Besoknya : 21 april 2017

2 2 2
                                    

Ah, hari ini adalah hari ulang tahunku. Sejujurnya, aku semalam tidak tidur, segala pertanyaan bersangkar di otakku, seperti, Apa benar Minho akan datang?, ataupun, bagaimana kalau benar Minho yang mengambil dompet mama?. Dan, isi otakku hanya ada satu nama,

Minho

Minho

Minho

Itu yang sedang aku ucapkan sekarang, mengucapkan namanya tiga kali, siapa tau dia akan terpanggil, dan seketika datang dengan cara teleport ataupun dengan naik diatas awan kiton milik goku.

Sekarang jam tepat menunjukkan angka 12:00, dan lelaki itu belum juga datang!. Apa dia ketiduran? Atau apalah, intinya dia sendiri yang mengajak bertemu siang hari. Atau mungkin dia seorang vampir? Pikiran macam apa ini. Oh ya, sebenarnya saat kami sedang berjalan menuju minimart, aku sempat bertanya berapa umurnya.

"Hey Minho"

"Ha?"

"Aku tebak kita seumuran, atau mungkin kau lebih tua 5 tahun diatasku"

"Berarti umurku 19 tahun kalau begitu ya?"

"Tepat sekali!"

"Tapi tebakan dik Arabella salah"

"Eeehhh?"

"Saya 3 bulan lagi akan berumur 30 tahun"

Ya, aku tak percaya lelaki itu berkepala tiga. Kenapa dia tidak menikah? Di umur setua itu? Apakah para wanita tidak tergoda dengannya? Lelaki tampan rupawan, mempesona, kaya---,

Aku lapar.

Karena Minho tak kunjung datang, kuputuskan untuk mencari makan. Sebebarnya, sebelum pergi ketaman ini, aku bertemu teman sekolahku--Valen. Ia mengajakku bermain kerumahnya. Dirumahnya beberapa kali Valen menyuruhku untuk makan atau mencemili sesuatu, tapi aku selalu menolaknya, dan aku menyesal. Ketika aku hendak berdiri dari kursi taman, tiba-tiba ada dua tangan besar nan dingin--sepertinya tangan lelaki, menutup mataku, membuatku terduduk kembali kekursi taman. Aku ingin berteriak penculik, Tapi tak jadi, siapa tahu yang menutup mataku ini om-om berduit? Atau malaikat maut? Jangan sampai, aku belum melihat episode terbaru Drakor yang sedang ku tonton. Ku dengar suara nafas lelaki itu mengebu-ngebu. Dengan suara lantang ia berteriak, "Ayo tebak siapa saya!".

"Em"

"Ayo tebak saja!"

"Tapi aku tak tahu!"

"Makanya tebak saja!"

"Em, kan sudah ku bilang tak tahu, ya tak tahu!"

"Ya makanya tebak tolol!" Suara lelaki yang menutup mataku ini meninggi, membuatku tambah gugup. Apa memang penculik? Tapi mana ada penculik main tebak-tebakan. "Tak boleh kasar pada wanita loh!"

"Bodoamat, tebak saja!"

"Em, M-minho?!", ku dengar degupan jantung lelaki itu, seolah-olah jantungnya akan lepas dari rongganya, "Tapi mana mungkin Minho! Kalau memang Minho, akan ku tagih uang--dompet mama yang ia ambil! Dan menendang 'harta berharganya'!!", awalnya lelaki itu tampak legah, tapi ketika mendengar kalimat terakhir jantungnya kembali betegup kencang. "Ku beri waktu 5 menit untuk menebak!".

"Cepat sekali! Mana bisa!" Ku rasa, diriku semakin gugup, di otakku banyak sekali nama, tapi kutak bisa menyebutnya satu-satu. Tahi kambing memang!.

"Satu"

"Eh goblok!"

"Tak boleh kasar dengan lelaki, nanti saya nangis loh"

"Bodoamat!" Ku ulangi kembali perkataan lelaki itu tadi. Aku lapar, perutku meronta-ronta, mungkin cacing didalam perutku berteriak-teriak kelaparan, ataupun sedang demo karena kelaparan. "Dua".

Story of Arabella lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang