Part 03.

4 2 0
                                    

Happy reading

.

.

Sorry for typo

.

.


Hari ini hari kamis, seperti yang dokter bilang kemarin bahwa sekarang waktunya jadwal kemo untuk Nana.

Disini, di ruangan milik Nana sudah ramai oleh mereka berempat yang mau menemani Nana kemoterapi.

"Jenan, kemana?" Tanya Nana saat dirinya tak melihat Jenan. Rendi dan juga Juan bingung bagaimana mereka mengatakan bahwa kemarin setelah Jenan memutuskan untuk pergi mereka tak melihat anak itu lagi.

"Emm . . . sebenarnya setelah, Jenan pergi dari sini kita tak melihatnya lagi." Jawab Rendi ragu.

Nana tersenyum tipis setelah menghela napas. "Ga papa, mungkin dia butuh waktu sendiri." Ucap Nana biasa saja, berbeda dengan hatinya. Padahal dirinya ingin ditemani oleh Jenan seperti bulan lalu, tapi itu hanyalah angan-angan nya saja.

"Pasien Narendra silakan bersiap, sebentar lagi kemoterapi nya akan dimulai." Ucap perawat yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan Nana.

"Baik, sus." Balas Nana. Nana menghembuskan napas kasar sambil meremat selimutnya, pertanda ia sedang gugup.

Disaat dirinya sedang gugup tiba-tiba ia merasakan usapan halus di telapak tangannya. Nana menoleh ke pemilik tangan yang mengusap telapak tangannya.

"Mama." Lirih Nana. Wanita yang di panggil mama tersenyum kepada Nana.

"Nana, jangan takut ya! Disini ada, mama, abang, dan kedua sahabat, Nana juga." Ucap Zeyna menenangkan Nana. Jadi setelah kemarin Zeyna datang ke kamar rawat nya bersama sang abang, hubungan antara anak dan ibu itu sudah mulai membaik.

Zeyna juga merasa menyesal karena salama ini telah mengabaikan anak bungsunya. Saking abainya dia sampai tak tau kesehatan anaknya.

Nana menoleh ke arah Nichole, Juan, dan Rendi. Terlihat mereka bertiga mengangguk secara bersamaan pertanda Nana tidak perlu cemas.

Nana mengulas senyum lebar. "Ma, boleh minta peluk?" Cicit Nana. Dan beberapa detik dirinya merasakan pelukan hangat dari sang mama.

"Jadi gini rasanya dipeluk oleh, mama." Batin Nana sambil membalas pelukan mamanya.

"Sekarang kita siap siap buat kemo ya." Ucap sang mama sambil mengelus rambut Nana.

Lalu Nana digiring untuk ke ruangan yang memang sudah disiapkan untuk kemoterapi nya.

"Kok aku yang deg-deg an ya, Ju." Bisik Rendi pada Juan. Sedangkan Nichole berjalan di sebelah mamanya.

"Ga sendiri kau, Ren. Si, Nana kenapa tenang tenang aja ya." Balas Juan berbisik.

"Lagi nenangin diri kali si, Nana." Rendi menghela napas panjang. "Sayangnya, Jenan tidak ikut menemani, Nana. Padahal anak itu mengaharapkan, Jenan menemaninya." Lanjutnya dengan menatap Nana sendu. Juan mengangguk sebagai balasannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FIGHT OR GIVE UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang