Paper Planes: Bali [PREVIEW]

1.6K 154 21
                                    

Ini ada jembatan antara cerita Paper Hearts dan Paper Planes

Happy reading!

.

.

.

Ia dan Ayla berdiri berhadapan, tepat di depan gerbang rumah orangtua Ayla. Alphard hitam milik Jagad terparkir di sampingnya. Dia baru saja mengantar Ayla pulang, kembali ke rumah ayahnya. Setelah ... setelah wanita itu menyetujui surat perceraian mereka.

Jaga diri, Ayla berkata. Ia mengetuk jarinya yang membentuk huruf K dua kali. Lalu melanjutkan dengan kalimat lainnya. Ada banyak gerakan. Awalnya, gerakan wanita itu pelan. Lalu semakin cepat. Dan semakin cepat.

Awalnya, Jagad mengernyitkan alis, coba memahami apa yang gadis itu katakan. Hingga ia sadar, hal itu tidak mungkin. Jemari kurus itu bergerak cepat. Mustahil Jagad dapat menangkapnya. Hanya satu hal yang dapat dia pahami ...

Bahwa ... ia merasa sesak hanya oleh kalimat yang tidak ia mengerti. Ia sesak karena ia tidak mengerti. Ia ingin mengerti. Sangat ingin. Kenapa sekarang ia tidak dapat memahaminya? Meski Jagad telah menghabiskan satu tahun terakhir untuk mempelajari bahasa yang sama dengan yang Ayla gunakan.

Jagad mengambil satu langkah mendekat. Ia ingin wanita itu berhenti. Ia butuh wanita itu berhenti. Karena rasanya sesak, panas di matanya. Dan Ayla, sama buruknya. Tangannya yang tampak rapuh gemetar di udara. Tapi ia tidak berhenti. Kali ini ia mengambil jeda, lalu, sambil menatap Jagad tepat di kedua manik mata hitamnya, Ayla menggerakkan tangannya pelan.

Ia mengacungkan kelingkingnya, lalu mendekap dirinya sendiri, kedua tangan menyilang di dada sebelum mengarahkan telunjuknya pada Jagad. Bibir wanita itu tersenyum, tapi matanya ... ada bulir air mata yang jatuh dari sana.

Aku mencintaimu.

Tiba-tiba Jagad tahu. Ia tahu makna itu dengan benar, ia memperlajari ratusan─ribuan kali. Dan ia mengatakannya kepada Ayla di setiap kesempatan. Tetapi kenapa ... saat itu, kakinya terpaku di tanah dan kesedihan yang luar biasa menghantamnya dengan keras?

Jagad melihat dirinya sendiri ketika dia baru saja memunggungi Ayla, berjalan menjauh, membiarkan wanita itu meringkuk di belakang seperti kertas hati yang berserakan.

Lalu ... Ayla menghilang. Seperti kelopak dandelion yang tersapu angin. Seberapa keras pun Jagad memanggilnya, dia ... tidak pernah kembali. Tidak akan pernah.

Jagad ingin menampar dirinya sendiri, memukul dirinya sendiri sampai berdarah. Mengapa dia melakukan itu? Apa yang sedang dia lakukan?! Kenapa dia begitu idiot?!

Dia mengguncang dirinya sendiri. Ini adalah mimpi buruk yang ingin dia akhiri segera. Ia ingin bangun sekarang, tolong. Ini adalah mimpi buruk yang terasa begitu nyata... Seolah-olah dia telah menjalani kehidupan itu. Seolah... itu terjadi, di kehidupan lain.

Dan dia mungkin di sini untuk memperbaiki kesalahan masa lalunya.

Aku mencintaimu Jagad... Aku mencintaimu.

Jagad membuka matanya dengan napas tersengal. Ketika dia mengedip, dua butir air mata dengan segera lepas dari sudut matanya, untuk mengalir jatuh ke sisi.

Hal yang selanjutnya dia lihat adalah Ayla. Gadis itu menjulang di atasnya. Ia berdiri tepat di sisi tempat tidur Jagad, menatap pria itu dengan kekhawatiran yang tertulis jelas di seluruh wajahnya. Jagad bangkit duduk dan menghela napas.

Hanya mimpi. Syukurlah semua yang dia alami tadi hanya mimpi belaka.

Kamu mengingau, kata Ayla dengan cepat. Apa kamu baik-baik saja?

Sebelum Ayla bisa memutar ibu jarinya untuk menyelesaikan kata 'baik-baik saja' dalam kalimatnya, Jagad sudah dengan cepat mencondongkan tubuh dan memeluk gadis itu begitu erat hingga membuat Ayla terpaku. Keningnya berkerut sebelum pundaknya menjadi lebih rileks dan dia memeluk Jagad balik. Telapak tangannya mengusap punggung pria itu yang dibasahi keringat.

"Sorry... I'm sorry... aku mencintai kamu," gumamnya, membenamkan wajahnya di ceruk leher kekasihnya dan membasahi atasan piyamanya dengan beberapa tetes air mata.

Sakit, entah kenapa. Meski hanya mimpi. Dadanya begitu nyeri hanya dengan membayangkannya. Membayangkan bahwa, mungkin saja, di kehidupan lainnya, di dunia paralel lainnya, dia ... menjadi pria yang seberengsek itu. Sebodoh itu.

.

.

.

Hope it makes you even more wants to bring Paper Planes home!

Pre-Order masih dibuka hingga 25 Oktober dan aku hanya cetak 200 eks. Jangan sampai ketinggalan, ya.

Paper Planes [Paper Hearts AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang