Day 4: Pura-Pura Keseleo

38 20 2
                                    

Kamis.

Hari Kamis jam pertama dan kedua adalah mata pelajaran olahraga bagi kelas Kiara. Dan di hari yang sama di jam kedua dan ketiga adalah jam olahraga kelas Taeyong dengan guru yang berbeda tentunya. Tapi terkadang mereka satu lapangan di jam kedua. Dan itu merupakan keuntungan tersendiri untuk Kiara.

Memandangi Taeyong yang berolahraga juga sama baiknya dengan memandangi Taeyong bermain gitar. Walaupun membuat jantungnya sedikit bekerja lebih keras, tapi jiwanya langsung terasa damai bagai diberi siraman rohani. Oke, Kiara alay.

"Oalah, lo tiap olahraga duduk disini tuh mantengin mas crush ya? gue kira lagi ngajak ngomong semut lo," ucap Marissa menghampiri Kiara yang sedang duduk di bawah pohon besar di samping lapangan.

Kiara mengerucutkan bibirnya.

"Kenape?" tanya Marissa.

"Udah hari keempat, tapi gak ada perkembangan."

"Lah, kan semalem udah gua kasih nomernya Taeyong. Gak lo chat?"

Kiara menggeleng, memang benar Marissa semalam mengiriminya nomor. Tapi yang dilakukan Kiara semalaman hanya memandangi roomchat kosong nomor Taeyong tanpa berniat mengetik sesuatu dan mengirimkannya.

Jarinya gemetar terus, takut. Kalaupun mau chat, harus chat gimana. Pasalnya, Kiara saja tidak pernah chat Marissa terlebih dahulu. Satu-satunya orang yang membuat Kiara harus mengirim pesan terlebih dahulu adalah abangnya. Yah, Taeil satu-satunya manusia yang beruntung karena sering di spam chat oleh Kiara. Selanjutnya, Taeyong. Lihat saja. Kiara berambisi.

"Harus chat gimana?"

Marissa memutar bola matanya malas. Harusnya dia sudah siap dengan sikap Kiara yang seperti ini. "Ya ngapain kek halo kek, hai kek, atau Taeyong lagi apa. Kan bisaa?!"

"Trus kalau ditanya dapet nomer dia dari mana, buat apa, ngapain ngechat, ganggu aja, gimana dong hiks."

"Nethink banget lo. Tapi mending kalau ditanya dan dibales chatnya, kalau lo chat langsung di blokir. Mampus lo."

"Marissa jahat banget anjir mulutnya kayak gak pernah ke majelis ta'lim."

"Bercanda aduh cantik. Ya ngapain kek, bikin alasan nomor nyasar, atau ngacak nomor gitu kan bisa."

"Dih dipikir kita lagi hidup di jaman pake nokia abc an apa ya."

Marissa diam, kelihatannya lagi mikir. Membuat Kiara juga ikut terdiam. Gaya mikir enaknya deketin Taeyong dengan cara bagaimana. Tapi, otaknya sudah tumpul gak bisa dibuat mikir cara bucin. Udah penuh dengan matematika.

"Aha, gua tau... gaya keseleo aja."

Kiara langsung menoleh kearah Marissa, tidak setuju. Tapi hatinya terus berkata bertolak belakang dengan pikirannya. "Gapapa, coba aja. Kali aja berhasil. Semua hal harus dicoba agar tahu hasilnya seperti apa," ucap hati kecil Kiara yang tidak tahu itu setan atau malaikat yang sedang berbicara.

"Trus gue harus ngapain setelah itu?"

"Biar dibantu sama Taeyong, di gendong ala bridal style kek di wattpad-wattpad gitu Ki."

Alis Kiara bertautan sepertinya ini bukan ide yang bagus, terlebih lagi Marissa seperti melebih-lebihkan. Apa? Bridal style? Ngaco. Yang ada Kiara pulang di interogasi abangnya sampai larut malam. "Gak yakin."

"Percaya sama gua," ucap Marissa yakin. Yah keyakinannya hanya bersumber dari cerita-cerita halu. Barangkali dapat dicoba ke Kiara. Tidak ada salahnya kan?

***

"Auwhhh."

"Yang bagus actingnya."

[✔] 30 Days With TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang