Jisoo menghela nafasnya lelah, meraih handphone, menyalakan speaker bluetoothnya dan memutar musik dengan sangat kencang membuat seseorang yang berada di ruang tamu memandang ke arah kamar Jisoo. Perhatian gadis itu teralihkan dengan sebuah tangan yang sudah merangkul pundaknya dan membawanya ke dalam pelukan laki-laki itu.
"Biarkan saja anak itu, kalau bisa aku ingin mengusirnya tapi aku masih butuh dia." Chaeyoung melirik laki-laki di sampingnya dengan tatapan datar.
Malangnya nasib anak laki-laki tua ini, di akui hanya karena di butuhkan. Chaeyoung tersenyum sinis dengan pikirannya sendiri. Hidupnya sendiri juga tidak begitu baik tapi kenapa dia harus repot memikirkan hidup orang lain.
Chaeyoung melirik sekali lagi ke arah pintu kamar yang masih tertutup rapat dan kemungkinan terkunci dari dalam. Chaeyoung akhirnya berjalan mengikuti laki-laki tua yang sudah menghilang di balik pintu lainnya, sekarang saatnya dia hanya fokus dengan pekerjaan yang rasanya ingin dia hentikan saat ini juga tapi dia belum ada pilihan lain saat ini. SMA putus di tengah jalan, dengan bermodalkan ijasah SMP tidak banyak yang bisa dia lakukan untuk mencari selembar uang. Sudah banyak lamaran yang dia masukkan tapi nihil, tidak ada satupun yang menghubunginya. Chaeyoung menghela nafas dan berjalan kembali dengan langkah berat menutup pintu kamar.
Jisoo mematikan musiknya dan meraih tas ranselnya setelah melihat sudah 30 menit berlalu dari ayahnya pulang. Merasa sudah aman Jisoo membuka pintu kamarnya berlalu menuju dapur bertujuan mengisi botol minumnya yang akan dia bawa ke tempat kerjanya. Kaki Jisoo terhenti melihat seorang gadis berdiri di hadapannya yang juga sedang memandang ke arahnya. Jisoo diam tertegun, gadis ini masih muda, apa yang dia pikiran sampai harus melakukan apapun yang dia lakukan dengan ayahnya. Chaeyoung menelan ludahnya, dia tidak berpikir anak di dalam kamar itu ternyata seorang gadis dan juga sangat cantik. Chaeyoung mencoba tersenyum dengan kikuk dan menggeser berdirinya agar tidak menghalangi Jisoo yang mulai berjalan kembali ke arah dapur.
Chaeyoung masih berdiri di tempatnya dengan sesekali melirik ke arah Jisoo yang terlihat masih mengisi botol minum dan memasukkan roti ke dalam tas ranselnya. Chaeyoung menghela nafas, apa yang dia lakukan, kenapa dia masih berdiri seperti orang bodoh. Chaeyoung yang akan berjalan kembali ke dalam kamar terhenti mendengar suara Jisoo di belakangnya.
"Kamu cantik dan masih muda, tapi kenapa kamu sangat murah." Chaeyoung berbalik dan menatap Jisoo.
"Bayaranku sangat mahal, tenang saja." Jawab Chaeyoung yang sebenarnya tahu arti ucapan Jisoo, tapi dia tersenyum menyembunyikan rasa sakit mendengar Jisoo menyebutnya murah. Jisoo tersenyum sinis dan kembali menatap Chaeyoung.
"Aku tidak peduli dengan ayahku, hanya sangat menyesalkan kamu bisa jauh lebih baik dari ini tapi justru memilih jalan murahan ini sebagai pilihan." Jisoo menatap Chaeyoung yang menatapnya tajam, terlihat dari tatapannya bahwa dia merasa kesal, jengkel dan marah tapi Chaeyoung hanya diam menggertakkan giginya dan membalas tatapan mata Jisoo.
"Apa hakmu mengomentari hidupku?!" Jawab Chaeyoung menahan emosinya.
"Aku tidak mengomentari hidupmu, hanya berpendapat saja." Jawab Jisoo datar.
"Lebih baik kamu diam, kamu tidak tahu apa-apa. Ini hidupku, pilihanku." Chaeyoung mengepalkan tangannya membuang semua emosinya ke arah tangannya.
"Menjual tubuhmu itu bukan pilihan kalau boleh aku berpendapat." Chaeyoung berjalan maju mendekat ke arah Jisoo dengan kesal.
"Sayang, kamu di mana?!" Suara teriakan tuan Kim dari dalam kamar membuat Jisoo tersenyum kecut, menggelengkan kepalanya dan berlalu meninggalkan Chaeyoung yang masih diam mematung menatap Jisoo yang berjalan menuju pintu utama dan keluar dari rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Time With Me : Short Story
FanfictionHanya kumpulan cerita pendek. Update kalau ada ide ✌, hehehe. Homophobic silahkan skip jauh². #GxG #gxg