part_120

653 38 13
                                    

Bismillah

SUAMI DARI ALAM LAIN

#part_120

#by: R.D.Lestari.

"Setelah ini mau kemana?" tanya Anima saat melihat kopi di cangkir James sudah mulai menipis.

"Hmmh, aku tak tau. Ke sini cuma untuk ngilangin suntuk," tubuh James mundur dan bersandar di kursi.

Anima memperhatikan dengan seksama pemuda di hadapannya ini. Berulang kali menghela nafas kasar dengan pandangan yang tak fokus dan wajah yang murung.

"Apa Rena sudah pulang? kenapa tak pergi dengannya," Anima akhirnya memberanikan diri bertanya. Rasa penasaran yang mendorongnya, di balik rasa senang karena bisa berbincang hangat berdua bersama lelaki yang membuatnya terpesona.

"Hmmh, dia pulang cepat dan dalam keadaan marah," jawab James jujur.

"Oh, maaf ya, aku tak bermaksud untuk tau urusan pribadimu, aku hanya...,"

"Umurmu berapa?" James secara tiba-tiba mengalihkan pembicaraan dan menatap intens ke arah Anima yang tentu saja membuat jantung gadis itu berdebar kencang .

"Aku? umurku?" bola mata Anima membesar. Kenapa tiba-tiba James menanyakan umurnya?

"Ya, umurmu. Wajahmu terlihat imut, seperti gadis remaja, tapi penampilanmu anggun seperti wanita dewasa, nampak cantik dengan balutan hijab,"

Wajah Anima serta merta memerah bak buah tomat, membuat wajahnya semakin nampak cantik dengan mata biru yang bersinar diantara bulu mata lentiknya.

Ia menundukkan pandangannya saat mata mereka bersitatap. Pertemuan kedua ini sungguh sangat membekas di hati Anima, gadis muda cantik yang belum pernah jatuh hati kepada lelaki manapun, dan sepertinya itu sekarang terjadi padanya.

"Aku umur dua puluh tahun, Kak," jawabnya malu-malu.

"Oh, udah pantas tu,"

"Pantes apa, Kak?"

"Pantes nikah," James terkekeh, untuk pertama kalinya ia bisa kembali tertawa, karena semenjak kemarin ia hanya bermuram durja. Pikiran tentang Rena selalu menghantuinya.

"Gimana mau nikah, Kak? pacaran pun aku tak pernah," gadis itu mencebik.

"Tak pernah? gadis secantik kamu ga pernah pacaran?" James melotot seolah tak percaya.

"Ya, beneran," jawab Anima mantap.

Mereka terdiam cukup lama. Kesedihan kembali menelisik hati James. Bayang-bayang Rena menari dalam benaknya. Saat ini seharusnya ia bersama dengan Rena, bukan gadis lain.

Anima membaca pikiran James yang galau. Rasa cemburu terselip dalam hatinya. Ingin rasanya ia menarik James dalam pelukannya dan membelai lembut rambut hitamnya. Namun, seketika ia tepiskan rasa itu.

"Mau jalan-jalan?" ujar Anima, ia menggeser kursinya dan berdiri perlahan.

"Mau ke mana?" perlahan James mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk. Ia mendongak melihat gadis yang saat ini tersenyum manis padanya.

"Jalan sekitar sini aja, Tuan galau,"

Anima menaikkan bibirnya sebelah, tatapannya mengejek, membuat hati James tergelitik mendengar ucapannya.

"Tuan Galau? apa terlihat dari wajahku?"

Anima menggeleng pelan. "Apa kamu lupa, Tuan. Kita sama-sama makhluk Uwentira, bisa baca pikiran masing-masing. Terlalu lama di dunia manusia membuatmu lupa itu," Anima melipat dua tangannya di dada dan terkekeh geli.

James memperhatikan sikap Anima yang sangat bersahabat juga bisa membuat moodnya membaik. Ia mengulas senyum tipis dan ikut berdiri.

"Ho-ho, aku lupa jika wanita cantik di hadapanku ini bukan dari negeri manusia, maafkan saya, nona,"

"Ayoklah, kita jalan-jalan sebentar di sekitar sini. Mana tau galauku hilang," James mengangguk dan mengikuti gadis cantik bermata indah itu dari belakang. Anima mendahului langkahnya keluar dari cafe dan menunggu James membayar minuman mereka di kasir.

Suasana Kota Uwentira yang padat tapi bersih, dengan kendaraan yang melayang tanpa menyentuh aspal dan juga kereta cepat yang berseliweran di atas ketinggian, menjadikan kota Uwentira kota sibuk yang punya udara bersih karena semua kendaraan berbahan dasar listrik dan juga gaib.

Walaupun padat dan ramai, di Kota Uwentira penuh dengan pepohonan dan juga taman bunga di sepanjang jalan juga tempat.

Bangunan dengan ukiran dan patung-patung layaknya Kota Italy dengan dominasi warna emas di beberapa sudut kota memberi kesan nyaman untuk sekedar berjalan-jalan.

Itulah yang kini dirasakan James dan juga Anima yang berjalan beriringan sembari bercerita. James cukup terkesan dengan Anima yang cerdas juga punya pemikiran yang dewasa. Asik di ajak berdiskusi dan juga bercanda.

Untuk sementara ia bisa menepiskan perasaan galau dan sedihnya atas penolakan Rena, walaupun harus ia akui, saat ini pikirannya tak pernah lepas dari gadis yang amat dicintainya itu.

"Hmh, Kau nampaknya amat mencintai gadismu itu," ucap Rena sambil mengecap es krim yang tadi dibelinya bersama James. Tatapan matanya terarah pada aliran air yang di apit bangunan megah di kanan dan kiri. Mereka saat ini berdiri di atas jembatan kayu kokoh penghubung dua sisi bangunan yang terpisah aliran air laut.

"Ya, sebenarnya begitu. Sayangnya, ia tak bisa menerima keadaanku apa adanya," James menghela nafas pelan.

Anima melirik ke arah James. Rasa kagum menelusup ruang hatinya. Jarang bahkan sangat sulit di jumpai lelaki yang dengan gamlang mau mengungkap isi hatinya. Mengakui jika ia sangat mendamba kekasih yang ia cinta. James, laki-laki tulus yang punya pesona amat memikat.

"Terima keadaan?" lirih Anima.

"Ya, ia takut melihat wujud asli kita. Dirimu taulah seberapa menyeramkan kita dengan wujud asli," wajah James mendadak mendung. Anima ikut merasakan kesedihan di batin James.

"Hmm, ya, aku tau, tapi Kak Indri bisa menerima Kak Bima apa adanya. Setahuku dulu Kak Bima pulang dengan bentuk yang mengerikan dan Indri ada di gendongannya dengan wajah penuh cinta,"

"Seharusnya jika ia memang mencintai dengan tulus, gadis itu akan menerima apa adanya, keadaan kita dan juga dunia kita," ungkap Anima.

James tertegun. Benar kata Anima. Seperti halnya yang terjadi pada Indri dan Sri, mereka bisa menerima Bima juga Gio dengan tangan terbuka. Lantas, mengapa Rena tidak? apa selama ini Rena hanya mencintai wajah tampan dan uangnya saja hingga sulit baginya menerima keadaannya dengan kondisi buruk rupa?

"Sudahlah, Kak James. Jangan berlarut dalam kesedihan. Lebih baik nikmati yang ada dihadapan saat ini. Pemandangannya indah, 'kan?"

"Ya, indah, tapi... sinar matahari bersinar amat terik. Apa kau tak takut hitam, An?"

Anima mengedikkan bahunya. Ia kemudian menggeleng pelan.

"Kulit asliku hitam, Kak. Jadi, percuma aku takut, aku hanya membohongi diriku sendiri, dan aku tak suka itu,"

Penjelasan Anima barusan membuat James terkagum. Anima yang apa adanya, bicara pun tidak di buat-buat membuat pikiran James terbuka. Ternyata masih banyak wanita yang bisa menerima dirinya dan orang lain apa aadanya.

"Aku mau tanya sesuatu, boleh?" James memandang Anima dengan tatapan teduh, membuat tubuh si gadis bergetar.

"Ya, tentu saja," jawab Anima dengan bibir gemetar.

"Apa kamu tak ingin punya kekasih dari bangsa manusia seperti Bima?" James semakin mendekat. Anima menelan saliva susah payah di pandangi dengan begitu intens oleh lelaki yang dari pandangan pertama sudah membuat hatinya bergetar hebat.

"Aku...,"

****
TBC .... to be continued 😘

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Suami Dari Alam LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang