"Hai, sendirian aja?"
"Siapa?" tanya Hael menggerutkan dahinya.
"Hayo siapa, coba tebak..."
"Pergi, gak usah macem-macem atau lo bakal nyesel." dingin Hael.
"Galak amat si jadi cewek,"
"Bacot." sarkas Hael bangkit dari duduknya. Pasalnya Hael sekarang sedang berada di sebuah taman, cewek itu pergi dari rumah karena muak akan keributan yang terjadi.
"Balik hei, udah malem, nanti di culik om-om mesum loh..." nasihat cowok berbadan tinggi itu. Dari wajahnya terlihat seperti anak kuliahan.
"Gak usah sok akrab." acuh Hael. "Pergi sana lo!" lanjut Hael begitu dingin.
"Santai napa, niat gua baek anjir..." ujar orang itu. "Noh lo liat di sudut kiri deket ayunan, ada mobil yang kacanya sedikit kebuka. Orang yang ada didalem mobil itu ngeliatin lo terus." lanjutnya menjelaskan.
Hael mengikuti sudut yang dimaksud lelaki yang berada disampingnya, ternyata benar apa yang dia ucapkan benar. Setelah Hael melihat mobil itu, mobil itu langsung pergi karena ketahuan.
"Lagian lo ngapain sih, anak cewek juga malem-malem keluar..."
"Bukan urusan lo!" ujar Hael sembari duduk kembali.
"Elah, dingin amat sih lo!" jawabnya ikut duduk disamping Hael.
"Pergi sana..." usir Hael.
"Emang ini taman nenek moyang lo?" tengil cowok itu.
Hael hanya diam, cewek itu kehabisan kosakata.
"Gini ya... gua gak akan pergi sebelum lo pergi dari taman ini." tegasnya. "Taman ini rawan, apalagi malem. Nanti kalo lo diculik sama om-om mesum-" lanjutnya terputus.
"Gua bisa jaga diri." sela Hael semakin dingin. Cewek ini memang seperti ini sikapnya, dia akan bersikap bodoamat sama orang yang belum dia kenal.
"Batu amat si jadi cewek!" ujar orang itu. "Karena gua baek, ganteng, dan murah hati, gua bakal nemenin lo disini sampe lo pergi..." lanjutnya.
"Gak usah-" putus Hael.
"Kenalin nama gua Rahendra Williams, kuliah semester satu," sela cowok itu yang ternyata bernama panjang Rahanendra Williams. "Lo boleh panggil gua Rahen atau babang ganteng atau bahkan sayang juga boleh." lanjut cowok itu sedikit aneh.
Hael tak menjawab, cewek itu hanya diam memandangi lagit-lagit yang terdapat banyak bintang dan bulan yang bercahaya terang.
"Nama lo siapa?" tanya Rahen.
"Michael Senja," singkat Hael.
"Nama yang cantik," puji Rahen. "Boleh gua panggil lo Jaja?" lanjut Rahen sedikit mengejek.
"Serah," acuh Hael.
"Canda-canda," ujar Rahen. "Biasa lo dipanggil apa?" lanjut Rahen bertanya.
"Hael," singkat Hael menjawab.
"Umm," ujar Rahen seperti memikirkan sesuatu. "Gua panggil lo Senja aja boleh? Biar beda dari yang laen, eakk..." lanjutnya sedikir melawak agar susana tidak terlalu canggung.
Hael hanya menggangguk tanpa menjawab.
"Huhh, susahnya ngajak bercanda cewek kayak lo..." ceplos Rahen. "Sikap lo dingin banget si." lanjutnya.
"Yaudah pergi sana, gak usah ajak gua bercanda." enteng Hael.
"Gua takut cewek cantik kek lo diculik!" gombal buaya darat Rahen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hael
Teen FictionKehidupan tak akan pernah luput dari masalah dan setiap manusia pasti punya masalah sendiri-sendiri. Lika dan liku kehidupan pasti dialami setiap manusia yang hidup di dunia. Banyak yang lelah, namun keadaan tak membolehkannya untuk menyerah. Lantas...