[Bonus Chapter]

173 25 1
                                    

Sebenernya iseng doang, karena kangen apdate cerita anak dream.

Tapi belum kepikiran alur, or lainnya.

Jadi apdate disini, sorry kalo bahasanya agak kasar.
And thanks yang udah vote:)

•••
Rumah setengah petak itu, kembali di banjiri manusia yang tidak tau malu.

"Fix, author punya masalah idup" jawab Haechan, dengan kripik pisangnya.

Kembali ke cerita, yang tidak penting tapi menarik.

"Jeno sialan, sempak lo kenapa disini?" Teriak renjun, dari arah tempat jemuran.

Pembukaan sialan, yang tidak disangka dengan kata-kata yang kurang baik.

Nya walaupun pada saat itu gw yang pemeran utama cuma membeku terdiam.

"Sialan, gw kira punya bang suho!" Ucap gw, yang udah nyuci sempak sialan dengan tangan sendiri.

Anak dream yang lain langsung menatap tajam pria sialan itu.

"Bro... Santai, waktu itu pas kita nginep-nginep ketinggalan" ucap jeno, menghindari situasi gaswat.

"Wah, sialan kalo gitu gw juga mau di bersihin dong" ucap Haechan, yang langsung di tampol jihyo.

"Gw belah punya lo jadi dua, mau?" Ucap jihyo, yang masih motong buah.

Jisung datang menghampiri ku, dengan sesuatu ditangannya.

"Gw dapet nilai seratus ulangan kemarin" jawabnya, dengan nada polos.

Gadis itu mengangguk, sambil memencet remote.

"Bagus, dong" ucapku, dengan menatap layar tv.

"Ih, masa cuma gitu doang?" Rontanya, sambil menyodorkan kepala.

Dengan hembusan nafas, aku mengelus kepala jisung lembut.

"Udahkan?" Ucapku.

"Bayi sialan, gw semasa pacaran sama dia aja gak gitu!" Ucap Mark.

Jisung hanya tersenyum remeh, sambil melangkah pergi.

"Yah kasian, yang udah gagal sebelum gw mulai" jawab jeno, sambil minum teh sosro.

"Sempak lo tuh bawa pulang!" Ucap renjun, yang asal lempar kemuka jeno.

"Iyaa, santai aja kali"

Lelaki itu sedikit mencium sempaknya, membuat satu rumah jijik.

"Ih bau badan jenna, pasti pada irikan" ucapnya, sambil memamerkan sempak sialan.

Dalam sekejap mata isi rumah penuh dengan nama kebun binatang.

"Jeno, simpen sempak lo sebelum pisau di tangan jihyo nempel di perut lo" ancam Lisa.

Lelaki itu langsung memasukkan sempaknya ke saku celana, melihat tatapan dingin nyai lisa.

"Ih sumpah, sejak kapan lisa jadi kek nenek lampir sih?" Ucap Jeno.

"Jangankan Lisa, sikap renjun pas awal ketemu juga beda" celetukku.

"Ihh, sayang aku masih sama kok" jawabnya, sok lembut.

"Hah!" Teriak satu rumah.

Mereka semua merasa jijik, dengan tatapan sok lembut itu.

"Fix ke pelet gw waktu itu sama dia" jawabku.

"Tapi, a'a Jaemin enggak kan?" Goda si kutu kupret.

Seven Boys With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang