Happy Reading
***
"Aku suka sama kakak"
Lelaki itu duduk di hadapanku sambil menopang dagu. "Kakak mau kan jadi pacar aku?"
"Enggak!" Tolakku mentah-mentah.
"Ada apa sih? Kamu sengaja ya nembak aku buat dijadikan bahan taruhan?" Selidik ku dengan curiga.
"Enggak kok. Aku emang suka beneran dari kelas 10"
Suasana kantin seblak sangat ramai mengingat yang menembak Rere adalah kapten tim basket, Irfan.
"Mulai sekarang kamu jadi pacar aku" Irfan menarik lenganku untuk berdiri kemudian memberikan bucket bunga mawar.
"Apa sih? Maaf aku gak bisa nerima kamu" Aku mengembalikan bucket mawar itu namun dia menolaknya.
"Dengar semuanya. Mulai sekarang dia milikku. Jadi jangan sekali-kali kalian berani mengganggunya. Kalo ada yang ganggu dia, berarti dia berurusan langsung denganku" Sontak pernyataan tersebut membuat siswi yang berada disana berteriak histeris.
Dyah dan Nina bungkam—Mereka tak bisa berbuat apa-apa karena Irfan bersikeras menembak sahabatnya secara sepihak tanpa memikirkan jawaban Rere.
"Nonton aku tanding basket yuk!"
Aku melepaskan genggaman tangan itu "Apa sih? Lepas!"
"Dari awal juga aku udah bilang aku gak bisa nerima kamu! Jadi jangan paksa aku!"
Aku pergi meninggalkan kantin itu namun tiba-tiba Irfan menarik lenganku lagi.
"Kak, please. Percaya sama aku. Aku beneran suka sama kakak"
"Maaf tapi aku gak ada rasa apa pun sama kamu. Mumpung aku masih baik, tolong lepasin tangan aku"
Genggaman tangan itu masih belum dia lepaskan hingga datanglah Vino, Sahabat Rere yang tiba-tiba menonjok pipi kiri Irfan.
"Kalo dia bilang gak mau jangan di paksa! Lepasin tangannya sekarang!"
Perlahan genggaman tangan itu pun mengendur hingga kemudian Irfan mencengkeram kerah baju Vino "Maksud Lo apa hah? Gue gak ada urusan sama Lo!"
"Jauhin Rere dari sekarang"
"Kenapa? Lo cemburu? Lo suka ya sama dia?"
"Berisik" Vino mendorong tubuh Irfan sampai terjatuh kemudian Irfan pun menonjok pipi Vino.
"Berhenti! Vino udah jangan berantem" Aku berusaha meleraikan kedua orang tersebut namun tampaknya keduanya semakin menjadi. Aku menggenggam erat tangan Nina karena terlalu panik dengan situasi itu.
Suara peluit menyadarkan kedua orang itu kemudian menoleh ke arah sumber suara. Ternyata itu adalah pak Irsyad yang meleraikan mereka berdua.
"Kalian yang terlibat perkelahian ini ikut saya ke ruang BK sekarang!"
Aku yang menjadi alasan utama perkelahian ini terjadi akhirnya ikut menuju ruang BK bersama mereka berdua.
Baru kali ini aku melihat pak Irsyad seolah-olah kecewa terhadapku dengan tatapannya yang sinis, tidak seperti biasanya yang ramah dan suka senyum.
Ditatap dengan pandangan seperti itu membuatku merasakan perasaan sakit yang sangat menusuk. Rasanya sakit sekali disaat orang yang kamu sayangi melihatmu dengan pandangan seperti itu.
Sesampainya di ruang BK, Pak Ilham selaku guru BK langsung mengintrogasiku terkait kejadian itu dan menatapku dengan sinis karena seorang gadis yang biasa menjadi perwakilan sekolah mengapa bisa masuk BK?
KAMU SEDANG MEMBACA
Saranghae Pak Guru
Teen FictionIh jadi guru kok sombong amat sih? Ya ampun kalau begini gimana mau betah sama pelajarannya kalau gurunya aja gak suka! Apes banget sih di tahun terakhir sekolah harus berurusan sama guru kek gitu! Udah cuek, dingin lagi! Hanya siswi bodoh yang suka...