1. Office Dinner

1.5K 188 19
                                    

Vierra tahu ini bukan ide yang bagus. Dan kenapa juga ia ikut dalam acara ini. Jika bukan karena tuntutan pekerjaan, ia tidak mau ikut

Perusahaan tempatnya bekerja sedang merayakan perpisahan atasannya, Pak Hendra- Financial Director HW Group, yang akan melepas masa lajang dan akan pindah ke German 1 minggu lagi. Vierra, sebagai asisten Pak Hendra, harus mengikuti atasannya itu ke acara perpisahan yang diadakan kantor. Mereka makan malam dan dilanjutkan dengan karaoke di ruangan privat yang hanya diisi oleh beberapa petinggi HW Group.

Beberapa asisten dan sekretaris turut hadir dalam makan malam itu, begitu juga Shella dan Rena, yang merupakan asisten dan sekretaris dari direktur utama perusahaan HW Group, Bapak Jericho yang terhormat.

Dan sebagai staff, tentu saja Vierra, Shella, dan Rena harus ikut minum. Jika tidak nanti akan di cap sebagai staff tidak hormat oleh anggota direksi HW Group. Untung saja Vierra tahu batasan, tipsy sedikit ia langsung berhenti dan juga toleransi alkohol Rena cukup tinggi. Hanya Shella saja yang baru minum dua teguk sudah tipsy parah dan mabuk berat jika menghabiskan gelasnya.

Vierra sedang menuangkan wine kegelasnya ketika matanya tertuju kepada sosok pendiam yang duduk diujung meja sana. Pria yang selalu sendirian, pria yang menolak memiliki asisten dan hanya memperkerjakan sekretaris pria dari perusahaan di jam kerja. Sosok pendiam yang cukup tidak disukai oleh staff-staff HW Group karena sikapnya yang dingin. Gregorius Handoko, direktur sales dan marketing. Para staff heran, sosok pendiam sepertinya justru menjadi seorang Sales Director... yang benar saja.

Vierra tersadar dari lamunannya ketika kepala Shella tiba-tiba bersandar dibahunya.

"Shel? Mabok?" Vierra menggerak-gerakkan bahunya.

Shella hanya menutup mata dah terkekeh pelan.

"Ren, mabok dia." Kata Vierra pada Rena yang duduk di hadapannya. Baru juga minum segelas wine dia sudah mabuk.

Rena yang memiliki toleransi tinggi pada alkohol itu terlihat diam dan tidak menyahuti ucapan Vierra. Pipinyapun merah merona.

"Ren?" Vierra yang juga sudah cukup tipsy itu pun mengerjapkan matanya. Oh no! Tidak baik bagi tiga sekawan ini untuk mabuk bersama dan tidak ada yang cukup sober untuk mengantarkan mereka pulang. Apalagi ini acara kantor dan bukan rutinitas clubbing mereka waktu weekend.

Dengan pipi memerah Vierra membalikkan badannya, menghadap pada atasannya yang duduk tepat disebelahnya, "Maaf pak saya pulang duluan ya. Sudah jam 10 dan Shella mabuk pak, saya harus antar dia dulu-"

Hendra hanya tersenyum, dengan tangannya yang menopang dagunya diatas meja, sepertinya atasannya ini juga cukup mabuk.

"Gue yang anter Shella." Terdengar interupsi dari belakang mereka. Ya itu suara bapak direktur yang terhormat, Jericho. Usianya masih muda, baru 25 tahun, tapi sebagai anak CEO HW Group dan pemilik saham perusahaan terbesar kedua setelah ayahnya, ia bisa menduduki posisinya sekarang.

"Rena mabok juga? Biar dianter sama Jason- Bang, anterin sekretaris gue balik." Kata Jericho pada kepada Jason. Dari para jajaran direksi, memang Jason paling tua dan Jericho paling muda. Tapi ia tidak segan-segan menyuruh sang direktur produksi itu untuk mengantar staffnya pulang.

"Terus lo gimana baliknya? Mabok juga ga lo?" Tanya Jericho pada Vierra sambil mengambil alih Shella yang bersandar dibahu Vierra dan membawa gadis itu ke pelukannya.

Jericho memang jauh lebih muda daripada Vierra tapi sebagai atasan (yang masih muda) ia berbicara santai pada bawahan-bawahannya. Seakan teman main saja.

Tentu saja sebagai staff, Vierra tetap harus menjawab dengan sopan, "Saya harusnya bareng pak Hendra. Tapi beliau-"

"Mabok juga ni orang satu." Jericho menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat Hendra yang biasanya ceria kini diam saja dan menopang dagunya dengan tangan. "Apa gue salah pesen wine ya, perasaan ini wine yang biasa deh?" Jericho pun mencium bau Wine yang ada digelasnya.

Cigarettes & Strawberry | wengaWhere stories live. Discover now