Kenapa Orang Orang Zaman Dulu Tidak Pernah Senyum Saat Foto

115 29 2
                                    

Happy Reading 💙

Pada awal abad ke-19 hingga awal abad ke-20, hampir semua orang tidak pernah senyum saat foto, tidak seperti saat ini.

Fenomena tersebut ternyata sudah lumrah pada zaman dulu. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi orang dulu tidak pernah senyum saat foto, berikut penjelasan nya dari beberapa sumber:

1. Teknologi kamera lambat.
Teknologi kamera yang berkembang saat itu masih lambat, sehingga sepertinya tidak memungkinkan orang menahan senyum bermenit-menit.Seperti diketahui, bahwa untuk menahan senyum selama beberapa detik saja terkadang itu sulit. Jadi, orang-orang memilih untuk mempertahankan wajah mereka dalam pose yang bisa mereka tahan untuk beberapa waktu, dan wajah-wajah itu biasanya lurus dan tanpa emosi.

2. Terbiasa dilukis.
Orang zaman dahulu biasa dilukis untuk mendapatkan potret diri mereka, Sehingga, pada massa perkembangan fotografi awal orang-orang saat berfoto masih melakukan kebiasaan mereka untuk dilukis, yaitu tidak tersenyum, kecuali Mona Lisa yang masih menjadi pertanyaan besar.

3. Pemahaman tidak boleh pamer emosi.
Pada zaman dahulu, secara luas orang-orang tertanam pemahaman bahwa apa yang ditunjukkan di ruang publik lebih baik sisi diri yang tenang, dan menampilkan sesuatu yang bermartabat untuk orang-orang di sekitarnya.

Pada waktu itu, para orangtua mendiktekan bahwa orang-orang tidak berperilaku terlalu pamer emosi mereka di depan umum.

Pada kenyataannya, jika seseorang tersenyum berlebihan, orang sering menduga bahwa mereka sedikit ada gangguan jiwa.

4. Gigi jelek
Ada anggapan juga bahwa kebersihan gigi telah menjadi norma bagi semua orang pada abad ke-19.
Dan karena foto dimaksudkan untuk menggambarkan orang-orang yang terbaik, mereka hanya akan tutup mulut untuk menyembunyikan gigi jelek mereka.

5. Senyum seperti orang gila.
S

elama era Victoria, senyum lebar sering dikaitkan dengan kegilaan.

Penilaian ini berangkat dari norma sosial saat itu, yang mengamanatkan bahwa orang harus memiliki kendali atas emosinya di depan umum.

Jika tersenyum lebar saat itu, seseorang akan dinggap sedang mabuk atau gila, keduanya kualitas yang sangat tidak diinginkan pada zaman itu.

6. Tradisi fotografi postmortem.
Dalam tradisi fotografi postmortem, seseorang, anak, atau hewan peliharaan yang baru saja meninggal akan difoto seolah-olah mereka masih hidup. Dimulai pada hari-hari awal fotografi pada 1900, tradisi postmortem itu sebagian besar hilang.

Namun, potret tetap digunakan sebagai cara melestarikan kehidupan untuk generasi mendatang. Itu sebabnya, berfoto cenderung serius.

7. Mahal.
Pada hari-hari awal kemunculan kamera, hanya sedikit orang yang mengambil foto mereka, dan bahkan lebih sedikit lagi yang mengambil foto mereka sendiri, karena mahal.
Kebanyakan orang hanya difoto sekali seumur hidup, yang berarti mereka tidak menganggap enteng acara foto terstersebut.

: kompas.com.
Cr ulang : lintas informasi on what'sapp

Semoga bermanfaat ❤️
Jangan lupa vote and comment
See you 😍

Daily Tips Bermanfaat 4 {Completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang