1

4.3K 51 0
                                    

"Gue gak percaya lagi sama cinta! Huaaaaaa,"

"Eh.. Eh.. Ini tisu nya,"

"Kenapa sih semua cowo sama aja! Bisanya dekatin, terus kasih perhatian sampai nyaman. Eh udah nyaman, udah ada rasa malah ditinggal! Kalau udah gak niat buat dipacarin gak usah sok kasih perhatian bisa gak sih!"

"Sabar, Ca. Sabar,"

"Gabisa sabar lagi gue Sil. Ingat kata-kata gue ya. Gue gak mau jatuh cinta lagi. Gue gak mau nikah. Gue benci sama yang namanya cowo!"

"Terus? Lo mau suka sama cewe aja? Ih ngeri gue sama lo,"

"Sisil bukat gitu maksud gue! Gue udah gak percaya sama cinta. Cinta itu cuma buat ribet, bikin sakit hati, yang bisa buat mental gue down aja. Capek jaga hati orang sampai lupa jaga hati sendiri,"

"Jangan bilang gitu dong Ca. Cinta gak kayak gitu kok. Mungkin kemarin lo dideketin sama biawak lumpur aja. Nanti, kalau lo dapet cowo yang buat lo like a princess. Baru lo tau makna cinta,"

"Udah deh, gue gak percaya cowo lagi. Deketin kalau ada maunya aja. Udah gak ada modal pergi selalu gue bayar alasannya dompet ketinggalan. Masa iya tiap pergi dompetnya tinggal, itu dompet atau harga diri sih!"

"Yaudah serah lo deh. Gue mau pulang, udah malem ini,"

"Yahhh. Gue sendirian lagi deh. Yaudahdeh, makasi ya Sil lo udah dengerin cerita singkat gue,"

"Kepala lo singkat. Panjang banget tai. Lo mulai dari jam 5 sore sampai sekarang jam 11 malam baru siap. Yaudah gue pulang ya, bye!"

"Eh gak gue anter ke bawah?"

"Gak usah, kan ada bik Narti. Lo istirahat aja. Tu mata udah bengkak. Mending lo maskeran biar besok cantik lagi. Biar bisa cari cowo lain, jangan sampai jadi perawan tua hahaha,"

"Ih ogah! Yaudah sana,"

Ceklek.

Aca-begitu orang memanggilnya-menutup pintu kamarnya. Ia langsung menuju cermin, mematut diri ya disana. Aca menyentuh matanya yang benar saja terlihat memerah dan bengkak akibat tangisannya sedari tadi.

"Ah sial. Bengkak banget lagi nih mata," dumelnya.

***

Pagi menjelang, cahaya mentari yang menyilaukan mengusik tidur Aca yang tenang. Gadis itu menarik selimut untuk menutupi cahaya matahari yang menganggu tidur lelapnya.

"Kok tidur lagi sih?" tanya sebuah suara.

Aca dengan spontan membuka selimut yang menutupi tubuhnya ketika mendengar suara yang tidak asing baginya dan sangat ia rindukan.

"Mama!"

Wanita yang sudah terlihat berumur namun tetap terlihat cantik dan anggun itu hanya tersenyum melihat anak gadisnya. Aca dengan cepat memeluk mamanya erat melepaskan rasa rindu selama beberapa bulan ini. Rosa, mama Aca, juga membalas pelukan hangat anak semata wayangnya.

"Mama kenapa gak bilang kalau pulang dari aussie. Kan bisa Aca jemput ke bandara," cerocos Aca saat sudah melepaskan pelukannya.

"Surprise!. Kalau mama tunggu kamu, mama gak yakin kamu bakalan bangun pagi, hahaha,"

"Ihhh mama," ambek Aca sambil memanyunkan bibirnya.

"Eh, sebentar Ca. Itu kenapa mata kamu bengkak gitu? Habis nangis? Siapa yang buat anak mama nangis? Bilang sama mama,"

Aca menggeleng pelan. Sesakit hatinya pada seorang lelaki, namun ia tidak mau membuat suasana hangat ini berlalu karena kisah cintanya.

"Aca nangis karena nonton drama korea ma, hehe,"

"Yaampun mama kira kenapa kamu Ca. Kalau ada yang jahat sama kamu, bilang sama mama. Biar mama kasih pelajaran tuh orang. Oke?"

"Oke ma! Ohya, oleh-oleh untuk Aca mana?"

"Tuh dibawah. Yuk kebawah,"

Aca mengangguk cepat lalu turun bersama Rosa kelantai bawah.

Aca atau bernama lengkap Bianca Adeline, memanglah seorang gadis yang berasal dari keluarga broken home. Orang tuanya sedari ia berumur 10 tahun sudah berpisah. Dulu, keluarga Aca adalah keluarga yang kaya raya. Papa Aca, Robert, memiliki banyak perusahaan. Namun, dibalik kesuksesannya ternyata pria itu memiliki tempramental yang membuat kedua orang tua mereka harus berpisah.

Awalnya, Aca mencoba meyakinkan dirinya bahwa tidak semua lelaki sama. Hingga ia didekati oleh seorang lelaki bernama Arkana Hertanto. Lelaki yang berhasil membuatnya jatuh cinta dan membuatnya buta akan cinta. Hubungan toxic yang tidak ada kejelasan, hingga Arka meninggalkan Aca dengan wanita lain.

Disitu puncak kekesalan Aca. Gadis cantik ini kembali mengingat perlakuan sang ayah pada ibunya. Dan kini, Aca sudah tidak ingin jatuh cinta lagi. Menurutnya, cinta hanya membuatnya bodoh. Menghabiskan waktunya untuk selalu berpikir negatif.

Kini Aca dan Rosa sedang menikmati sarapan mereka. Sudah lama rasanya, ia selalu makan sendirian. Rosa yang sudah mengemban status single parent, berusaha sekuat tenaga untuk bekerja memenuhi kebutuhan Aca. Kini, perjuangannya membuahkan hasil, walaupun ia harus sangat sibuk untuk mengurusi bisnisnya.

"Ma, berapa lama kali ini di Indo?" tanya Aca memecah keheningan.

"Mungkin sebulan atau dua bulan Ca,"

"Yah, singkat banget. Aca ikut mama kerja aja ya,"

"Gabisa dong sayang. Kamu kan harus kuliah disini. Kamu juga baru masuk kan,"

"Iyasih ma, tapikan Aca sendirian. Mama gak takut apa gak ada yang jagain Aca disini? Walaupun ada bik Narti, bik Surti, bik Asih, pak Mamat dan Pak Anto. Tapikan gak ada mama yang jagain Aca,"

"Yaudah kamu nikah aja sayang,"

"Uhuk uhuk," Aca tersedak mendengar jawaban mamanya.

"Ma, Aca masih 19 tahun loh. Masa main nikah aja,"

"Ya gak apa kalau jodoh kamu udah ada. Mau gak?"

"Ih mama enak banget rasanya tanya mau atau engga hahahah. Aca belum ketemu jodoh ma,"

"Sama mama ada. Mau?"

"Ma nawarinnya kayak nawarin makanan ya:). Gak ah, Aca belum siap. Aca takut gagal kayak mama," ucap Aca spontan.

Rosa yang awalnya semangat, tiba-tiba menjadi murung dan menunduk saat mendengar Aca berbicara seperti itu.

"Eh.. Ma.. Aduh.. Aca salah ngomong. Maksud Aca bukqn gitu. Maksud Aca.. Hmm.. Aduh...,"

"Gak apa sayang. Emang bener kan, pernikahan mama gagal,"

Aca menatap sendu Rosa, ia berjalan dan duduk disamping mamanya. Aca merangkul mamanya, mencoba memberikan kekuatan.

"Walaupun pernikahan mama gagal, tapi Aca gak pernah nyesal jadi anak dari mama. Kaalu waktu diulang, Aca juga tetap memilih mama untuk jadi mama Aca,"

"Aca sayang mama?"

"Sayangggggggg banget! Aca tuh rela ngelakuin apapun untuk mama senang. Aca juga bakalan kerja keras. Jadi mama gaperlu berangkat kemana-mana lagi, gak perlu capek-capek lagi banting tulang buat Aca. Aca akan ngelakuin semua hal untuk mama. Aca janji,"

"Janji?" Rosa memberikan jari kelingkingnya.

"Janji ma," ucap Aca sambil menautkan jari mereka.

"Kalau gitu, permintaan mama cuma satu. Aca nikah sama pilihan mama,"

"HAH? NIKAH?"

***
BERSAMBUNG

PRAGMA (21++) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang