O3

58 11 4
                                    

.

.

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Sehabis mengantar kan makanan kepada anak-anak tadi mingrui berencana untuk ke rooftop untuk sekedar melepas penak nya, saat sedang perasaan tidak baik pria itu akan selalu berkunjung ke rooftop rumah sakit milik kakeknya, menurut nya pemandangan nya sangat bagus untuk melepas penat, selain itu ia memiliki ruang tersendiri yang tidak seorang pun mengetahuinya.

Saat di depan pintu rooftop, mingrui melebar kan matanya melihat sesorang yang berada di atas pembatas gedung, dengan sekuat tenaga pria itu berlari memeluk pinggang gadis itu dari belakang, membuat keduanya terjatuh, sedangkan gadis itu berada di atas dada bidang mingrui

"LO GILAK HAH?"

"IYA GW GILAK GW MAU MATI! LEPAS! Hiks"

Bukan nya melepas rui memper erat pelukan nya.

"Lo gak boleh ngomong gitu! Pliss!" Entah kenapa mingrui paling tidak bisa mendengar suara tangis perempuan, itu kelemahanya.

"Gw capek hiks"

"Gw gak guna hiks "

"Semua ninggalin gw"

"Umur gw – " belum sempat gadis itu melanjutkan ucapan nya, ia sudah jatuh pingsan di dalam dekapan mingrui, membuat pria itu kalang kabut

"Rui!" Pria itu berbalik mendapat dokter andira bersama dua suster nya

"Ya tuhan bawa dia ke IGD cepat!" Tanpa bertanya lebih lanjut mingrui menggendong gadis itu ala bridal.

- - - -

"Namanya kanara aurumetha, 8 bulan yang lalu dia di vonis kanker leukimia, entah kenapa sel kanker nya menyebar sangat cepat, dan sekrang sudah masuk stadium 3"

Mingrui mendengar semua penjelasan dokter andiri dengan seksama yang menceritakan kanara "si gadis yang berniat bunuh diri"

"Orang tua nya mana dok?"

Dokter andira menghela nafas pelan "ayah nya pamit ke amerika kemarin karena urusan pekerjaan, sedangkan ibu nya tidak pernah menjenguk atau mengantar kana ke rumah sakit untuk sekedar kemo tiap bulan, kalau bukan di temani ayah nya kana akan pergi sendiri biasanya"

Mendengar semua cerita dokter andira membuat hati nya tersentuh, gadis seusia kana sudah harus berjuang dengan kanker ganas yang menyerang tubuh nya.

"Terima kasih rui, kamu datang di waktu yang tepat" dokter andira tersenyum tulus kepadanya, di balas anggukan kecil oleh mingrui.

"Kalo gitu saya pamit dulu yah"

"Iya dok"

Terdengar suara getaran dari saku celana nya, dengan cepat ia merogoh, melihat nama yang tertara di ponsel nya membuat ia mendengus kesal.

"Di mana kamu hah? PULANG KAMU!"

Dengan cepat mingrui memutuskan sambungan nya, memijat kepala nya yang berdenyut, lalu menatap kana yang masih asyik dengan tidur nya.

"Cepat sembuh kanara" mingrui tersenyum kecil, lalu melangkah keluar ruangan igd kana.

- - - -

PLAKKK

"KURANG AJAR KAMU!"

"UDAH PAH! DIA ANAK KAMU!"

Mingrui terbaring lemas di lantai, tak berniat melawan papah nya yang terus memukul nya.

"INI SEMUA KARENA KAMU! KAMU TERLALU MEMANJAKAN DIA KARINA! MEMANG IBU TIDAK BERGUNA KAMU!KAMU SELALU SEPERTI ITU DARI DULU!"

Dengan cepat mingrui bangun dari tidur nya lalu membalas pukulan fano dengan brutal "STOP! GAK USAH BAWA-BAWA BUNDA GW! CUKUP GW YANG LO MAKI-MAKI"  setelah puas memukul ayah nya sendiri, mingrui beranjak ke kamar nya, pria itu sudah sangat muak dengan kelakuan fano yang di luar batas.

"ANAK SIALAN KAMU!"

"SUDAH, CUKUP FANO!" Karina terduduk di atas lantai menangis sesgukan, ia sudah sangat frustasi dengan keadaan keluarganya.

"Sudah cukup kamu buat luka di hatinya, jangan kamu tambahi lagi dengan kelakuan-kelakuan busuk kamu itu!"

- - - -

Kana mengerjapkan mata nya, mengedarkan pandangan nya di ruangan nuansa putih dan bau obat-obat khas rumah sakit yang menyerang indra penciuman nya.

"Gw masih hidup? Huh"

Kana masih mencerna kejadian di rooftop tadi sore, andai, andai pria itu tidak menyelamatkan hidup nya, mungkin saat ini dia tidak akan merasakan sakit bukan?

Kana menoleh saat mendengar seseorang masuk di kamar rawat inap nya.

"Kamu udah sadar?"

Kana tidak menjawab pertanyaan dokter andira, gadis itu mengalihkan perhatian nya ke arah jendela rumah sakit.

Dokter andira tersenyum lalu mendekat ke arab brankar kana. "Pasti berat yah dengan semua ini"

Masih dengan posisi yang sama, gadis itu tidak berniat untuk menjawab pertanyaan dokter andira.

Dokter andira mengusap pelan kepala kana dengan sayang "kanara . . . Dokter tau sayang, kamu capek, capek dengan semua, kamu bahkan putus asa, tapi kamu tau nggak? Di dunia ini gak ada yang sia-sia sayang, tuhan lihat, tuhan dengar kamu, bunuh diri bukan jalan keluar nya kanara, ada dokter andira, kamu pasti bisa, gak ada yang gak mungkin di dunia" 

Kana masih tetap dengan posisinya.
Dokter andira menghela nafas pelan, lalu tersenyum "yaudah, jangan lupa makan yah, dokter keluar dulu"

Selepas dokter andira keluar, kana menangis sejadi-jadi nya, perlakuan dan ucapan dokter andira mengingatkan nya kepada sang ibu

"Mamah, kana kangen, kana mau mama"

Sengaja double up, soalny aku bakal hiat bentar, aku mau benar-benar fokus untuk pts, kebetulan minggu ini emng jadwal aku lagi padat juga, ada beberap urusan sekolah, jadi tungguin aja yah, akan ada beberapa part seru hehe, see u next time

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sengaja double up, soalny aku bakal hiat bentar, aku mau benar-benar fokus untuk pts, kebetulan minggu ini emng jadwal aku lagi padat juga, ada beberap urusan sekolah, jadi tungguin aja yah, akan ada beberapa part seru hehe, see u next time

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

9 Monts || Ft. Gou MingruiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang