[Revisi Iseng]

97 18 0
                                    


•Pov y/n•

Ditengah teriknya pantai, dan hemburan ombak.

Hamparan pasir selembut tempat tidur, terasa jelas seperti yang biasa ku tempati.

Tapi, seketika ada sesosok bayangan yang membuat semuanya menjadi gelap.

"Bangun!"

"Kamu mau berangkat jam berapa?"

"Nanti telat lagi! Mamah yang di panggil guru"

Suara tegas wanita paruh baya itu jelas membangunkan tidurku.

"Iya mah ini bangun, lima menit please" ucap ku sambil menutup muka dengan bantal.

Ternyata waktu yang ditentukan belum mencapai kesepakatan.

Ibunda telah membunyikan peringatan kedua, menandakan diriku dalam bahaya.

Walaupun aku tau, masalah sebenarnya adalah berias diantara waktu yang mencekik.
°°°

Waktu sudah menunjukkan pukul 6.30, yang berarti aku harus segera bergegas.

Ketika di motor, sesuatu yang tak kuinginkan terjadi.

Entah darimana, sebuah gelas berisi air menerpa ku.

Bersamaan dengan mobil yang melaju kencang, di dekat ku.

"Eh sorry sorry"

Seseorang dengan mobil mewahnya melewati ku.

Tanpa berhenti, atau bagaimana dia hanya melajukan mobil itu.

Tapi tenang, seperti sebuah anugerah, pakaian ku sudah kering begitu saja.

Aneh tapi nyata, ketika yang membawa motor adalah kakak tercinta kita.

Siapa lagi kalo bukan Lee Suho, kakak sialan yang ditakdirkan punya banyak rezeki.

"Gimana? Baju kamu gapapa kan?" Ucap abang suho.

Sang penyalur rezeki dari tuhan, walaupun pada akhirnya cuma menjadi bank sementara.

Karena pada akhirnya dia juga sering menggunakan uang yang dia berikan.

"Yoi! kan abang yang bawa auto make up adek aja kering" ucap ku.

Sepertinya lelaki sialan itu tidak memperdulikan jawaban ku.

Dia pergi sebelum aku menyelesaikan kata terakhir.

Aku yang berfikir bisa kabur dari pak satpam ternyata salah.

Seperti takdir buruk yang sudah menargetkan ku.

Seorang lelaki asing memergoki dan melaporkannya.

"Pak ada yg kabur!"

Dandanan nya seperti anak badung, yang tak pernah belajar.

"Bapak seharusnya adil, dia juga di hukum"

Sepertinya dia tidak sendirian, dia membawa kawanannya.

Terlihat jelas mereka adalah paket lengkap untuk membuat masalah.

"Udah, kalian juga diam!"

"Pantesan kayak ada yang kurang"

"Ternyata murid teladan kita belum hadir"

Guru itu menatapku sinis, sambil berjalan mendekat.

"Sering telat, dandanan lengkap, disekolah tidur"

"Kurang teladan apa lagi murid kita satu ini"

Seperti sudah terbiasa akan ceramahnya pak kim, aku hanya menatap lelaki yang tadi mengadukan ku.

Sepertinya dia bukan orang sini, mana mungkin aku tak mengenal wajahnya.

Setelah banyak nya semburan dosa, akhirnya jurnal adalah sesi terakhir.

Untung masih bisa dimaklumi, mungkin saja aku sudah berada di buku hitam jika semakin membuat masalah.

Singkat cerita, aku kembali kekelas dengan tenang.

Ditengah bisingnya kelas, seperti mereka tak memperdulikan kehadiran ku.

Aku yang hendak melanjutkan mimpi, meletakkan kepala di atas meja.

Tok tok...

_________________________________

Tadinya mau revisi, soalnya ini kisah awal banget pas masih rada bocil.

Tapi gak jadi males, yaudah dari pada sayang di buang.

Jadi di post aja, see you:')

Seven Boys With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang