Kisah ke - 4 🍁

442 46 5
                                    

Jungwon merebahkan dirinya di kasur, setelah tadi ia membuat Mama-nya menangis karena melihat luka di wajah nya. Bukannya apa-apa, Jungwon itu jarang sekali terluka. Jika terluka pun itu hanya tergores saja, tidak lebih. Tetapi hari ini, dengan tega nya orang lain melukai Jungwon yang sudah keluarga nya jaga.

Jungwon menghela napas nya, menatap langit-langit kamar yang di tempelkan hiasan bulan dengan bintang.

"Lelah sekali."

"Kenapa semakin lama justru terasa semakin menyakitkan?" Jungwon meraba dada kirinya, mengusap nya dengan perlahan, berharap denyut rasa sakit yang ia rasakan menghilang.

Setelah di rasa membaik, Jungwon bangun dari tidurnya lalu duduk dengan posisi yang benar di kasur. Lalu setelah itu, ia mengambil ponsel nya, mencari nama seseorang yang sudah sangat membantunya. Karena tadi, Jungwon belum sempat mengucapkan terimakasih kepadanya.

Tetapi sesaat kemudian, Jungwon mengurungkan kembali niatnya. Ia takut jika berinteraksi dengan orang lain selain keluarganya. Ia takut dekat dengan orang lain. Bahkan, ia takut untuk dekat keluarga nya sendiri. Ia juga membatasi diri agar tidak terlalu dekat dengan orang lain dan keluarganya.

Karena Jungwon hanya takut. Ia takut jika suatu hari nanti mereka meninggalkan nya kembali, dan Jungwon kembali sendiri ... lagi.

"Kak Jungwon!"

"Ya?" Refleks, Jungwon langsung mendongak saat mendengar suara teriakan itu, juga guncangan di lengan nya.

"Kakak melamun. Aku sudah beberapa kali memanggil Kakak tapi Kakak tidak merespon ku juga. Menyebalkan." Bibir Taki mengerucut. Ia ikut duduk di kasur, tepat di samping Jungwon.

Jadi tadi Jungwon ... melamun? Bahkan Jungwon tidak menyadari bahwa ia melamun tadi.

"Kak!" Taki menepuk bahu Jungwon.

"Ya?"

Taki mengambil satu bantal untuk ia peluk, lalu menatap intens Jungwon. "Siapa yang tadi membuat Kakak terluka? Kenapa orang itu jahat sekali pada Kakak? Apa salah Kakak? Bukannya Kakak tidak pernah jahat pada orang lain?"

Pertanyaan beruntun dari Taki membuat Jungwon menghela napas panjang. Ia menyimpan handphone nya terlebih dahulu.

"Mereka hanya orang-orang kurang kerjaan. Jangan khawatir."

Mata Taki otomatis membulat. Apa katanya? Jangan khawatir? Hei, adik mana yang tidak khawatir ketika tahu kakaknya di rundung!

"Kak, tapi itu sudah jadi kasus pembullyan. Kakak bahkan dapat luka yang tidak bisa di bilang luka kecil. Kalau sampai ada apa-apa dengan tulang punggung Kakak, apa mereka akan tanggung jawab nantinya?"

"Buktinya, Kakak baik-baik saja, kan?"

"Kak —"

Taki baru saja akan menjawab, tetapi suara ponsel dari handphone Jungwon membuatnya urung mengeluarkan suara. Jungwon pun ikut melihat pada ponsel nya yang menyala. Menampilkan notifikasi chat dari seseorang.

Saat Jungwon sudah mengambil ponsel nya, Jungwon langsung mengecek bar notifikasi, melihat siapa yang mengirim nya pesan, karena biasanya tidak pernah ada yang mengiriminya chat selain Mama, Papa dan Taki

Hai, Jungwon! Ini Sunoo. Bagaimana keadaan mu sekarang?

Kalimat yang tertera jelas di layar ponsel Jungwon itu terus ia eja. Membaca kembali isi pesan nya juga nama si pengirim.

"Kak, siapa?"

Jungwon menatap Taki. "Sunoo," katanya, lalu menyimpan kembali ponsel nya tanpa membalas pesan dari Sunoo.

Fear In Happiness [JayWon Brothership]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang