"We are pleased to inform you that you have been accepted as a student at Neo Culture High School of Neo Culture Company."
.
.
.
"Permisiii Pakeet"
Arlene terperanjat dari lamunannya. Sudah satu jam ia duduk di meja dapur dengan ubi jalar yang dibiarkan baru terkupas setengahnya. Seharusnya pekerjaannya itu sudah selesai beberapa waktu yang lalu. Namun harus mundur lebih lama karena overthinking-nya yang tidak berkesudahan .
"Dari siapa?" Tanya Arlene seraya menerima paket dari tangan Sang Kurir.
"Dari desa, Nona.." Jawab Sang Kurir dengan senyum mengembang di wajahnya.
"Aah, sudah lama tidak dapat paket dari desa.." Ucap Arlene membalas senyuman Sang Kurir.
"Saya permisi, nona." Ucap Sang Kurir undur diri.
"Iya, silahkan. Terimakasih atas paketnya."
Sang Kurir menunduk sopan, kemudian berbalik menaiki motor tuanya untuk melanjutkan pekerjaannya.
Sudah lama orang-orang di desa tidak mengirimi Arlene sebuah paket. Terakhir kali adalah setahun yang lalu. Arlene memang sering berkomunikasi dengan mereka via online. Namun, tiba-tiba mendapat paket seperti ini tanpa diberi tahu sebelumnya, merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri bagi Arlene yang sudah seperti Bang Toyyib ini.
Arlene saat ini tinggal sendirian di desa penghasil anggur ternama di penjuru negeri. Desa Saphorine namanya. Lalu, desa mana yang dimaksud kurir paket tadi? Arlene lahir dari keluarga petani dan peternak di sebuah desa bernama Alpenzell. Penghasilan bulanan keluarganya tebilang tidak rendah tapi juga tidak tinggi. Namun, karena ia memiliki empat adik yang hampir semuanya memiliki mimpi yang setinggi langit untuk bersekolah di luar negeri, jadilah ia terpaksa mengalah dan harus merantau ke desa lain untuk sekolah sambil bekerja.
Saphorine adalah pilihannya dari tiga tahun yang lalu hingga saat ini. Ia mulai mengadu nasib di desa ini sejak umur 12 tahun hingga sekarang, ia baru saja merayakan kelulusannya dari sekolah menengah pertama. Selama itu ia bekerja di perkebunan anggur milik perusahaan besar di sana. Awalnya ia berniat untuk pulang ke Alpenzell sebentar untuk temu kangen dengan keluarganya. Namun, melihat keadaan adik keduanya yang sudah akan masuk SMP dan membutuhkan banyak biaya, membuat Arlene mengurungkan niatnya untuk pulang. Ia lebih memilih untuk bekerja lebih keras di Saphorine untuk mendapatkan pundi-pundi uang lebih banyak lagi.
Halo Ayah, Ibu, bagaimana kabar? Aku baru saja menerima paket yang cukup besar dari Alpenzell, apa itu dari kalian?
Arlene baru saja mengirimkan pesan singkat kepada Ayah dan Ibunya. Memastikan apakah paket itu benar-benar berasal dari mereka. Tak perlu menunggu lama, terdapat balasan pesan di ponsel milik Arlene.
Halo Arlene sayang, kabar kami semua baik.. Iya benar itu paket dari kami. Kabari kami kalau kamu sudah membukanya ya.
Arlene tersenyum melihat rentetan kalimat dari Ayahnya itu. Terlihat sederhana, tapi menjadi pelipur lara yang indah bagi Arlene.
Ia pun bergegas membongkar paket sebesar kardus mie instan itu. Diirisnya perlahan solasi yang menempel di kardus itu menggunakan cutter, memastikan tidak ada barang penting di dalamnya yang rusak. Dibukanya perlahan dan menampilkan berbagai setelan seragam yang terlihat cukup asing bagi Arlene.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEO CULTURE ACADEMY
Fanfiction"We are pleased to inform you that you have been accepted as a student at Neo Culture High School of Neo Culture Company." Hidupnya berubah sejak saat itu. Arlene yang semula hanyalah seorang gadis desa sederhana, dipaksa untuk berubah semenjak ia m...