Februari, 2009
Kaki kecil Jungwon berlari dengan cepat untuk menghindari Kakak nya yang kini sedang mengejarnya. Sesekali Jungwon berteriak kencang ketika Kakak nya semakin dekat lari ke arahnya.
"Aaa! Kakak jangan tangkap aku!" teriak Jungwon masih sambil berlari mengitari taman tempat mereka bermain.
"Rawrrr! Sini kamu anak nakal! Kakak makan kamu! Rawrrr!"
"Aaa, Bunda!"
Kemudian dari dalam rumah, keluar wanita dengan membawa sepiring nasi beserta sayur sup ayam di dalam nya. Tungkai wanita itu melangkah pada taman, dimana anak-anak nya sedang bermain.
"Hei, anak-anak ... jangan lari! Nanti kalian jatuh, sayang." Wanita itu menggelengkan kepalanya, lalu dengan cepat menghampiri anak-anak nya yang masih bermain kejar-kejaran.
"Jongseong, Jungwon, jangan bermain seperti itu, nanti kalian jatuh."
Wanita tadi duduk di kursi yang tersedia di taman rumah nya. Anak-anak itu —Jongseong dan Jungwon—, segera menghampiri sang Bunda yang sudah menunggu mereka.
"Bunda, lihat Kak Jongseong! Dia ingin memakan Wonnie!" adu si kecil sambil melangkahkan kakinya yang di hentak-hentakkan.
"Lho, lho, lho, kok jadi Kakak yang salah? Kan kamu yang mau main sama Kakak, yaudah Kakak ajak main." Si sulung tak terima di salahkan seperti itu.
"Sssttt ... sudah-sudah," Bunda melerai, menggelengkan kepala melihat tingkah anak-anak nya.
Sang Bunda menuntun tangan Jongseong untuk duduk di sebelah kiri nya, begitupun pada Jungwon yang ia tuntun untuk duduk di sebelah kanan nya.
"Kalian ini, kan, saudara. Jongseong adalah Kakak di sini dan Jungwon adalah adik dari Jongseong, begitupun sebaliknya."
Jongseong menatap Bunda. "Tapi Bunda, Jongseong tidak marah pada Wonnie."
Mendengar jawaban putra sulung nya, Bunda beralih menatap bungsunya yang kini menatap ke arah lain; enggan menatap sang Bunda.
"Wonnie marah pada Kak Jongseong, hm?" tanya Bunda dengan lembut, mengelus surai hitam Jungwon.
Jongseong yang penasaran pun ikut menyembulkan kepalanya dari samping Bunda, menatap Jungwon yang sepertinya benar-benar merajuk.
Jungwon hanya melirik Bunda sekilas lalu memalingkannya kembali.
"Itu tidak sopan, Wonnie! Kamu gak boleh gitu sama Bunda. Iya, kan, Bunda?" Jongseong menatap Bunda sambil memiringkan kepalanya.
Bunda menyubit gemas pipi Jongseong. "Pintar!" puji nya bangga.
Hal itu membuat Jungwon semakin mengembungkan pipinya. Hei, Jungwon itu sedang marah, lho.
Bunda mengambil satu sendok nasi yang sudah di campur air sup. "Lihat, Bunda bawa ini, lho, buat kalian. Kalian pasti lapar, kan?"
"Jongseong, Jongseong! Jongseong sangat lapar!"
Mendengar kata-kata Bunda, Jungwon jadi tergoda. Sup buatan Bunda adalah makanan favorit Jungwon.
Jungwon menatap Bunda dengan mata kucingnya, menarik ujung baju Bunda. "Bunda, Wonnie juga lapar ~"
"Wuuu, tadi katanya sedang marah," ejek Jongseong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fear In Happiness [JayWon Brothership]
RastgeleJungwon takut untuk tertawa berlebihan, Jungwon takut menjalani hari dengan bahagia, Jungwon takut memancarkan senyum cerahnya, Jungwon takut ... semesta merenggut tawanya dengan paksa, lagi. *** [Brothership area] Start : 07 Oktober 2021 Finish :...