HAPPY READING:)
.
.
.Merindukan seseorang memang menyakitkan, terlebih seseorang itu tak lagi ada di dunia ini.
Di balkon kamar bernuansa putih keabu abuan, terdapat seorang gadis termenung disertai angin malam.
Ia memejamkan matanya menikmati sejuknya angin malam yang menerpa wajah mulusnya. Namun tanpa aba-aba cairan bening keluar dari kelopak matanya.
Menarik nafas perlahan lalu menghembuskannya kembali, gadis itu mendonggak sekaligus senyuman tipis muncul di bibirnya.
"Bunda.." lirih gadis itu "Rania kangen sama Bunda" Rania, kini gadis itu menahan rasa sesak di dadanya.
Rania kembali mengambil nafas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan.
"Bun.. kalo tuhan ngijinin rania ikut kesana apa bunda mau jemput rania?" kini Rania tidak bisa menahan bendungan air matanya, ia menangis sejadinya dalam diam membuat dadanya semakin sakit.
"Bunda pasti kecewa kan sama Rania? Karena Rania udah jadi anak cengeng yang enggak bisa ngejaga dirinya sendiri"
"Maafin Rania bun"
Tok!!tok!!tok!!
Ketukan pintu membuat Rania mengalihkan pandangannya, sehingga gadis itu dengan cepat menghapus sisa air mata yang telah membasahi pipinya.
Dengan pencahayaan remang2 ia berjalan kearah pintu dan membukanya perlahan.
Rania tersenyum hangat menyambut orang yang telah mengetuk pintu kamarnya."Kak Danial!" Sapa Rania
"Kenapa?" tanya Danial to the point
Rania yang tau arah pertanyaan Danial pun menggigit bibir bawahnya gugup. Rania sempat berpikir apakah Danial itu seorang cenayang atau stalkers? Karena Danial selalu tau apa saja yang telah dirinya lakukan.
Rania mengerutkan keningnya pura-pura tidak mengerti apa yang dimaksud kakaknya.
"Kenapa apanya?"
"Enggak usah bohong Rania, kakak tau kamu habis nangis dari balkon kan?"
Rania kembali gelagapan mendengar fakta detail yang keluar dari mulut Danial.
"Ahh itu.." Rania menggantung ucapannya
"eum kak mending masuk dulu deh pamali tau ngobrol di ambang pintu kaya gini" kini Rania mengalihkan pertanyaan Danial.
Rania tau bagaimana pun cara dia mengalihkan pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari mulut kakaknya akan gagal. Karena Danial adalah orang yang sekalinya bertanya harus mendapatkan jawabannya, walaupun pertanyaan itu di jawab keesokan harinya.
Rania memasuki kamarnya terlebih dahulu lalu ia menyalakan lampu kamarnya, Danial mengikuti Rania dari belakang. sebelum berjalan kearah rania duduk danial menutup pintu terlebih dahulu, setelah itu menghampiri rania yang duduk di atas kasur dengan guling di atas pahanya.
"Rania kakak tanya sekali lagi kamu kenapa?" pertanyaan itu kembali muncul di mulut Danial.
Rania menghembuskan nafas pasrah, lalu menatap lembut kearah sang kakak.
"Kak, Rania enggak papa kok serius""gara2 masalah kemarin?" tanya danial lagi yang di jawab gelengan keras rania
"Rania udah lupain itu semua kak, dan lagian juga Rania udah setuju sama pernikahan itu" ucap Rania "Rania tadi cuma kangen bunda aja, sama curhat dikit sama dia" rania cengengesan dengan matanya sedikit bengkak akibat menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
RANIA (ON GOING)
Ficção AdolescenteRania yang awalnya terkenal dengan wajah ceria namun dibalik itu semua ada seribu luka yang ia pendam. Ia harus mempertaruhkan masa depan yang ia bangun sedari kecil yang hancur begitu saja ketika sang ayah memaksa dirinya untuk menikah dengan pri...