

Begitu pun Ayah. Kalau ayah itu tidak bisa saya deskripsikan. Terlalu perih menceritakan tentang dia, saya lemah kalau soal itu.

Kalau kalian tanya, teh rin itu dapat inspirasi dari mana karakter ayah?

Jawabnya, dari Ayah teh rin sendiri. Tapi jangan bilang-bilang, ya? Dia lagi nangis tuh. Katanya ke ingat sama Ayah lagi kalau bahas kisah saya.

Teh rin itu sama seperti saya. Ayahnya sudah lebih dulu pulang, tapi bedanya dia masih punya semesta yang dia panggil Mamah. Kalau saya, ngga punya. Semesta saya sudah tuhan ambil semuanya, kecuali ayah Jo.

Maka dari itu Saya sangat bersyukur Ayah Jo datang di waktu yang sangat tepat. Saya masih punya semesta terakhir, jadi saya janji untuk jaga semesta terakhir yang saya punya.

Bagaimana dengan semesta mu? Tolong di jaga, ya? Mereka pasti bahagia diberikan anugrah oleh tuhan seperti kamu. Kamu itu anugrah paling indah yang tuhan berikan untuk orang tua mu.

Ayah itu hebat dalam hal menutupi lelahnya, ayah juga hebat membalut luka dengan senyuman yang bahkan menganga sekalipun. Peluhnya dia sembunyikan, padahal siapapun masih bisa melihatnya dengan jelas.

Saya ingat, dulu ayah pernah menangis karena dia belum bisa kasih apa yang saya mau. Di situ saya masih bersikap kekanak-kanakan, saya marah karena yang saya tahu ayah tidak adil. Berbeda dengan Teh rin, saat ayahnya bilang begitu, ternyata teh rin yang kalah. Dia nangis, tapi setelah dia menjauh dari ayah. Teh rin itu ngga suka air matanya dilihat orang lain, bahkan keluarganya sekalipun. Duh.. Jangan bilang-bilang, ya?

Pelukan terakhir saya dengan ayah juga sama seperti pelukan terakhir teh rin dengan ayahnya. Tapi jelas berbeda, pelukan saya jauh lebih menyakitkan. Teh rin juga setuju.

Tapi ternyata lebih sakit saat saya peluk raga Abang yang bahkan sudah dingin untuk terakhir kali. Raga nya sudah kosong, matanya ditutup rapat-rapat, bibirnya terkatup, senyumannya tidak bisa lagi saya lihat dalam waktu yang sangat panjang.

Padahal, bang.. abang itu satu-satunya manusia yang sudah saya anggap seperti nyawa saya sendiri. Tapi ternyata tuhan lebih sayang sama abang, ya? Kalau begitu, saya titip rindu buat ayah.. Tolong sampaikan.

...

Saya ngga bisa membayangkan seberapa kuatnya teh rin menuliskan kisah saya. Sedangkan air mata saya lagi-lagi jatuh entah untuk yang ke berapa kali. Padahal masih di 514 kata, tapi ternyata saya tidak sekuat itu.

Saya juga ngga bisa membayangkan seberapa kuatnya kamu saat membaca kisah saya. Tetap jadi manusi kuat, ya?

Dan lagi, jangan pernah malu atau gengsi untuk bilang, "Aku sayang ayah." seperti teh rin. Karena selagi masih ada, jangan disia-siakan sumber kebahagiaan mu itu. Kalau saya tanya menyesal atau tidak, teh rin selalu bilang menyesal. Jadi ayo bilang, sebab kalau terlambat rasa sakitnya bukan main.

Dan untuk kamu yang memang sama seperti saya, ngga papa nangis, ngga ada salahnya, mau kamu laki-laki atau perempuan sekali pun, kamu bisa melepas rasa sesak dengan cara itu. It's okay.. Menangis bukan berarti kamu lemah.

Saya juga dapat aduan dari teh rin, katanya masih banyak yang mau kamu sampaikan untuk saya? Kalau begitu, sampaikan saja. Beberapa bulan lalu teh rin buatkan saya instagram. (@hilalabhicandra)

Terakhir, jangan lupa bersyukur. Karena ternyata masih banyak yang bisa kamu syukuri. Contoh kecil nya saja, kamu bisa bernapas dan makan tanpa alat.

Sehat selalu, saya pamit, ya?
Jangan nangis, saya ada.












Tertanda,
–Hilal Abhicandra.









Sepedanya masih saya pakai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepedanya masih saya pakai.
Kenangannya masih saya ingat.
Rantai nya juga masih sering lepas.
Semuanya sama seperti saat abang dan ayah masih ada.

Tidak ada yang berubah,
kecuali hati saya.

Hati saya kosong.

Dari ayah, untuk abang ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang