ape!

3 1 0
                                    

"Buk iki jane nopo kok resik resik omah? " mungkin kesannya sewot tapi dari kecil Ibu memang ga pernah ngebiasain buat basa krama alus.
(Buk ini sebenernya ngapain kok bersih bersih rumah?)

"Yo ngko reti dewe fa". "Cepetan sana dimasukin barangnya" kata Ibu sembari menata barang di mobil.
(Ya nanti tau sendiri fa)

Kuturunkan barang barangku bersamaan dengan Jaza yang sedang menata barang di bagasi lalu menoleh ke arahku "rung reti a mba ?" ucap adikku.
(Belum tau mba?)

Alisku menukik tajam tanda penasaran karena bingung "apaan ?" tanyaku balik padanya. "Kita pindah rumah yang deket sama temen"nya Bapak Ibuk terus disitu juga deket sama masjid biar gampang waktu sholatnya" jelas adekku.

Refa terdiam karena tidak mengetahui sama sekali perihal kepindahan yang menurutnya sangat mendadak ini. Bagaimana tidak mendadak, sepulang dari kuliah Bapak menyuruhnya untuk membereskan barang-barang yang ada dikamar juga yang ada dirumah lalu ditaruh di tas jinjing atau kardus dan setelah adzan maghrib mereka akan berangkat entah kemana yang Refa sendiri pun tidak tau.

"Kok aku rak ruh opo opo sih" kesal Refa karena bingung dengan keadaan yang dihadapinya sekarang.
(Kok aku ngga tau apa apa sih)

"Udah semua kan barangnya ? Ngko tak kandani tekan kono" ucap Jaza untuk menghibur sang kakak yang pada kenyataannya tidak terhibur sama sekali karena kebingungan masih hinggap di dirinya.
(Nanti kukasih tau kalo udah sampe)

Selepas adzan maghrib kami berangkat menuju tujuan. Dan selama perjalanan Refa hanya diam sambil menyimpan kebingungannya karena mereka semua tidak ada yang membahas tentang kepindahan yang dimaksud kan oleh Jaza tadi.

"Pak ini mau kemana to sebenernya ?" tanya Refa yang sudah sangat penasaran. Rara dan Jaza pun hanya diam sambil memperhatikan jalanan.

"Mau pindah rumah faa, disitu banyak kenalannya Ibu sama Bapak terus juga disitu dekat masjid" sambil memegang hape Ibu menjelaskan lagi "Disitu juga sama kayak rumah lama bedanya ini di kompleks gitu nanti kamu juga bakalan ada banyak temen disana". Jadi itu alasannya tapi karena penasaran Refa bertanya lagi "Tapi Refa udah betah banget di rumah lama" dengan menyikut lengan Rara agar mau membantunya.

"Bapak sama Ibu udah pernah bilang sebelumnya kan sama mba kalo bapak sama ibuk bakalan ke Jakarta itupun pulangnya belom pasti sebulan sekali". Refa terdiam mendengar ucapan Bapak karena apa yang sudah diucapkan hal tersebut hukumnya mutlak.

✨✨✨

Selama perjalanan Refa masih diam karena teringat dengan obrolan di meja makan sebulan yang lalu. Jadi begini ya rasanya ditinggal kerja luar kota sama keluarga. Rasanya pengen ikut aja tapi ngga bisa karena ada kuliah.

"Mbak seminggu bar pindahan ngko ngeterne aku mbe mas Jaza ning pondok lho" kann.. bakalan home alone nih.
(Mbak seminggu setelah pindahan nanti nganterin aku sama mas Jaza ke pondok lho)

Sesampainya di rumah baru kami sudah disambut oleh temannya Bapak yang menunggu di depan rumah bersama dengan anak-anaknya. "Ini Refa yaa.. Dulu ketemu masih Om gendong rewel minta beliin chiki di toko depan hahahaha" Refa hanya tertawa kecil sebagai formalitas.

"Ini anakku udah kuliah mas baru semester awal haha udah ngga ketemu berapa tahun kira kira ya" duhh.. jadi malu begini sih, bukan masalah obrolan para orangtua. Tapi ini siapaa kok daritadi senyum mulu mana sipit lagi.

Tiba-tiba Om Dimas ngenalin anaknya satu persatu dihadapan keluarga "Pasti kamu udah lupa kan sama Jeno ? Dulu kemana mana pasti minta diboncengin sama Jeno selain dia gamau". Ehh demi apa!? Ya Allah Astaghfirullah malu bangett pasti wajahku udah merah banget inii. Malu bangett.

"Kalo yang ini Doyoung dua tahun lebih tua dari kamu terus yang ini Sungchan dia setahun diatasmu" jelas tante Tara dihadapan kami semua. "Yaudah barangnya buruan dimasukin kedalem, kamar kalian udah ada tandanya sendiri ya jadi gaboleh ada rebutan kamar". "Iya pak" disusul oleh adek-adekku kami membawa barang menuju kamar masing-masing.

"Berat ngga fa biar kakak bantuin ?" cukup mengagetkan karena Refa yang sedari tadi gokus dengan bawaannya"Ishh.. bilang dong kalo ngikutin jadi kaget nih". Sungchan hanya tertawa melihat respon gadis di depannya. " Lucu banget sih anaknya om Ibnu" gumam Sungchan.

Sesampainya di depan pintu kamar, Refa berbalik badan menghadap Sungchan "Sampe sini aja kak nanti barangnya bisa kuangkat sendiri kok".

"Oke kalo butuh bantuan panggil aja tiga kali". "Situ aladdin ?" Sungchan tertawa mendengar candaan garing tersebut dan Jeno pun menghampiri mereka berdua "Fa nanti kalo bosen main kerumah aja sekalian kangen kangenan hahaha".

" Ehh eh ga ada acara kangen-kangenan kalo Refa mau main kerumah sok main aja tapi cukup sampe ruang tamu ya fa jangan naik keatas itu area bahaya buat kamu oke ?". Refa pun hanya mengacungkan jempol untuk Doyoung. "Yaudah pada turun duluan aja, Refa mau beresin barang sekalian cek kamar Jaza sama Rara dulu". Setelah mereka bertiga turun Refa menata barang lalu menyusul untuk melihat adeknya "Ada yang kurang ngga ?".

"Wes bar kok mba". " Ayo mudun". Dan ketiga saudara tersebut bersamaan menuruni tangga menuju kebawah untuk bergabung dengan yang lain. Namun, ketika sampai ditengah tangga mereka bertiga mendengar keramaian yang cukup keras. "Ada siapa wey kok rame banget ?" tanya Rara pada kakak-kakaknya. "Au dah turun aja dulu" acuh Jaza.
(Udah selesai kok mba)
(Ayo turun)

Ternyata ohh ternyata di bawah rame banget karena semuanya lagi pada kumpul "Nahh.. ini orangnya turun juga" tiba-tiba seluruh mata mengarah ke mereka bertiga dan hanya dibalas dengan senyum canggung.
"Ini beneran Refa om ?"
"Yang satunya lagi sapa om kok baru liat"
"Tambah tinggi aja Jaza"

Dan banyak sekali pertanyaan yang diucapkan untuk ketiga saudara tersebut.
"Itu namanya Rara dia lahirnya pas dua tahun setelah om pindah makanya kalian baru tau" jelas bapak pada para bujang bujang tersebut.

Tunggu.. ini ada yang salah, kok aku ngga inget apapun ya tentang mereka. "Kenalan lagi dong mentang-mentang udah lama ngga ketemu sombong amat" sapa tuh yang ngomong minta dislepet mulutnya.

Ketiga saudara tersebut kebingungan dengan siapa yang dimaksud lalu salah satu berteriak "Kamu fa yang ditanya".
Seketika Refa melotot di hadapan Jaza karena malu.

" Euhmm.. Assalamualaikum halo semuanya mohon maaf sebelumnya kenalin nama aku Refa ini adik aku namanya Jaza, yang paling kecil Rara" ucap Refa sembari menahan malu karena tidak mengingat siapapun di ruangan tersebut.

"Gapapa fa ngga usah dipaksa ntar inget sendiri kok". "Nanti kalo udah inget kita main ke gubuk lagi" ucap para pemuda di depan Refa. "Gantian kalian dong perkenalan, masa iya aku doang" kalimat tersebut membuat beberapa dari mereka sedikit kaget sebab ditanyai.

"Kenalin aku Jisung". " Hai aku Jaemin" dengan senyum manis nya. " Kalau aku Renjun" lalu dilanjut sebelahnya dengan wajah sedikit kebule-bulean " Panggil aja Mark". Dan mereka memperkenalkan diri sampai semuanya sudah menyebutkan namanya, hanya perkenalan namun cukup memakan waktu bagaimana tidak lama bila yang berkenalan ada 20 orang termasuk Om Dimas dan Tante

Ketiga saudara tersebut hanya tersenyum sambil bergabung kedalam obrolan mereka sampai pukul sembilan malam mereka semua baru pamit undur diri untuk pulang dan meminta maaf karena sudah mengganggu waktu istirahat. "Besok dilanjut kenalan sama mereka mba biar akrab soalnya mereka yang bakalan nemenin kamu disini".
"Iya buk, Refa naik dulu ya udah capek banget". "Aku juga mau naik" ucap Jaza dan Rara bersamaan.

Hari yang melelahkan.

















































































TBC...

Pemuda AbsurdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang