[2] Suatu Hari saat bulan Oktober

1 1 0
                                    

Seni berkata cinta itu seperti lukisan abstrak, tapi jika bertanya pada matematika, cinta itu tidak lebih rumit dari teori ciptaan Al-Khawarizmi. Cinta itu tak urungnya seperti taman yang berbunga kalau kata pujangga.
Bisa pula kau mendefinisikan cinta yang sesungguhnya itu seperti seonggok tai ayam.

Cinta itu satu kata sejuta makna. Akan selalu ada definisi berbeda seberbeda otak setiap manusia.
Tak ada yang salah memang, tapi bukan berarti harus ada definisi untuk perdebatan. Cinta itu untuk dirasakan walau tak terlihat nyata, seperti lukisan abstrak. Meski bentuknya tidak jelas akan tetapi makna dari dalamnya pasti akan selalu membekas. Satu hal yang Aksara pelajari dari Fakultas Ilmu Cinta oleh Profesor Toto alias bapak.

Tapi Aksara masih saja gelagapan bila diminta penjelasan seperti apa cinta baginya. Kalau bukan melenceng dengan teori Charles Darwin soal manusia purba, ya berarti menjabarkan teori ala-ala milik Janu yang jujur saja ia sendiri memilih untuk menjabarkan cinta dari teori Al-Khawarizmi.

Belum lagi kehadiran seorang perempuan dengan kulit kuning langsat dan rambut sebahu yang sering di kucir kuda yang datang di hidupnya sebagai seorang kawan baik, makin runyam sudah otaknya untuk merangkai definisi kosakata penuh makna itu.

Ginamartha Masca Paris, namanya.

Sewaktu SMA, satu tahun setelah kepergian mama Aksara selalu menyisihkan waktu untuk menyendiri dari riuh orang yang dikenalnya.
Di mana pun itu asalkan ia benar-benar bisa sendirian.

Dan sebuah kedai makanan kecil jauh dari jangkauan sekolahnya menjadi markas pilihannya untuk sejenak melepas gundah di hati. Meski tempatnya sulit dijangkau tapi entah dengan jampi-jampi apa warung milik seorang pria paruh baya bernama Pak Broto itu tak jarang didatangi oleh pelanggan. Termasuk dirinya.

Sederhana memang menunya, entah itu sekadar es teh, es jeruk, atau sate usus, gorengan hangat. Tapi setiap benda di sana selalu jadi saksi bisu tempat Aksara merangkai kenangannya bersama Paris, nama panggilannya.

Aksara ingat betul, saat itu adalah bulan Oktober satu hari sebelum hari ulang tahunnya dan satu hari sebelum tubuhnya gatal-gatal sebab kue penuh cream menghujaninya. Akal-akalan Janu untuk merayakan hari kelahirannya.

Berawal dari kegiatan rutin Aksara membolos mata pelajaran matematika karena gurunya yang nyebelinnya minta ampun. Dibanding mendengar ceramahnya yang bisa sepanjang sungai Bengawan solo dan seberisik knalpot rombeng, menikmati sate usus di warung Pak Broto adalah pilihan yang terbaik meski nanti absennya dihari itu harus kosong.

Tanpa pemberitahuan siapapun remaja laki-laki itu meluncur begitu saja ke markasnya melompati pagar belakang sekolahnya.

Membolos pelajaran lantas pergi sekena hati rasanya bukan suatu hal yang tabu dipandang untuk seorang siswa laki-laki sepertinya. Namun keberadaan perempuan berambut potongan hingga leher dan beberapa gelang hitam di tangan kirinya tengah bercengkrama dengan kucing liar tak menutupi keterkejutannya.
Ia hanya mematung melihat pemandangan yang jarang ia dapati sepanjang sejarahnya membolos pelajaran. Sumpah! Aksara berani bertaruh dua tusuk sate usus, bahwa ia nyaris tak percaya.

Merasa diperhatikan, perempuan itu menoleh menatap langsung ke arah gelapnya retina mata Aksara.

"Apa liat-liat? Naksir ya?"

Aksara hanya memasang wajah datar andalannya lantas melengos begitu saja, meninggalkan keterkejutannya di tempat tersebut kemudian menyambar satu pisang goreng hangat.

Paris jelas dongkol dengan sikap laki-laki yang tak dikenalnya itu. Kemudian dengan wajah mencibir ia duduk di samping Aksara yang masih sibuk dengan makanan di tangannya.

"Ternyata emang bener gosip satu angkatan,"

Menanggapi sesuatu yang bukan ranahnya adalah hal yang sangat dihindari Aksara. Apalagi Paris bukan sosok yang ia kenal, jangankan kenal ia tahu namanya saja tidak.
Masih dengan wajah mengganjal tak mengenakkan, Paris menatap sosok laki-laki di sampingnya yang setia memasang wajah sedatar aspal jalanan.

Setelah Oktober Itu [Lee Know]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang