Ia sendiri disini, tanpa seorangpun yang menemaninya, angin sore terus saja menerpa wajahnya yang lelah, pandangannya tak beralih terus melihat matahari yang mulai mengubah warnanya. Hari ini hari yang sangat melelahkan, ia baru saja pulang dari sekolahnya tak langsung pulang ke panti tetapi ia malah terduduk disini, di tepi danau, begitu banyak orang disini mungkin untuk sekedar menikmati keindahan danau ini. Galih akui itu, ini sangat menenangkan. Galih memegang kakinya yang terasa sakit, ia mencoba melihat di balik celana abunya. Terlihat membiru.
~~~
Hari ini adalah hari terakhir ia melakukan ujian nasionalnya dan akan mengakhiri masa putih abunya, semalam ia belajar dengan tekun, sampai tidur larut, Galih hanya berharap bisa melakukan ujiannya dengan lancar. Tetapi kejadian pagi tadi membuat semuanya kacau. Rendi, teman sepanti Galih bahkan Galih sudah menganggapnya saudara apalagi mereka seumuran. Rendi melakukan hal yang tidak terduka, Galih tau rendi selalu tak menyukainya, dan Galih bahkan semua orang tak menyukainya.
Rendi yang sekelas dengan Galih. Saat ujian dilaksanakan Rendi menyobek kertas ujian Galih, Galih kira rendi hanya mau melihat jawabannya tapi setelah ada di tangan rendi ia malah menyobeknya, kertas soal Galih yang terlihat sudah terisi semua itu sia -sia dan hanya beberapa menit lagi waktu untuk mengisi soal sudah habis. Galih hanya terdiam tak bisa berbuat apa-apa sebenarnya hati kecilnya ia sangat kecewa dengan sikap Rendi yang selalu seperti itu di panti maupun di sekolah. Tak buang waktu ia maju kemeja depan untuk meminta kertas soal yang sama untuk ia isi, tetapi alhasil waktunya tidak cukup Galih hanya bisa mengisi beberapa soal saja.
Bel pulang mulai terdengar dan semua orang mulai terlihat berhamburan keluar kelas, begitu pula dengan Galih.
"Ikut gue...." itu Rendi dan ketiga temannya yang menarik Galih ke arah belakang sekolah.
"Mana duit lo?...duit lo pasti masih ada" tak sabaran karena Galih hanya diam tetapi matanya mulai melihat kemata Rendi.
"Apa lo liat-liat!....disini kan?" Tanpa babibu Rendi langsung menemukan uang itu di dalam saku Galih.
Seketika pula Rendi mendorong Galih dengan begitu kasar sepertinya tenaga Rendi di keluarkan semua untuk mendorong Galih, dan tak sengaja pula betis Galih yang menyentuh ujung besi yang tumpul, di belakang sekolah ini seperti ada bangunan yang belum sempat di renovasi hanya di rubuhkan dan di biarkan begitu saja. Sebab itu besi tersebut mengenai betis Galih.
~~~
Hari semakin sore Galih belum beranjak, Galih masih dengan posisinya yang memandang danau luas di hadapannya. Angin sorepun semakin kencang tak ayal membuat Galih bergidik, karena cuaca sore ini begitu dingin sepertinya akan turun hujan malam ini.
"Maaf boleh minta bantuan?" Galih tak merespon. Pikirannya yang kosong dan matanya yang juga terlalu fokus, entah apa yang sedang ia pikirkan sampai tak sadar bahwa ada seseorang di sampingnya.
"Maaf....boleh saya minta bantuannya?" Wanita dengan sedikit garis di bawah matanya itu sedikit keheranan akhirnya ia menepuk pundak lelaki muda di sampingnya.
Galih menoleh dan mengerutkan dahinya, ia terkejut dengan wanita dewasa di depannya, ada apa?
"Boleh minta tolong? Fotoin kami berempat" wanita itu menunjuk tiga orang lain di belakangnya. Galih hanya terus melihat ke arah bibir wanita itu, apa yang di ucapkannya. Wanita itu terus berbicara dan...astaga ia lupa memakai alat pendengar nya, cepat-cepat Galih memakainya.
"Ada yang bisa saya bantu?" Wanita itu terlihat terdiam, hey dari tadi ia sudah berbicara tapi setelah ia sadar karena lelaki muda di hadapannya ini seperti memakai alat pendengar? Mungkin mempunyai kekurangan. Wanita itu mengulangi permintaan tolongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALIH
Romanceseseorang pernah menuliskan "kau tak kan bisa memaksa bertahan pada seseorang jika dia ingin pergi" penggalan kata-kata tersebut, apa benar adanya? semoga suka dengan ceritanya🙏✊ hanya sekedar cerita fiksi🙌 ig:indnnyooooooo VOTEandFOLLOW💙 HATUR N...