Awal dari semuanya

5 3 1
                                    

    Saat ini aku sedang berjalan ditaman, seperti biasanya, aku keluar dari rumah diam-diam biar tidak ketahuan kedua orang tuaku. Yaa, walau sepertinya mereka memang tidak menyadarinya atau tidak peduli apa yang akan terjadi kepada anak gadis mereka ini.

Seperti hari-hari sebelumnya, aku akan pergi ke minimart terdekat untuk membeli beberapa cemilan dan minuman, lalu duduk di kursi taman yang selalu aku duduki. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang ku tebak umurnya sekitaran 20an tahun? Emtahlah, aku menebaknya karna dia sangat tampan. Lelaki itu duduk di sebelahku, aku hanya pura-pura tidak melihatnya, tapi itu tak bisa, dia terlalu tampan bagiku.

Ku dengar dia berdeham, tapi aku masih sungkan melirik kearahnya. Tapi, pada akhirnya aku masih melirik kearahnya, ketika aku melihat wajahnya, wajah itu sangat menyilaukan, seolah-olah mengeluarkan sinar yang sangat terang, apa karena ia terlalu tampan?.

"Dik, sedang apa sendirian di malam hari?" Apa dia buta? Jelas-jelas aku sedang makan dan minum!.

"Aku hanya menghilangkan kebosananku didalam rumah". Lelaki itu mengangguk paham.
Hening seketika, membuat keadaan disekitar menjadi sangat canggung. Lelaki disebelahku ini tiba-tiba mengeluarkan sesuatu yang bentuknya mirip sekali dengan rokok. Apa dia ingin merokok? Aku harus memberitahunya, "Apa tuan ingin merokok? Kalau iya, aku akan pergi dari sini, karna aku sangat tak suka dengan yang namanya rokok".

"Oh ya Tuhan. Maaf dik, ini hanya permen yang bentuknya persis seperti rokok". Ku lihat lelaki itu memakan permen itu lalu mengunyahnya, "Lihat, hanya permen bukan?".

"Ada perlu apa and---" Ucapanku terpotong, lelaki itu cepat sekali ketika berbicara, "Aah, iya. Namamu Arabella, benar kan dik?" Aku terkejut, bagaimana bisa lelaki ini tau namaku?. "Dari mana anda tah--".

"Aah, perkenalkan nama saya Lee Minho". Yang benar saja?!, lelaki itu mengeluarkan dua buah amplop berwarna biru dan merah, aku langsung menebak nominal uang  yang ada didalam amplop itu, tapi ternyata amplop itu isinya bukan uang. Ada hati yang sedikit kecewa. "Saya tahu semua tentangmu", Hah? Tahu tentangku? Yang benar saja!  Bahkan sampai sekarang tidak ada yang tahu siapa yang menghilangkan dompet mama yang isinya uang ratusan ribu! YA! Aku yang menghilangkannya! Lebih tepatnya aku membakarnya!.

"Dik? Kenapa kau tertawa sendiri? Mengerikan".
Ku lemparkan tatapan tajam kepada lelaki itu, dia berdeham, "Jadi", lelaki itu menyimpan kembali amplopnya, "Sebenarnya, seperti yang saya katakan tadi, saya mengetahui segala tentang kehidupanmu, namamu, umurmu---".

"Tunggu dulu tunggu dulu"

"Ada apa?"

Aku melihat ke kanan dan ke kiri, lalu melirik ke arah jam yang ada di handphone, "Bagaimana kalau kita main tebak-tebakaan? Kalau anda benar menebak umurku, aku akan mendengarkan anda menjelaskan segalanya, tapi, kalau salah, aku akan meninggalkan anda mengoceh sendirian, karena saat ini sudah larut malam, aku takut orang tuaku mengawatirkanku". Lelaki yang bernama Minho---entah benar, entah tidak-- itu, menghela nafas gusar, kulihat pundaknya merosot, "Memangnya kedua orang tuamu peduli denganmu?".

Angin malam berhembus, menusuk tubuhku. Seketika hening melanda kami berdua, untuk ke sekian kalinya lelaki itu berdeham, "Kalau begitu, saya akan pergi, besok kita lanjutkan di tempat yang sama. Seperti katamu tadi, saya takut orang tuamu mencarimu". Lelaki yang sedang duduk di sampingku ini langsung berdiri, "Saya pamit ingi--".

"Aku akan mendengarkan anda bercerita semua omong kosong itu", aku menghela nafasku, masih terbayang-bayang perkataannya tadi dibenakku, "Sampai subuh pun tak apa". Kulihat lelaki itu kembali duduk, "Ku tahu kau tak ingin mendengarkan", dia menoleh ke arah ku, lalu tersenyum, "Benarkan, dik Arabella?".

Story of Arabella lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang