Day 13: Lelucon Taeyong

24 10 15
                                    

Sabtu

*****

Ting! Tong!

Kiara segera menuju pintu begitu bel rumah mereka berbunyi. Taeil sedang pergi berkencan dengan Rasyila, otomatis Kiara yang sedang enak-enak rebahan mau tidak mau harus ke depan membukakan pintu.

"Lo?"

"Dari kemarin kemana aja lo?"

"Hah?" Lagi, Kiara mode keong. Masih ingin menampar diri sendiri, membenarkan bahwa Taeyong ada di sini. di depannya. Di rumahnya. Menemuinya. Bertanya kepadanya.

"Gak disuruh masuk?" tanya Taeyong yang di ambang pintu masih berdiri melihat Kiara bengong sendirian tanpa berniat meminta Taeyong untuk masuk ke dalam rumah. Dingin tjoi.

"Wait!! Mau ngapain lo di sini?" tanya Kiara begitu Taeyong akan melangkahkan kaki masuk. Mentang-mentang masyarakat Indonesia yang kelewat ramah dan cenderung mempunyai tipe sosial masyarakat paguyuban, seenak jidat saja langsung masuk padahal Kiara belum mengiyakan. Walaupun sebenarnya Kiara memang tidak masalah dengan hal itu sih.

Alias, lo aja udah masuk di hati gua dan mengobrak-abrik isinya kenapa harus pake ijin segala ketika masuk rumah gue.

Taeyong menatapnya, membuat Kiara meneguk salivanya kesusahan. Matanya langsung berkoordinasi dengan anggota tubuh yang lainnya agar tetap bertahan, karena sekarang Taeyong di temaramnya lampu beneran ganteng banget sialan bikin Kiara pengen lompat-lompat kegirangan.

"Lo lupa? Kalau lo harus benerin nilai matematika gue minimal tujuh lima?"

Kiara ingin memukul kepalanya, menyadarkan diri. Dia baru ingat bahwa dia punya tanggung jawab seperti itu.

Pasalnya, setelah menyanggupi permintaan Taeyong dan membicarakannya dengan pak Mahmud, Kiara langsung pergi. Dan ini semua gara-gara tugas pak Bagus yang membuatnya sampai lupa dengan janji Taeyong. Bagaimana Kiara tidak sebal, karena pak Bagus memberikan tugas menggambar di buku gambar A3 berupa gambar perspektif dan pr lainnya adalah mengerjakan modul berpuluh-puluh halaman. Coba, bayangkan bagaimana Kiara tak ingin mengumpat. Ini saja Kiara belum menyelesaikan tugasnya, ia butuh istirahat. Sampai kemudian Taeyong membunyikan bel rumahnya, membuat ia gagal menikmati masa istirahatnya yang singkat.

"Jadi, boleh gue masuk?" ulang Taeyong bertanya begitu Kiara tidak meresponnya.

Kiara tersadar dan baru menjawab, "Iya-iya, masuk aja."

Taeyong langsung masuk tanpa sungkan. Sedangkan Kiara masih di ambang pintu sebelum kemudian kembali berkata pada Taeyong yang sedang duduk di sofa ruang tamu. "Taeyong, bentar ya, gue telfon abang sebentar, sebentar aja."

Taeyong mengangguk.

"Ha—"

"Bang, gausah balik dulu!!" Kiara menyerobot terlebih dahulu begitu suara Taeil terdengar.

"Heh, gimana bisa, gue yang punya rumah ya kalau lo gak salah inget."

Kiara menggeram. "Abang kemana kek sama kak Syila, muterin perempatan tugu tuh bisa tuh, atau keliling GOR kan juga bisa, atau mana sih sini biar Kiara aja yang ngomong ke kak Syila."

"Bentar, lo emang di rumah ngapain? Bikin surprise ya?!" Suara Taeil dari seberang telfon terdengar sumringah.

"Mohon maaf saja ya ini saya tahu saya adik terbaik se-alam semesta, dari Indonesia Sabang sampai Merauke, cuman emang aku lagi gak minat untuk sebaik itu dengan ngasih abang surprise! Jadi bang..." Kiara menggantung kalimatnya.

[✔] 30 Days With TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang