19.50

233 67 3
                                    

❝kamu kalau naik bus nggak mabok?

❝nggak. mabok mah kalau minum amer.❞

❝heh, tau-tauan, kamu. emang pernah?

❝nggak pernah, lah! itu tau dari temen-temen aja.❞

❝temen kampus?

❝bukan. dari temen sma.❞

❝oh, saya pikir kamu pernah.

❝nggak, lah.❞

❝iya, jangan sampai. eh, omong-omong, kamu mau nggak? nih saya mau makan burger sama kentang yang tadi kita beli.

❝nggak, ah. saya masih belum laper.❞

❝belum laper? emang, biasanya kamu makan malam jam berapa?

❝nggak nentu, sih. emang, harus dijadwalin, ya?❞

❝ya, lebih bagus begitu, kan?

❝emang, abang begitu?❞

❝aku biasanya makan malam di bawah jam sembilan. kamu sendiri gimana?

❝kan udah dibilang, nggak nentu. kadang juga nggak makan malam.❞

❝emangnya nggak laper?

❝ya kalau laper kan saya tinggal makan—eh, kenapa jadi bahas makan, sih? abang kalau mau makan, ya makan aja. nggak apa-apa, lagi. saya ngantuk juga, lagian.❞

❝mau tidur?

❝iya. biar abang nggak bawel.❞

❝dih, mana ada saya bawel. saya kan cuma perhatian aja. kamu kelihatannya kayak menyedihkan gitu, sih. lesu, diem aja dari tadi.

❝ish, udah udah, diem. nanti pasti ujungnya abang bilang saya begitu karena lagi patah hati. saya mau tidur.❞

tiga belas jamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang