SALAH(CERPEN END)

10.3K 798 38
                                    

Jangan memudahkan segala hal dalam hidupmu. Setiap hal yang datang tak pernah datang dua kali, jika terjadi, maka kesempatan kedua tak lebih baik dari kesempatan pertama. Pramana Abi tidak pernah menyangka dia akan mendapati dirinya mengalami hal menyesakkan yang disebabkan oleh kebodohannya sendiri. Tidak ada yang bicara padanya setelah semua jalan menghampirinya. Meski ini adalah konsekuensi yang harus dirinya rasakan, Pramana Abi tidak begitu saja mudah menerimanya.

"Pesan terakhir dari ibu membuat semua anaknya kebingungan," ucap Argian—kakak ipar Pram, sekaligus menantu ibu Pram.

Mereka sedang dalam masa berkabung. Namun, Pram yang paling banyak merasakan kehilangan. Bukan hanya kehilangan sang ibu, Pram juga kehilangan cinta yang merasuk dan terlambat ia sadari.

"Jelas anak-anak ibu kebingungan, keputusan awalnya bukan seperti itu. Lagi pula, yang dikhianati di sini adalah aku, Mas Argi."

Argian menyesap kopinya dan menatap hamparan hijau di pelataran rumah mertuanya. Tempat itu memang nyaman karena dirawat oleh ibu dengan baik. Namun, kondisi keluarga itu tak senyaman itu meski diurus oleh ibu.

"Bukannya aku bermaksud menghakimi, tapi kamu memang bodoh sejak awal. Laki-laki yang nggak bisa menentukan sikap untuk kedua perempuan yang penting dalam hidupmu."
Pram tahu itu. Ia memang tak becus dalam menghadapi segala masalah.

"Kamu selalu saja mengambil keputusan berdasarkan suara yang ibu berikan, padahal kamu bisa menentukan apa yang kamu mau dan butuhkan."

"Aku sangat menghormati ibu," ucap Pram.

"Mungkin menghormati bukan kata yang tepat, Pram. Kamu itu ... apa, ya? Lebih tepat kalo dibilang kamu ini penganutnya ibumu. Sekecil apa pun yang ibumu mau kamu menurutinya tanpa bantah, beliau seperti Tuhan di mata kamu."

"Bukannya memang begitu yang agama kita ajarkan? Restu orangtua adalah restu Tuhan. Bukankah itu tugas kita sebagai anak untuk menghormati orangtua yang kita punya?"

Argian mendengkus pelan. "Dan kamu juga menyembah orangtuamu selayaknya kamu sembah Tuhan-mu?"

Ini pembicaraan yang berat, lebih berat dari apa yang pernah Pram dan Argian bayangkan sebelumnya. Hubungan mereka cukup baik sebagai kakak dan adik ipar, tetapi hubungan baik saja tak cukup untuk membawa pemahaman bisa dimengerti dan diterima.

"Pram, sebagai anak memang kita harus menghormati orangtua kita. Tapi sebagai anak, kita juga memiliki kehidupan sendiri saat dewasa. Nggak perlu kamu membawa agama dan kepercayaan yang kita anut, sebab nantinya kamu hanya akan menjadikan itu sebagai alibi dari kegagalan kamu memahami jalan hidupmu."

Argi berdiri dan menepuk bahu adik iparnya itu dan masuk ke dalam rumah lebih dulu dari Pram yang masih terdiam di tempatnya. Masih terkejut serta terpukul dengan kehilangan yang ia alami. Ia ingat kembali bagaimana momen terakhir dan ucapan terakhir yang ibunya ungkapkan.

"Pram, maafkan ibu, ya? Dia datang terakhir kali ke rumah mencari kamu dengan perut besarnya, Pram. Ibu menuduhnya mengandung anak dari pria lain, ibu mengusirnya dengan airmatanya yang berlinang. Ibu tahu dia nggak berbohong menunggu kamu pulang ke rumah kalian dengan anak yang harusnya ibu panggil cucu di dalam perutnya. Pram, ibu memang nggak menyukainya karena mendiang ayahmu bertanggung jawab dengan menikahkan kalian. Belakangan, ibu sadar ibu sudah bersalah kepada kalian. Memisahkan kalian dan mendoakannya mati seperti ibunya yang mengalami kecelakaan karena mendiang ayahmu. Ibu bersalah dan ibu mohon maaf kepada kamu karena sudah berbohong. Pram ... cari dia dan bawa dia kembali. Ibu sangat bersalah padanya."

Sekarang, bagaimana caranya Pram membawa kembali Lyntang dan anak mereka yang sudah diterlantarkan?

[ Versi lengkap sudah dirilis di KaryaKarsa dengan nama akun kataromchick. Harga 20 ribu dengan 51 halaman Silakan menikmati.]

SALAH / Cerpen TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang