Lorong kelas terlihat sepi. Suara hentakan kaki itu menggema di setiap sudut ruangan. Nafasnya memburu karena terus-terusan berlari kalang kabut.
Sore menjelang malam. Seharusnya gadis itu sudah pulang. Ah, ataukah dia juga mendapat hukuman dari guru? Kesampingkan hal itu, tujuannya berlari adalah menyelamatkan gadis tersebut dari maut.
Pintu kecil itu ia buka. Angin sore menerpa surai kuningnya.
"Anu..., Tolong jangan lakukan itu, nona bisa mati." ujarnya.
Gadis itu menoleh. Air wajahnya terlihat suram, seperti tak ada kehidupan didalamnya. Iris mata hitam yang nampak tak mempunyai jiwa, hingga wajah pucat pasi seakan ia telah mati.
"Kamu melihatku...?" Suaranya anggun, sampai-sampai ia tidak bisa berkutik.
"Tentu saja." jawabnya setelah kian beberapa detik termenung.
Gadis itu tersenyum, matanya penuh dengan air mata. Mulutnya terus menerus bergumam kecil. "Dia melihatku. Dia memperdulikanku."
"Ah, ariga-"
Mendelik. Lelaki shappire itu segera berlari menghampirinya. Kaki gadis itu tergelincir. Tubuh mungilnya melawan arus angin, terus ke bawah sampai terhantam tanah.
"Aku menangkapmu!"
Bugh!
Pupil matanya mengecil, badannya gemetaran. Lantai tiga. Kemungkinan jika ingin bunuh diri dari atas, nyawanya masih bisa selamat. Walaupun hanya 40% kemungkinan saja.
Pemuda tersebut segera turun. Nafasnya kembali tidak beraturan. "Aku...,"
Gadis berkacamata, surai hitam yang terjuntai kebawah, bibir mungil yang pucat, serta tatapan mata yang seakan telah kehilangan arah. Hanya dalam beberapa menit, perhatiannya telah diambil alih oleh wanita itu.
"....tidak bisa menangkapnya."
✵✵✵
KAMU SEDANG MEMBACA
Sarada-san
Fanfiction【END】 . . . . "I can't stop." Pertemuan di atas bangunan sekolah itu adalah hal pertama yang tidak akan Boruto lupakan. Entah apa alasan takdir mempertemukan keduanya. Gadis raven berkacamata itu memang aneh, ia selalu mencoba bunuh diri dari gedu...