He's a ghost

201 26 4
                                    

"Yang benar saja, jangan mengarang seperti itu. Lagipula darimana kau mengetahuinya?"

"Benar, Sarada."

"Oi jawab."

Sarada menatap datar pemandangan di depannya. Pertanyaan-pertanyaan itu ingin ia hiraukan saja. Tatapannya kosong, ia mencari benda di dalam tasnya. Kacamata, Sarada melepas topi memperlihatkan rambut sebahunya.

Kacamata itupun ia pakai. Tatapannya kembali kepada pemandangan di depannya.

"Sarada Uchiha. Senang berkenalan dengan kalian. Kau bisa memanggilku U-san, aku tidak terlalu menyukai jika dipanggil dengan Sarada. Tapi mungkin sekarang aku lebih suka dipanggil Sarada."

"Sarada-san?" Mata pemuda itu terbelalak.  Tidak, bukan karena penampilan gadis itu. Hanya saja saat ia ingin menyentuhnya, gadis itu seperti hologram.

"Ingatanku baru saja pulih kemarin."

"U— ah maksudku Sarada, kenapa Boruto barusan tidak bisa menyentuhmu?" tanya Sumire. Gadis itu lebih terkejut dengan Sarada yang tak bisa tersentuh, ketimbang perubahan penampilan tersebut.

"Aku sudah bilang bukan. U-chan sudah meninggal, itu berlaku untuk ku juga tentunya."

Hilang.

****

Boruto berlari kalang kabut. Ia mengingatnya, kalung itu adalah miliknya yang ia berikan kepada gadis tersebut 5 tahun lalu. Pemuda itu membuka pintu kelas dengan kasar, tak memperdulikan tatapan murid lain.

Ia merogoh tasnya. Liontin itu ia bawa, lokasi tempat yang ia tuju sekarang hanya satu, kediaman Uchiha.

"S untuk Sarada Uchiha. Aku akan berhenti memanggilmu U-chan setelah ini." 

Dia mengingatnya. Bahkan puzzle yang membuatnya merasa bersalah terus-menerus sudah terselesaikan. Wanita itu, entah bagaimana ia harus memanggilnya, namun yang jelas Sarada adalah gadis kecil yang ia temui di jembatan dekat dengan Taman kanak-kanak nya dahulu.

Hari itu mereka mengalami insiden yang tak mengenakkan. Hanya karena kecerobohannya, gadis itu tergelincir jatuh dari atas jembatan. Ia tidak bisa menangkapnya.

Hanya saja ia masih tidak bisa mengingat mengapa bisa melupakan hal itu. Mungkinkah jika dulu dirinya mengalami kecelakaan? Ah, ia tidak peduli sekarang ini.

Melajukan motor merahnya, Boruto menerjang sesaknya hiruk pikuk jalanan kota. Dia berharap kedua pasangan itu masih berada di kediaman tersebut.

"Ah benar ini." gumamnya.

Boruto membaca papan rumah yang terpampang di samping gerbang itu. Tidak ada bel rumah disini, juga terasa sepi. Pemuda yang memiliki dua guratan di pipinya itu memberhentikan motornya.

"Permisi." serunya. Berselang 1 menit, seorang wanita berkepala empat keluar. Manik hijaunya menatap tak percaya dengan pemandangan didepannya.

"Ada urusan apa kamu kesini?" Terdengar nada ketus di dalam ucapan wanita itu, walaupun wajah yang ia tampilkan terlihat biasa-biasa saja.

"U-chan, ah maksudku Sarada ada di rumah?"

"Dia sedang pergi ke sekolah."

"Eh? Jadi Sarada masih ada?" Ada perasaan lega dalam diri Boruto, namun perkataan wanita di hadapannya yang sering dipanggil Sakura ini membuatnya terkejut setengah mati.

"Bodoh! Dia pergi ke sekolah kalian 2 tahun lalu, tapi tidak pernah kembali sampai sekarang." Sakura menaikkan intonasinya, hingga beberapa tetangga keluar untuk memeriksa.

Gemetar. Ia tak percaya dengan ucapan wanita itu. Lalu siapa wanita yang ia ajak bicara pagi hari tadi? Apa itu hanya imajinasi? Sakura menutup gerbang pintunya, meninggalkan satu pemuda yang tengah mematung sendirian.

Otaknya mengingat kejadian saat ia tak bisa menyentuh gadis itu. Boruto melihat telapak tangannya yang masih gemetar, namun sebuah liontin mendarat di sana.

"Aku melihatmu menjatuhkan ini tadi." Baritone anggun yang ia dengarkan ketika di atap gedung usang dahulu kembali hadir. Hatinya terasa terkoyak. Perlahan, wajahnya terangkat bersamaan dengan satu tetesan air mata yang jatuh.

Tidak. Dia bukan Sarada yang Boruto temui di gedung usang waktu itu. Wanita yang di depannya sekarang terlihat tak bernyawa, ada bekas sayatan dibeberapa pipinya.

"Siapa? Siapa kau?" tanya Boruto, ia mulai mundur menjauh.

"Aku tahu kamu pasti akan jadi seperti ini. Menjauh, lalu meninggalkan aku." Wanita itu tak menjawab, dirinya memilih duduk bersandar di tiang listrik, ia hiraukan salju-salju yang dirinya duduki.

"Aku tidak tahu betul kenapa Tuhan mengirimku ke dunia lagi. Mungkin karena Dia tak mau aku yang kotor berdiri di rumahnya. Tapi sepertinya aku salah, aku rasa Dia tahu jauh didalam lubuk hati, aku masih ingin hidup." oceh gadis itu sembari mendongak ke langit.

Bahu Boruto yang semula tegang mulai melemah. Pemuda itu dapat melihat sorot mata keputusasaan itu. Walaupun terlihat tak bernyawa, tetapi ada sedikit jiwa di sana.

"Uzumaki-san, terima kasih telah meminjamkan aku sedikit jiwamu hingga aku dapat terlihat oleh mereka lagi. Aku juga meminta maaf karena aku membuatmu risih, mungkin saja."

"Tidak. Kau sama sekali tidak membuatku risih. U-chan, tetaplah disini." Boruto memotong suara Sarada yang hendak berbicara lagi.

"Bisa tidak jangan memanggilku dengan nama itu. Aku terdengar seperti anak kecil tersesat yang diadopsi." Sinis Sarada.

Boruto menahan tawanya, ia menggigit bibir bawahnya. "Baiklah. Anu.., kau itu apa?" ucapnya setelah menahan emosi diri.

"Bisa dibilang, aku seperti hantu."

✵✵✵

Halow:'> dipikir-pikir gwej ndak pernah nyapa readers

Lama bgt up nya ni chapter, maaf² dr kemaren sy stress kehidupan rl sampe hampir lupa ni ff. Besok jg dh mau ujian semester, mungkin up nya kagak 2 hari sekali kek kemaren" ( ´◡‿ゝ◡')

Baik baik, saya tahu anda-anda sekalian ndak peduli curhatan saya diatas. But it's okay, saya jg ga peduli sm stress itu lg. Sekali lg maapkeun karena menelantarkan book ini gitu aja.

Arigatou yg udah vote, yg blm ayo vote, bikin book ini banyak dibaca orang² awokawokawok ( ꈍᴗꈍ)

Sekian dari saya, sampai jumpa di chapter berikutnya<3

Sarada-sanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang