Rutinitas sekolah Alana di Jumat pagi adalah dengan melaksanakan kegiatan kepramukaan. Seperti saat ini, Alana dan seluruh murid di sekolahnya sedang duduk rapi di lapangan sambil mendengarkan materi oleh pelatih Pramuka, setelah tadi diawali dengan senam Pramuka.
"Baik karena waktunya sudah habis, kita cukupkan dulu sampai sini. Boleh langsung ke kelas masing-masing, di mulai dari barisan putra paling ujung sampai kepada putri paling ujung sana ya? Dilakukan dengan tertib!" seru pelatih Pramuka itu dengan lantang dibantu dengan microphone.
"BAIK KAK!" sahut siswa siswi, termasuk Alana.
"Oke, sekarang mulai dari barisan ini. Silakan berdiri lalu kembali ke kelasnya masing-masing, kemudian dilanjut oleh barisan selanjutnya, begitu seterusnya ya!" Ucap pelatih Pramuka itu lagi diikuti oleh barisan pertama yang berdiri lalu berjalan ke kelasnya masing-masing.
Sementara menunggu giliran masuk kelas, di barisan perempuan sudah gaduh akibat melihat anak-anak lelaki kelas 12. Seperti contohnya saja teman-teman Alana.
"Ini saatnya kawan-kawan, bersiap!" seru Sabrina, teman sekelas Alana yang hobinya makan dan mencintai para cowok ganteng. Dibalas anggukan oleh teman-teman yang lain, seakan mengerti apa yang harus dilakukan. Setelah itu, mereka mulai meneriakkan nama kakak-kakak ganteng menurut mereka, Alana hanya diam saja sambil geleng-geleng melihat tingkah teman-temannya itu. Sebenarnya Alana juga mengakui anak-anak kelas 12 itu memiliki wajah yang hampir sempurna dan tubuh atletis, tapi Alana terlalu malas untuk ikut berteriak bersama ratusan siswi lainnya. Iya emang pada ganteng, tapi kalo ikut teriak-teriak nggak dulu. Cukup gue doakan di sepertiga malam aja, batinnya.
Alisha tiba-tiba menepuk-nepuk Alana heboh, "LANA LANA LANA LANA LANA!"
Alana meringis, "Apaan sih?!" sambil menepis tangan Alisha yang masih menepuk-nepuk Alana dengan kuat.
"Itu tuh Kak Dirga! Lagi berdiri, cepet liat!" serunya sembari menengokkan kepala Alana supaya melihat kepada apa yang Ia maksud. Alana hanya mengerutkan keningnya serta menyipitkan matanya.
Alisha menepuk dahinya. "Aduh lupa gue, lo keliatan juga nggak," sahutnya, "makanya kacamata lo pake!" lanjut Alisha.
"Mager ah," balas Alana. Alana memang rabun jauh, nggak terlalu besar namun tetap saja untuk melihat ke arah yang lebih jauh, akan terasa blur. Iya namanya juga rabun jauh kan..
"Sayang banget kan lo nggak bisa liat Kak Dirga, ganteng banget tadi," sahut Nina, sahabat Alana juga, selain Alisha tentunya.
"Dih emang kenapa? Kenal juga nggak, udah deh yuk kita ke kelas aja tuh bentar lagi giliran kita," ujar Alana malas. Penting banget Dirga perlu gue liatin, emang siapa sih?! Ribet bener deh temen-temen gue.
-
Sekarang ini kelas Alana sedang ricuh, karena guru yang seharusnya mengajar mempunyai urusan lain, yang artinya kelas Alana sedang jamkos.
"Pokoknya ya, gue itu ya suka aja sama dia. Suka tapi nggak juga, tapi suka gitu loh Na. Ngerti kan?" seperti biasa, Alisha si manusia yang hobi mencintai orang yang sulit digapai itu sedang bercurhat ria kepada Alana. Alana hanya angguk-angguk saja, soalnya dia udah sering banget ngomongin itu. Seratus? Dua ratus? Ah gatau deh berapa kali, ngga keitung! Tapi ngga apa-apa, biarin aja ntar juga dia cape sendiri kok.
"Ngomong-ngomong nih ya Na, tadi Kak Dirga ganteng banget!" sahutnya tiba-tiba berganti topik, "sayang banget lo nggak bisa lihat, beneran cakep soalnya!" lanjutnya lagi sembari menopang dagu dan senyum-senyum persis orang gila.
Alana hanya diam saja, asyik memakan cireng isi dari kantin favorit satu sekolahan. "Mana tuh ya dia itu ramah, tapi ramahnya itu tuh exclusive gitu Lan! Pokoknya bukan ramah yang gatel-gatel kayak jamet gitu, bukan pokoknya!"
Lah, ramah exclusive sama ramah jamet emang gimana ya? Tapi ya namanya juga Alisha. "Ya kalo ramah mah ramah aja kali Sha, nggak perlu dibeda-bedain ramah exclusive sama ramah jamet," sahut Alana, yang masih tetap asyik dengan cirengnya.
"YA JUSTRU ITU!" teriak Alisha sambil menggebrak meja, sontak membuat Alana kaget yang alhasil tersedak cireng isi ayam pedas. "Uhuk. Uhuk." Alana merasa seperti dunia runtuh, bukan lebay tapi tahu kan rasanya keselek makanan pedas?
Menyadari Alana yang tersedak, segera Alisha memberikan botol minum. "Eh ini minum dulu Na," ucapnya panik. Soalnya ini keselek makanan pedes, isn't easy.
Setelah langsung menyambar botol dan meminumnya, Alana mencak-mencak, "lo ngapain teriak-teriak sampe gebrak meja segala?!" sedangkan yang dimarahi malah cengengesan, "abisnya gue tadi semangat banget Na. Sorry dong sorry, nggak lagi deh janji gue. Peace!" ujarnya sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah bersamaan. Alana hanya berdecak dan memutarkan bola mata, ya bilangnya sih emang 'nggak lagi deh janji', tapi ini Alisha alias nggak mungkin banget!
"OKE DEH KARENA LO UDAH SELESAI KESELEKNYA DAN LO UDAH MAAFIN GUE, JADI GUE MAU LANJUTIN YANG TADI!" teriaknya kembali dengan penuh semangat, tuh kan..
"Dih apaan sih, kapan gue udah maafin lo? Lagian tadi lo bilang 'nggak lagi deh janji' ih janji lo tu palsu, tau nggak?!" ucap Alana sambil mempraktekkan apa yang tadi diucapkan oleh Alisha yang bisa ditebak, Alisha sedang cengengesan saja. Ngeselin banget kan?!
"Tapi Na, ini itu penting banget!" ujar Alisha masih dengan semangat 45 nya.
"Udah ah, gue nggak akan denger ya! Lo ngomong ya ngomong aja tapi gue mau pergi, bye!" sahut Alana sambil bergegas berdiri dan pergi menuju keluar kelas untuk membuang sampah plastik bekas cirengnya. Ya sekalian biar ngga dengerin Alisha lagi sih.
Tapi namanya juga Alisha, tentunya Ia tidak pantang menyerah dan lanjut mengekor dari belakang. "Na, kalo ramah jamet kan itu suka ngga jelas gitu, ramahnya ramah centil gitu kan. Tapi kalo ramah exclusive kayak Kak Dirga itu, duh beda Na dari hawanya juga!" Sahut Alisha dengan semangat meskipun Ia dibelakang Alana.
Alana berbalik, "Iya terus kenapa Sha? Lo suka sama dia?" tanya Alana to the point, karena akhir-akhir ini Alisha selalu membicarakan tentang Dirga.
Sontak saja Alisha berteriak, "YA IYA LAH?! GILA LO SIAPA YANG NGGAK SUKA?!" ujarnya sambil menepuk-nepuk lengan Alana. Sedangkan Alana hanya memutar bola matanya malas, "Sha gini ya, lo baru aja tadi pagi ceritain Arya, lo bilang lo suka sama dia, baper sama dia. Lah terus tiba-tiba lo suka sama si Dirga Dirga itu. Kalo suka sama orang itu ya konsisten lah!" ucapnya.
Alisha memegang kedua bahu Alana, tiba-tiba suasana terasa serius. Aneh sih soalnya ini Alisha, tiba-tiba serius, tapi ya udah kita ikutin aja keanehannya dia.
"Na, ini Kak Dirga, Na! Kak Dirga! Ya siapa sih yang nggak suka? Kalo masalah Arya sih, ya emang kan gue suka sama dia. Tapi jangan bandingin sama Kak Dirga, soalnya beda gitu loh Na. Apa ya bahasanya," ucap Alisha sambil memikirkan kata yang pas, "ya kayak ngefans gitu deh, ah pokoknya gitu deh Na. Lagian lo sih belum liat Kak Dirga secara langsung!" lanjutnya.
"Lah emang kalo gue udah liat dia secara langsung bakal gimana?" tanya Alana kebingungan. Ya maksudnya, emang bakal kenapa? Aneh banget sih.
"YA LO BAKAL SUKA JUGA LAH!" ucapnya, seperti biasa dengan semangat 45 yang hanya dibalas putaran bola mata malas dari Alana. "Dih, udah ah males gue sama manusia freak kayak lo," ujarnya sambil berjalan masuk kelas untuk bergabung dengan anak-anak lain yang sedang bernyanyi-nyanyi galau. Alisha? Ya ngikutin lah!
Ketika sudah bergabung, Alisha tiba-tiba iseng berbisik kepada Alana, "Na, let's see ya!" ucapnya sambil senyum-senyum nggak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPHEMERAL
Teen FictionMata teduhnya benar-benar membuat jantung gadis dengan rambut sebahu itu berdegup begitu kencang. Sekelilingnya terasa terhenti sejenak, seolah hanya ada pemilik mata teduh yang sedang mengamatinya seksama dengan senyum tipis yang hampir tidak terli...