21 april 2016
"Assalamualaikum, Rinjani.." salam Jeffrey saat menapakkan kakinya di samping makam berbatu nisan Rinjani Denada.
Makam itu masih basah, belum 40 hari sejak kepulangan gadis itu. Bunga-bunga yang ditaburkan 10 hari lalu masih ada di atas tanah merah itu, meskipun sudah kering.
"Halo cantik," ucap Jeffrey sambil membersihkan pinggiran makam Rinjani yang dijatuhi daun kering.
Jeffrey membuka air mawar yang dibawanya, ia menyiramkan air itu mulai dari batu nisan sampai pohon yang berada diujung kaki.
Jeffrey mulai membuka kedua telapak tangannya, ia memejamkan matanya dan berdoa. Setelah mengirimkan doa pada gadisnya, Jeffrey menaburkan bunga.
Tak lupa, Jeffrey mengecup batu nisan tersebut.
"Kamu lagi apa disana? Kangen sama aku gak?"
"Kalo aku, kangen banget Jan. Kenapa harus pergi?"
"Kemarin aku ditampar Theo. Katanya aku harus relain kamu, aku harus ikhlasin kamu. Aku belum bisa, Jan.."
"Masih banyak janji yang belum aku tunaikan. Termasuk bawa kamu ke Jogja. Kenapa Allah ambil kamu dari aku, ya?"
"Aku kangen banget sama kamu. Kamu kok gak datang ke mimpi aku?"
"Ja—"
"Mah, kakak yang itu kenapa nangis ya?" dibelakang mereka, ada seorang ibu dan anak yang tampaknya juga habis berziarah.
"Yang mana?" tanya ibunya.
"Itu loh. Dibelakang kakak yang cowok, ada kakak perempuan lagi nangis."
Ibunya paham.
Dengan segera, anak berusia 5 tahun itu berlari menghampiri Jeffrey. Anak itu menepuk pundak Jeffrey beberapa kali hingga dia menoleh.
Anak itu mengusap air mata yang jatuh ke pipi Jeffrey, "Kakak jangan nangis terus. Kasian kakak yang ada dibelakangnya."
Jeffrey terdiam.
"Kamu harus ikhlaskan dia. Maksud anak saya, orang yang kamu tangisi juga ada di belakang kamu sambil nangis. Dia pasti berat ninggalin dunia karena kamu belum ikhlaskan."
Jeffrey menoleh ke sisi kirinya, kosong.
Anak itu, menepuk space kosong disisi kanan Jeffrey. "Kakak jangan nangis.." ucapnya. Terlihat berbicara sendiri.
Jeffrey menatap kanannya. Ia menunduk, "Rinjani, ya?"
Anak itu tersenyum, "Kakaknya ngangguk!"
"Maaf Jan, tapi—"
"Kamu harus ikhlaskan aku kak. Aku gak bisa ninggalin kamu, kalo kamu selalu nangis gini. Berat kak," tiba-tiba anak itu bicara melantur.
"Jan?"
"Kakak harus jalanin hidup tanpa aku. Setiap malam aku ada disamping kakak, ngeliat kakak nangis, bikin ulu hati aku ikut sakit. Maaf karena gak sempat pamit. Kakak ikhlasin aku, ya?"
bitter(sweet)
—tbc..
ini yang dinamakan sebelum 40 hari, arwah masih ada di dunia untuk menuntaskan segala hal yang ada di dunia.
100 komen