Bab 1

16 5 3
                                    

     Hidup sendiri memang rencana Raya sedari dulu, tujuannya bukan lain adalah agar dirinya mandiri dan tidak bergantung pada orang lain lagi. Itulah sebabnya ia memilih univ yang agak jauh dari tempatnya tinggal dan akhirnya disinilah ia di sebuah apartemen yang cukup nyaman pemberian dari kakeknya.

Apartemen itu tidak pernah berantakan jarang sekali kalaupun teman-temannya datang berkunjung selalu ia pastikan ruangan itu akan tetap rapi dan nyaman ditempati.

Bukannya sok bersih atau apa tapi memang dirinya yang sudah terbiasa sejak kecil diajarkan untuk merawat diri oleh ibunya.

Raya menghela nafas melihat tumpukan tugasnya yang begitu banyak padahal ini hari Minggu seharusnya ia mengistirahatkan otaknya sejenak tapi tugas-tugas masih banyak yang belum dikerjakan.

Drrtt..

Mega
Ray.. gue ke apart lo ya bosen nih di rumah, gw bawa cemilan deh

Anda
Okedeh aku tunggu ya


Raya beralih mengerjakan tugas-tugasnya sembari menunggu kedatangan Mega. Raya memang hanya memiliki satu sahabat yaitu Mega, tapi bukan berarti ia tidak mau berteman dengan yang lainnya Raya hanya kurang nyaman.

Suara ketukan pintu membuyarkan aktivitas raya ia lalu membuka pintu apartemennya Raya mengira yang datang adalah Mega tapi yang ia lihat adalah seorang pria tinggi seusianya.

Setelan pria itu terlihat rapi dengan kemeja putih beserta dasinya dan celana hitam serta blazer yang ia gantungkan di lengan tangannya.

"Cari siapa pak?" Tanya Raya sesopan mungkin, sepertinya pria itu salah alamat.

"Saya Felix" jawab pria tersebut singkat.

"Ada perlu apa ya pak?" Tanya Raya karena sama sekali ia tidak memiliki kenalan yang bernama Felix.

"Saya penerbit dari Bintang Media diutus ke alamat ini untuk membahas naskah novel yang anda ajukan pekan kemarin, karena saudari mungkin lupa mengisi nomor handphone pada data diri itu sebabnya saya inisiatif datang langsung ke alamat yang tertera" jelas Felix dengan senyum tipis. Raya gelagapan kaget sekaligus tidak enak karena merepotkan pria itu sampai menemuinya ke apartemennya langsung.

"A, em.. silahkan masuk dulu pak" kata Raya mempersilahkan tidak sopan juga mengonrol dengan tamu di ambang pintu.

Felix pun masuk ke dalam apartemen Raya lalu duduk di sofa ruang tamu. Sementara Raya pergi ke dapur membuat suguhan untuk tamunya.

Raya sangat senang akhirnya tulisannya dilirik penerbit juga setelah sekian lama ia berusaha keras.

"Silahkan diminum pak" kata raya ikut duduk di sofa single.

"Jadi kapan kita bisa mendiskusikan kapan kita bisa mendiskusikan masalah ini, HRD meminta Penerbitan tidak usah diundur karena masih banyak jadwal lain" tanya Felix kemudian menyeruput teh didepannya.

"Jadi bapak penanggung jawab penerbitannya?" Tanya Raya lalu Felix mengangguk lalu tersenyum.

"Tidak usah terlalu canggung dengan saya sepertinya umur kita tidak jauh berbeda" jawab Felix.

"Jadi kapan kamu ada waktu?"

"Lusa kelas saya kosong pak"jawab Raya kemudian Felix mengangguk mengiyakan

"Baik kalau begitu kita sepakat pertemuannya lusa, boleh ketikan nomor ponsel anda" ucap Felix menyerahkan ponsel miliknya kepada Raya, Raya lalu mengetikkan dua belas digit angka di layar ponsel Felix lalu kembali menyerahkannya pada si pemilik.

"Emm.. maaf atas kekeliruan saya karena tidak mengisi data diri dengan lengkap, saya akan mengingat kesalahan saya dan tidak mengulanginya" ucap Raya merasa bersalah.

Felix tertawa renyah melihat ekspresi bersalah Raya yang begitu lucu
"Santai saja tidak perlu sungkan" jawab Felix.
"Lusa saya hubungi, saya pamit dulu" jawab Felix lalu beranjak dari tempat duduknya.

"Raya.. lo kok gak angkat telp-" Mega datang dengan tas kresek di kedua tangannya, ucapannya terhenti melihat ada seorang pria tampan di apartemen Raya. Mega tersenyum canggung lalu menundukkan kepala menyapa pria itu.

"Itu teman kamu?" Tanya Felix sudah berdiri disamping Raya hendak pulang.

" Iya hehe" itu bukan suara Raya melainkan Mega, gadis itu malah cengar-cengir dasar aneh.

"Baiklah kalau begitu saya pamit" kata Felix kemudian berlalu dibalik pintu.

🌊🌊🌊

"Jadi setelah sekian lama tulisan Lo dilirik sama penerbit?" Tanya Mega ikut antusias. Sekarang mereka berdua ada dikamar raya bersama dua kantong penuh berbagai cemilan.

"Iya Meg, aku aja kaget tau nggak, tiba-tiba didatangin langsung" balas Raya dengan girang. Ia tak sabar tulisannya akan segera diabadikan dalam bentuk karya novel. Apalagi itu cerita fantasi kesukaannya dengan hayalannya tentang lautan.

"Judulnya apa Ray?" Tanya Mega lagi

"Blue sea" jawab Raya senyumnya belum juga memudar.

"Dasar, udah gue tebak pasti gak jauh dari kata laut" ucap Mega meraih Snack di tangan Raya.

"Kamu ya itu kan masih banyak kenapa punyaku yang diambil, dasar Megosongg" cetus Raya jengkel makanannya direbut Mega.

"Dasar mentang-mentang lo putih seenaknya aja lo bodyshamming" kata Mega tak mau kalah.

"Eh Ray kalo diliat-liat cowo tadi cakep juga ya, gw aja mengsalting tau nggak" lanjut Mega, wajahnya mulai memerah membayangkan wajah pria tadi, memang tampan sih Raya akui mukanya Chinese gitu mata sipit kulit putih trus badan atletis.

"Main kamu kurang jauh, yang kek gitu mah banyak di alun-alun" ucap Raya seenaknya, ia tak mau mengiyakan perkataan Mega karena jika diladeni nanti pembahasannya bakal kemana-mana.

"Wah gila sembarangan nih anak, lo gak liat muka kek gitu langka tau nggak gimana ya perpaduan Chinese sama Eropa gitu apa doi blasteran?" Raya merotasikan bola matanya malas mendengar celotehan gajelas Mega. Raya diam tidak menanggapi perkataan orang disampingnya itu.

"Dompetnya pasti tebal"

Brukk

"Diem"







Sorry garing✌️

Sehun💙

XABIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang