Plak
“Makan makanan mu!”
[Name] pov.
Aku terdiam. Tatapan ku kosong menatap lantai yang hanya beralaskan tanah. Aku dikurung di tempat yang sangat dingin. Ruangan yang tanpa lantai ini terasa hampa untukku. Seragam SMA ku pun terlihat sudah lusuh dan sobek akibat dari pukulan dan sabetan yang di lakukan oleh orang-orang bersetelan hitam itu.
Tubuhku kini penuh dengan luka, wajahku kini sudah terlihat sangat lebam. Jejak air mataku pun masih ada hingga sekarang.
Sudah dua bulan aku di kurung disini. Aku disiksa oleh mereka yang ternyata adalah bawahan seorang mafia. Mereka memperlakukan ku seperti babi hutan liar.
Sekarang aku tidak bisa berbuat apa-apa. Kedua tangan dan kaki ku di rantai. Berulang kali aku memohon ampun pada mereka, tetapi telinga mereka seakan tuli. Mereka tidak mempedulikan jerit kesakitanku dan terus saja memukuli tubuhku hingga aku kehilangan kesadaran ku.
Ini semua terjadi karena hari itu..
Flashback
Langkahku terhenti saat melihat seorang gadis seusiaku terkapar di atas tanah. Jalanan yang aku lewati sepi dan hanya ada aku disini. Aku melihat gadis itu terkapar dengan sebuah bilah pisau menancap di bagian perutnya.
Mataku membulat saat melihat gadis itu masih bisa menggerakkan jari jemari tangannya, aku pun lantas bergegas menghampirinya.
“Hey, apa yang terjadi padamu!? Kau_kau-
“Tol_long.. Jag_ga Daz_ai untuk_kuh.. Aku_sudah tidak_kuat lag_i..” ucapnya terbata-bata membuat dahiku mengernyit.
“A_apa maksud mu? Siapa Dazai?”
“Berjan_jilah.. Kau akan.. Mencin_tainya”
“Tapi..”
“Ku_moh_on”
“B_baiklah baik. Aku berjanji, beritahukan nama mu padaku”
“Aku_Hyane. Tolong, cintai dia. Gan_tikan posisiku-
Brugh
Aku tambah panik saat melihat tangan sebelah kirinya terjatuh, lantas aku pun mengecek denyut nadinya.
Dan ternyata, gadis itu sudah meninggal. Sebelumnya, aku sudah mencabut pisau yang menancap di perutnya, pisau itu dilumuri oleh darah yang tidak sedikit.
Mungkin karena aku terlalu sibuk dengan urusanku, aku sampai tidak menyadari kehadiran seorang pria bersetelan hitam dengan tangan dan wajah sebelah kiri di perban.
Ia menghampiri kami, oh bukan lebih tepatnya Ia menghampiri gadis yang sudah menjadi mayat ini.
“Ikut aku” ucapnya, sejenak aku mengernyit karena bingung namun aku di tarik paksa olehnya sampai pergelangan tanganku memerah.
Flashback end.
Mungkin dia yang bernama Dazai, aku berpikir bahwa Dazai menduga kalau aku yang membunuh gadis itu, tapi.. Hmh. Dia baru menduga saja sudah menyiksaku seperti ini.
Padahal, waktu itu aku hanya kebetulan menemukan gadis malang itu. Aku berniat membantunya, tapi yang terjadi malah sebaliknya, aku malah kena batunya.
Menolong gadis itu bagaikan azab yang datang untukku. Tetapi, ketika mengingat semua perkataan gadis itu, nampaknya Ia merupakan kekasih dari sang mafia.
Terlebih saat gadis itu membuatku berjanji untuk mencintai seseorang yang bernama Dazai, wajahnya yang tadinya menegang dan gelisah, saat aku mengucapkan janji itu wajahnya berubah menjadi tenang.
Nampaknya, dia khawatir saat dirinya meninggal nanti tidak ada yang mencintai Dazai lagi, makanya dia membuatku berjanji akan hal itu.
Tapi lihat yang aku dapatkan sekarang, aku bukannya mencintai malah membenci. Aku membencinya karena dia menyiksaku atas dasar suatu hal yang belum pasti.
Sreekk
Aku mendengar suara pintu jeruji ruangan ini terbuka. Kepalaku masih setia menunduk karena aku tahu pada akhirnya aku akan di tampar lagi.
“Nona cantik, maafkan atas sikapku yang terlalu kasar padamu. Mulai sekarang kau bebas dari sini” oh ini suara si mafia itu, Dazai.
Dia menarik rahang bawahku hingga wajahku menghadap ke arah wajahnya.
“Wajah mu lebam sekali, sepertinya anak buahku terlalu kejam padamu”
Tidak, bukan anak buah mu yang kejam, tapi kau! Kau yang memerintahkan mereka untuk menyiksaku dasar bodoh!.
Dazai melemparkan rahang bawahku hingga wajah ku menoleh ke arah kiri bawah, keterlaluan memang.
“Lepaskan dia” perintahnya pada salah satu anak buahnya.
Orang bersetelan hitam dengan kepala botak pun-oh aku benci dengan orang ber-kepala botak!. Tapi dia melepaskan rantai yang mengikat tangan dan kaki ku.
Setelah lepas, aku pun berdiri. Walau kaki ku sedikit lemas tapi aku tetap memaksakan diri untuk berdiri sendiri.
Aku memberanikan diri untuk menatap orang yang bernama Dazai ini.
Aku menatapnya dengan tatapan datar, wsjahku mengeras saat melihat wajahnya yang datar.
“Kau puas, hm!? Kau pikir dengan menyiksa ku seperti ini, aku akan mati? Hmh, tidak. Penyiksaan ini bahkan tidak seberapa untukku yang telah melewati berbagai macam siksaan-------------
“------ siksaan mu tidak berpengaruh padaku” ucapku lalu berbalik mengambil tas sekolah ku yang nampak sudah usang.
Aku melangkahkan kaki keluar dari ruangan itu seraya meninggalkan penjara yang menjijikan.
[Name] pove end.
Dazai menarik kedua sudut bibirnya saat mendengar ucapan terakhir dari gadis yang Ia siksa selama dua bulan ini. Mendengar cara bicara gadis itu nampaknya Ia gadis yang tangguh dan tahan banting. 'Gadis yang menarik, kau harus menjadi milikku dan aku tidak menerima penolakkan' batin Dazai seakan memaksa gadis itu menjadi miliknya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Tbc.
-Ara-
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, I want life too. [Dazai x Reader]
Short StoryJika penyiksaan bisa berakhir dengan kebencian, lain lagi kisahnya dengan seorang gadis remaja SMA yang secara tidak sengaja bertemu dengan seorang mafia mengerikan bernama Dazai. Gadis bernama [Name] yang disiksa oleh Dazai lantaran kesalah pahaman...