4

2.3K 415 12
                                    

"Omg!!! Eunhaaaa, oppa DG? Beneran DG? Omo!" Di sekeliling meja Eunha penuh dengan para murid wanita yang sedang menjerit saat melihat tanda tangan DG di kertas itu.

"Ih iri banget deh sama Eunha!"

"Iyaa. Masa bisa langsung ketemu oppa DG!"

"Berisik banget .... aku gak bisa tidur jadi nya." (Name) cemberut, Eunha hanya tersenyum kikuk.

"Maaf ya, harusnya aku gak nunjukin ini ke temen-temen." Eunha berkata demikian.

"Oh, gak masalah sih. Lagian ini salah ku karena begadang semalem, coba kalau enggak. Pasti gak ngantuk kayak gini." (Name) kembali menaruh kepala di atas meja.

"Iya kah? Kau belajar ya semaleman?"

"Hm, aku hanya ingin menambah wawasan." (Name) memberikan wink.

"Haduh, tapi kenapa mesti begadang." Eunha menata meja nya saat para siswi sudah pergi.

"Orang yang jenius seperti dirimu, mana mungkin mengerti." (Name) meledek Eunha, wajah Eunha saat ini terlihat kesal.

"Hei bagaimana kau bilang seperti itu! Jelas-jelas nilai mu lebih tinggi!" Eunha memukul kepala (name). Walau begitu Eunha tidak mau (name) merasa tidak percaya diri.

"Ya ya ... dasar bawel." (Name) mengangguk-anggukan kepala.

"Ngeselin banget yaaa. Eh aku hampir lupa! Hukuman mu karena kalah main tembak bebek. Mana catatan fisika nya?" Eunha menaik turunkan alis nya, (name) hanya tersenyum.

"Tenang, tentu saja aku sudah menyiapkan nya. Nih!" (Name) meraih catatan di dalam ransel, kemudian catatan itu dia berikan kepada Eunha. Eunha sangat antusias kala menerima catatan itu. Terlebih, dia menerima nya dari (name) sang jago fisika.

"Apa sudah lengkap?" Eunha langsung membuka catatan itu. Terlihat tulisan rapi beserta hiasan dari stiker beruang. Catatan nya juga lengkap dan terasa ringan saat di baca.

"Lengkap lah. Kalo kurang lengkap, kapan-kapan kita belajar bareng gimana?" (Name) membuat Eunha yang tadi nya fokus pada catatan , jadi menatap nya. "Itu boleh!" Eunha mengangguk senang.

Kedua orang pintar di kelas membuat semua nya iri.

. . .

"Kang (name), kalau begini kan ayah tidak perlu menggunakan kekerasan. Jadi tetaplah rajin belajar, karena 1 menit sangat berharga. Mengerti?" Ayah menatap ke tempat (name) yang saat ini tengah fokus belajar.

"Mengerti." Pada dasar nya (name) memang anak rajin, tanpa di paksa pun gadis bermarga kang itu juga berbakat. Dalam bidang olah raga (name) selalu unggul, bahkan nilai praktik nya lebih tinggi dari Park Eunha.

Namun, (name) tidak pernah suka dengan paksaan. Maka dari itu terkadang jika memiliki celah, dia ingin sekali membangkang.

"Bagus, ayah mau pergi keluar kota. Rencana nya lusa, jadi siapkan diri mu untuk belajar!" Ayah (name) pergi begitu saja dengan meninggalkan (name) sendirian di dalam ruang sempit berventilasi.

"Hah.... akhirnya dia pergi juga. Capek banget akting!" (Name) mengusap dahi. Seketika rasa takut nya hilang begitu saja. Dari pada di pukul, lebih baik berakting, begitu fikirnya.

 Sweet | Lee JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang