Hani POV
Perkenalkan Nama aku Haaniya Dianly Hanzie Xavier. Aku biasa di panggil Hani. Umur 23 tahun dan Aku seorang mahasiswi Magister di Harvard University. Jika aku serius. Enam bulan lagi aku akan mendapat gelar magister, tetapi aku tidak berniat lulus dalam waktu dekat.
Yang harus kalian tahu, aku itu orangnya manja, ngambekan, susah diatur, cemburuan, jutek, keras kepala dan cuek tapi nggak suka dicuekin. Jadi siapa pun yang mau jadi pasangan aku harus menerima semua itu dan nggak boleh banyak menuntut agar aku menjadi seperti yang dia inginkan. Karena aku tetaplah aku dan tidak akan pernah menjadi orang lain hanya untuk membuat kalian senang, titik no debat.
Itulah kenapa sampai sekarang aku masih betah sendiri, bukan karena aku tidak pernah pacaran. Hanya saja mantan mantan ku tidak ada yang tahan dengan sikap dan prinsip hidup ku. Apa aku sudah bilang tentang 1 prinsipku.
=======
Hari ini aku dan beberapa teman temanku seperti biasanya, kami kembali menghabiskan malam di sebuah club.
Minum sepuasnya dan turun ke lantai dansa, menari sepuasnya di sana. Hal Itu sudah biasa, terkadang kami bosan melakukan hal yang sama setiap harinya.
Itu lah sebabnya Gres, salah satu temanku menyarankan kita melakukan sebuah permainan, untuk mengusir kejenuhan kita.
Dan kita pun semua setuju dengannya. Permainan yang kita lakukan, Mungkin kalian sering mendengar atau bermain permainan ini. Tapi aku berani menjamin pemain kita beda dari kalian, hanya cara bermainnya saja yang sama.
Kenapa bisa. Ya karena kita menyukai sebuah tantangan ketimbang mengulas rahasia, teman kita dengan kedok kejujuran.
=======
Aku, Gres, Veronica, Anne Dan Lita. Berdiri melingkari salah satu meja kecil. Dengan sebuah botol kosong yang berada di atasnya, siap untuk di putar oleh Anne.
"Cara mainnya masih sama, begitu botol ini berhenti dan mengarah kepada salah satu di antara kita, maka salah satu pengunjung laki laki yang keluar dari pintu itu. Kalian harus bisa mendapatkan ikat pinggangnya. Kalau tidak, bersiaplah untuk menerima hukuman, jika orang itu tidak mau memberikan hukuman, maka kita lah yang memutuskan hukum itu." Seperti biasa, sebelum pemain itu dimulai Anne kembali mengingatkan cara bermain dan peraturannya.
"Ya, ya, ya, ya." Jawab kita berempat secara bersamaan.
"1,2,3. Mulai." Anne berhitung sebelum ia membuat botol itu berputar dan berhenti tepat pada Veronica. Aku sedikit bisa bernafas lega, karena terbebas dari putaran pertama.
"Baiklah kita lihat siapa, mangsaku malam ini." Ucap Veronica sambil melihat ke arah pintu masuk. Kita pun ikut melihat ke arah yang sama dengannya.
Tak sampai satu menit, seorang lelaki melewati pintu itu, jika dilihat dari penampilannya, sepertinya ia berusia empat puluhan atau mungkin lebih.
"Silahkan Vero, semoga beruntung." Ucap Anne. Diikuti tawa Devil nya.
"Sialan kalian." Maki Vero, walaupun kesal ia tetap melangkah kearah lelaki itu. Entah apa yang dibicarakan Vero, sehingga lelaki paruh bayah itu membiarkan Vero, membuka ikat pinggangnya begitu saja. Sedetik kemudian mata ku membulat sempurna saat melihat lelaki paruh baya itu menampar dan sedikit meremas bokong Varo.
Begitu Vero kembali dengan membawa ikat pinggang yang dia minta! Kami pun melanjutkan permainan.
Dan entah botol ke berapa itu, karena putaran botol itu terus saja berhenti di hadapan Anne, Vero Dan Gres. Bahkan ikat pinggang di atas meja itu sudah lebih dari sepuluh tetapi mereka belum juga ingin berhenti, karena aku dan Lita, Sedikit beruntung malam ini.
"Ini, yang terakhir, setelah itu kita menari sepuasnya." Ucap Gres. Kami pun setuju.
Bibir aku yang tadinya, melengkung sempurna. Perlahan menghilang ketika botol itu berhenti tepat di hadapan ku.
"Yeay." Teriak kegirangan dari ketiga temanku, siapa lagi kalau bukan. Gres, Vero dan Anne. Sementara Lita hanya menatap iba kepada ku.
"Seperti kamu sedikit beruntung." Ucap Anne, sambil menunjuk ke arah pintu itu. Dimana seorang lelaki baru saja melewatinya. Ganteng sih! Tapi wajahnya itu loh, tidak ada ekspresinya sama sekali.
Aku sedikit ragu, bagaimana jika aku gagal, tapi kami sudah terlanjur bermain, mau tidak mau aku harus melakukannya.
Setelah mengumpulkan keberanian, aku pun menghampiri tempat duduk lelaki itu, di sana dia duduk bersama beberapa temannya, maaf aku tidak punya waktu untuk menghitung jumlah mereka, sebab aku hanya ingin meminta ikat pinggang lelaki ini dan kembali bersama teman-temanku.
"Permisi." semua mata yang ada di table itu langsung menatap kearah ku. Membuat aku semakin gugup, tetapi tidak bisa mundur. " Apa aku boleh meminta ikat pinggang mu." Tanyaku tanpa basah basi.
Lelaki itu, tentu saja terkejut, terlihat jelas dari ekspresinya. Ia bahkan menatap ku dari atas ke bawah begitu pun sebaliknya.
"Aku." Ia bertanya sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Ya, boleh kan." Table mereka langsung riuh dengan suara teman temannya yang hampir mengalahkan musik yang diputar di club ini. Tetapi aku tidak peduli.
"Apa kamu tahu artinya meminta ikat pinggang dari seorang pria." Tanya lelaki itu Dan aku hanya menaikkan kedua bahu ku tidak ingin tahu.
"Apa itu penting." Aku balik bertanya. Lelaki itu menyesap minumannya setelah itu meletakkan gelas itu di atas meja Dan berdiri dengan menyelipkan kedua tangannya di saku celananya.
"Aku tidak berselera dengan wanita seperti kamu, sekalipun kamu melepaskan seluruh pakaianmu." Bisik nya. Membuat Telinga ku panas.
Siapapun tolong ingatkan aku, apa aku pernah berkata ingin melepas pakaianku. " Kamu mabuk?"
" Tidak, hanya saja, wanita yang meminta ikat pinggang pria pasti ingin di senangi oleh pria itu! Apa aku salah?" Ujarnya.
Aku bukan anak kecil yang tidak mengerti maksudnya. "Aku pun tidak berselera dengan kamu tuan! Kalau bukan karena teman teman ku yang memintanya, aku juga tidak akan sudi melihat wajahmu yang menjijikkan itu." Aku meraih gelas minumannya dan menyiram isinya tepat di depan wajah lelaki menyebalkan itu sebelum meninggalkan tempat itu dan membiarkan dia ditertawai oleh teman temannya. Jangan salahkan aku, salahkan saja lelaki itu. Aku hanya minta ikat pinggangnya, bukan menawarkan diri untuk hal macam-macam.. "Sial." Umpat Ku dan melangkah meninggalkan Table itu.
Setelah langkahku sedikit menjauh, aku berbalik dan menunjukkan jari tengahku kepadanya. Bisa ku lihat tatapan tajam dan menusuk serta seringai iblis nya.
Saking marah nya aku sampai lupa, jika aku sedang bermain bersama teman temanku.
"Kamu gagal." Ucap Gres. Dan aku hanya mengangguk.
"Wow, permainan semakin seru." Sahut Vero.
"Apa kamu lupa dengan peraturan permainan kita?" Tanya Anne. Aku Tidak menjawab.
"Kamu baru saja menghinanya Hani. Dan kita harus meminta dia untuk memberi hukuman." Kali ini Lita yang berbicara. "Semoga dia bukan tipe pendendam." Sambungnya. Membuat tubuhku lemas.
"Sudahlah jangan banyak berpikir. Ayo." Gres dan Vero langsung Menarikku kembali ke table itu.
Entah mengapa aku jadi sadar, kalau Gres dan Vero bukanlah teman yang baik.
.
.
.
Bersambung.
Happy reading.. ❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
My Honey Hani
RomanceWARNING 21++ 🔞 Cerita ini khusus 18 tahun ke atas, bukan 18 tahun kesamping apalagi, 18 tahun kebawah. Kata tante! Jadi para bocil silakan. ⚠️ Pernikahan adalah sebuah ikatan yang sakral. Di mana kita berjanji kepada tuhan untuk menyayangi, menci...