Na Jaemin (1)

298 85 26
                                    

...

Minggu-20 Maret, di waktu 06.30...

Malam ini, aku tertidur sangat pulas. Badan ku terasa lemas dan aku sedikit merasakan lelah.. padahal, aku hanya diam di ranjang ku dengan pikiran yang kosong. Dan menangis tanpa sebab (?) ya.. beberapa hari ini aku memang sering menangis tanpa sebab, terkadang mata ku lebam karena terlalu banyak mengeluarkan air mata. Ntah lah, aku merasa diri ku sangat lah aneh..


Kringg.. kring..


Alarm yang berada di meja kecil ku berbunyi sehingga membangunkan ku dari tidur ku, matahari terbit menyinari kamar ku. Perlahan-lahan aku membuka mata ku, melihat ada yang membuka tirai jendela kamar dan mendekati ku. Nyawa ku belum terkumpul secara full.. di tambah lagi sinar matahari yang sekarang menyinari isi ruangan tidur ku, membuat ku ingin rasanya menutup mata kembali.


"Sayang, ayo bangun.."


Suara itu adalah suara ayah, aku membuka mata ku dengan lebar lalu duduk sambil memeluk guling yang berada di sekitar ku. Melihat sekilas wajah ayah, dan memalingkan wajah ke arah lain. Aku tidak kuat melihat wajah ayah terlalu lama, aku akan muak dalam waktu sekejap jika aku terlalu lama melihat wajahnya. "tidak perlu memanggil ku dengan sebutan sayang, aku muak mendengarnya. Sebutan yang baru ayah sebut dapat membuat ku muntah dalam waktu sekejap, apa ayah mau aku semakin membenci ayah?" jawab ku ringan serta nada yang cukup cuek lalu pergi mengambil handuk, bergegas mandi dan meninggalkan ayah yang hanya dapat terdiam.



Braak !



Aku menutup pintu kamar mandi dengan kasar, mengunci nya dan terduduk di depan pintu itu sambil menangis. "Aku terlalu membenci ayah, bahkan benar benar sangat membencinya. Aku tak dapat berkata apa apa lagi, intinya aku membenci ayah. Seharusnya aku sekarang dapat bahagia bersama ibu juga, tapi kenapa malah sebaliknya? Tuhan,aku ingin hidup ku bahagia seperti dahulu.." gumam ku kesal sambil memukul kepala ku dengan kuat.

"Ayah! Kau membuat diri ku sengsara tanpa seorang ibu! Jangan harap aku dapat memaafkan kesalahan mu!" Teriak ku dari dalam kamar mandi. Setelah aku teriak, aku mendengar ada suara langkahan kaki yang keluar dari kamar ku. Aku merasa mungkin ayah yang keluar, tapi biarkan saja. Aku tak butuh ayah brengsek seperti dia.



13 menit setelah mandi dan mengganti pakaian..

07.00



Selama 13 menit itu aku hanya terdiam penuh dengan tatapan kosong, menutup lemari pakaian dan berjalan ke arah kaca. Aku menatap wajah ku sendiri dan tanpa sengaja aku melihat mata ku yang memerah kembali, berusaha menahan agar tidak menangis tapi semuanya gagal. Air mata ku kembali membasahi pipi ku, jika aku menangis seperti ini terus menerus.. bagaimana caranya agar aku bisa disebut sebagai orang yang kuat (?) padahal, disaat aku berumur 10 tahun.. aku akan berusaha agar aku tidak mudah menangis. Haha, lemah banget ya.. usaha ku ternyata sia-sia

Aku berjalan keluar kamar untuk menjauhi kaca yang berada di kamar ku, bergegas keluar rumah tanpa izin dari ayah dan duduk di kursi halaman depan menikmati angin lembut yang berhembusan. Air mata ku tak berhenti berjatuhan, terasa berat jika aku memaksanya untuk berhenti membasahi pipiku. Aku ingin menyerah, tapi perjalanan hidup ku masih panjang. Sebaiknya, aku nikmati dulu kehidupan yang sengsara ini..

Aku hanya menangis dan terdiam sambil menunduk, sampai sampai aku tak sadar bahwa ada orang yang menghampiri ku

"Permisi? Lo renjun kan?"

Terus saja terdiam, orang itu pun kembali mengulang ucapannya

"Hallo, lo renjun kan?"

Air mata yang memendung di mata ku berjatuhan sangat deras, aku sedikit mengangkat kepala ku dan melihat wajah orang yang memanggil ku tadi. Dengan cepat, aku menghapus air mata yang mengalir di pipi ku. "ya, aku renjun. Ada apa?" jawab ku tegar

Orang itu duduk di samping ku, mengusap punggung ku lembut dan memerhatikan ku dengan wajah yang serius "wajah lo kelihatan pucat, mata lo juga lebam.. merah lagi, lo kenapa?" tanya dia serius, aku kembali menunduk dan memutuskan untuk tidak menjawab

"Renjun? Lo ga mau jawab pertanyaan gw? Atau lo canggung mau jawab pertanyaan gw karena kita belum kenalan? Gini aja, kenalin. Gw Na Jaemin, panggil aja Nana atau Eja. Sekarang kasih tau gw, lo kenapa? Ada masalah lagi?" Tanya nya sambil memperkenalkan diri nya

Namanya Na Jaemin, dia bilang.. dia bisa di panggil Nana atau Eja. Sudah terlihat, orang seperti Jaemin adalah orang yang tipe nya seru dan perhatian. Dia begitu banyak tanya setelah memerhatikan wajah ku yang sedang tak baik baik saja, tetapi.. bagaimana bisa Jaemin mengenal nama ku dahulu sebelum aku memberitahunya?

"lupakan, aku tidak apa apa. Wajah ku pucat karena kelelahan, terima kasih telah perhatian dengan ku. By the way, nama lengkap ku Huang Renjun. Biasa di panggil Njun, salam kenal ja" jawab ku pelan di sertai senyuman

Jaemin tersenyum kembali, berhenti mengusap punggung ku dan mengambil sesuatu di sampingnya lalu memberikan nya kepada ku. "habis nangis kan? Mending lu minum air gw deh, lumayan bisa sedikit redaan. Lagian, minum nya masih baru kok. Nih, minum ye bro. Kalau bisa habisin" jelasnya perhatian.

Aku hanya tertawa kecil dan menerima pemberian dari dia, tanpa berbicara apa pun.. aku membuka penutup botol itu lalu meneguk air yang di dalamnya dengan rakus.




"Njun, mau jadi sahabat gw gak?"





Hallo semua, jangan lupa tinggalin jejak di bab ini ya? boleh dong vote sama komennya. Kritik nya juga jangan lupa! Karena aku masih baru di wattpad. Yang udah suhu boleh nih kasih kritik. Aku tanggepin semua kok<33

hiatus. Remaja KuatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang