ICE CREAM DAN YOGURT

39 23 6
                                    

Setelah pertandingan futsal tadi selesai dengan skor lebih unggul 1 poin oleh kelas Alana, kini Alana dan Genta sedang berada di toko ice cream favorit Alana.

"Sumpah lo keren banget tadi!" sahut Alana sebelum menyuapkan satu sendok terakhir ice cream ke dalam mulutnya.

"Udah ya lo nggak usah puji-puji, gue tau lo gitu biar bisa tambah ice cream nya kan?!" ujar Genta sedikit sewot, Alana hanya cengengesan. Tau aja ni orang, ngga asik deh.

"Tapi Gen, lo nggak lupa sama janji yoghurt nya kan?" tanya Alana memastikan, ya lagian lumayan kan..

Genta menatap Alana, "lo kira gue cowok apaan Na?" tanya nya dengan nada sedikit lebay, "ya kali deh gue ingkar janji masalah yoghurt doang, kalo bisa gue beliin sama pabrik-pabriknya, gue beliin deh Na!" lanjutnya lebih lebay.

"Ya udah coba sama pabriknya deh?" ujar Alana yang langsung membuat Genta melengos, "Kan gue bilang kalo bisa Na, nah masalahnya ini gue nggak bisa," jawabnya dengan cengengesan.

"Cemen!" sahut Alana bercanda sambil memberikan jempol terbalik kepada Genta yang hanya dibalas dengan wajah menyebalkan Genta.

"Ya udah yuk! Udah abis kan? Beli yoghurt di Supermarket aja yuk Na? Sekalian gue mau beli cemilan nih," ujar Genta, lalu dibalas anggukan sebagai tanda setuju oleh Alana, "Ya udah yuk!" sahutnya semangat.

Akhirnya setelah melewati macetnya perjalanan, Alana dan Genta telah sampai di Supermarket. Selepas memarkirkan motor, keduanya berjalan beriringan ke dalam Supermarket.

"Nyari cemilan dulu ya Na," sahut Genta yang dijawab anggukan oleh Alana, "Buat adik lo ya?" tanya Alana yang memang sudah tahu kebiasaan kakak beradik itu.

"Iya nih durhaka banget dia nyuruh-nyuruh gue buat beliin cemilan, biasa tuh temen-temennya mau pada dateng katanya," jawab Genta sedikit mengomel. Alana terkekeh, "Tapi lo ngomel-ngomel tetep aja diturutin," ucapnya.

Genta berhenti berjalan, menghadap ke arah Alana lalu berpose sok keren, "Ya gimana Na, gue kakak yang baik hati soalnya!" sahut Genta dengan penuh percaya diri. Alana mengangguk-angguk malas, "Iya deh iya, si paling baik hati," ujarnya sambil berjalan melewati Genta.

Genta menyusul langkah kaki Alana, "Loh iya kan?" tanya Genta dengan nada sok polos. "Iya Gen, iya kok," ucap Alana masih terlihat sabar ditambah dengan senyuman. Genta menjentikkan jarinya, lalu cengengesan dan membuat pose sok keren, lagi. Alana sebenarnya udah mau muntah, tapi ditahan. Biar tetep dibeliin yoghurt.

Kemudian keduanya sampai di rak makanan ringan, Genta mengambil beberapa makanan yang memang sudah di request adiknya, sedangkan Alana hanya membantu sedikit. "Eh tadi gue liat lo bareng sama Ihsan tuh Na," sahut Genta memecahkan keheningan.

Alana menengok, "Biasa aja itu mah," ujarnya, "kebetulan doang tadi," lanjutnya.

"Gue rasa kayaknya dia interest tuh sama lo," ucap Genta berusaha menggoda. Alana mendelik, lalu mendengus, namun tidak membalas perkataan Genta. Merasa tidak ditimpali, Genta kembali menggodanya, "Tapi sih diliat dari gerak-geriknya emang dia suka deh sama lo," sahutnya.

"Udahlah, dibilang itu cuman kebetulan doang. Liat aja ntar kalo di sekolah, palingan juga udah lupa," ucap Alana, "lagian nggak kenal juga deh," lanjutnya kemudian.

"Eh tapi nih ya sebenarnya itu..," ucapan Genta terhenti, seolah dirinya sedang menimbang untuk melanjutkan perkataannya. Namun akhirnya Ia hanya mengedikkan bahu, "ah nggak jadi deh, ntar aja," ucapnya sambil mengambil makanan ringan terakhir untuk disimpan di keranjang belanjanya. Alana hanya melirik Genta dengan malas. Ya udah sih lagian Alana ngga kepo juga.

Alana dan Genta telah sampai di depan rumah Alana setelah sekitar 10 menit mereka dari Supermarket, karena memang sebenarnya jarak dari Supermarket dan rumah Alana tidak terlalu jauh.

"Masuk dulu nggak?" tanya Alana yang baru saja Genta akan membuka mulutnya untuk menjawab, tapi Alana mendahului, "ah nggak usah aja kali ya, balik aja sana!" ujarnya mengusir.

Genta mencibir, "Dih kurang ajar ya lo udah gue traktir ice cream terus dibeliin yoghurt juga, tapi nggak tau terima kasih," ujarnya dengan nada kesal. Alana terkekeh, "Tau kok, makasih ya Genta," sahut Alana sok imut yang langsung dibalas gerakan pura-pura akan muntah oleh Genta.

"Ya udah deh gue cabut aja, gila gue lama-lama bareng lo," ujarnya sambil berancang-ancang untuk pergi. Alana tersenyum senang, soalnya Genta kalo datang ke rumah Alana pasti ngerepotin, bikin males aja.

"Dih senyum, seneng lo gue pulang?!" sahut Genta sewot yang langsung dijawab anggukan semangat oleh Alana, "Ya iya lah, gila aja lo!" ujarnya, "soalnya jadi nggak repot, thanks ya udah tau diri," lanjutnya sambil memberikan jempol ke depan muka Genta yang segera ditepis, "Ih males deh lo sekarang gitu sama gue, awas aja lo kalo butuh apa-apa sama gue," ujarnya mendramatisir.

"Idih lebay amat," sahut Alana, "udah-udah sana!" lanjutnya benar-benar mengusir.

"Ya udah deh gue juga males lo sekarang jahat," ucap Genta, lalu benar-benar menjalankan motornya, "BYE ORGIL!" ujarnya berpamitan.

Ketika Genta dan motornya sudah pergi dari hadapan Alana, Ia mendengus, "Orang stress," ucapnya sambil geleng-geleng kepala, kemudian membuka pagar rumahnya dan masuk ke dalam dengan lari-lari kecil. Nggak sabar mau tidur!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EPHEMERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang